Jakarta - Fans Inter Milan tidak menganggap fans Cagliari bersikap rasis terhadap striker Romelu Lukaku. Salah satu kelompok pendukung Inter, L’Urlo della Nord, menilai teriakan menirukan suara monyet, bukan sebuah rasisme. Bahkan suporter malah mengritik Lukaku yang sesungguhnya pemain dari tim yang mereka dukung.
Pernyataan dari kelompok pendukung Inter kian mengukuhkan bila sepak bola Italia belum bisa menghilangkan isu rasisme. Bagaimana tidak, suporter malah mengecam pemainnya sendiri dan membela suporter lawan.
Dalam pernyataannya, mereka menilai tidak ada unsur rasisme terkait ulah fans Cagliari. Suporter itu hanya ingin mengganggu konsentrasi pemain rival meski mengeluarkan teriakan seperti monyet yang ditujukan kepada Lukaku.
Kami pun pernah melakukan 'cara' seperti itu terhadap pemain dari 'tim lain' dan itu pula yang akan kami lakukan di masa mendatang. Tetapi kami tidak rasis, begitu pula fans Cagliari
"Kami memahami bila menurut Anda itu rasis. Tetapi sesungguhnya tidak seperti itu. Di Italia kami memakai 'cara' untuk 'membantu tim kami'. Kami akan selalu berusaha membuat pemain lawan nervous. Ini bukan rasisme. Ini hanya ingin membuat gangguan saja." Demikian pernyataan dari L’Urlo della Nord yang bisa diterjemahkan 'Jeritan dari Utara'
Dilanjutkannya, "Kami pun pernah melakukan 'cara' seperti itu terhadap pemain dari 'tim lain' dan itu pula yang akan kami lakukan di masa mendatang. Tetapi kami tidak rasis, begitu pula fans Cagliari."
Insiden rasisme dialami Lukaku saat menghadapi Cagliari di pertandingan Serie A di Sardegna Arena, Senin 2 September 2019 dini hari WIB. Lukaku yang hendak mengeksekusi penalti mendapat teriakan yang menirukan suporter monyet oleh fans Cagliari. Penalti itu yang menentukan kemenangan 2-1 Nerazzurri atas tuan rumah.
Mendesak Memerangi Rasisme
Atas perilaku suporter Cagliari, Eks penyerang Manchester United ini mendesak lembaga sepak bola dan media sosial untuk memerangi rasisme. Lukaku juga meng-upload pernyataannya di Instagram bahwa pemain lain juga bernasib sama di pertandingan.
"Sepak bola adalah pertandingan yang seharusnya dinikmati siapa pun. Kita seharusnya tidak menerima diskriminasi dalam bentuk apa pun yang mempermalukan pertandingan kita." Demikian tulis Lukaku di Instagram.
Ironisnya, atas pernyataan di medsos, Lukaku justru disalahkan suporter Inter. Menurut suporter Lukaku justru mencari-cari masalah yang sesungguhnya tidak ada.
"Kami saja merupakan kelompok suporter dari beragam etnis. Dan kami menyambut pemain dari mana saja. Italia berbeda dengan negara di Eropa utara lainnya yang rasisme memang nyata dan menjadi problem." Suporter L’Urlo della Nord melanjutkan.
"Saat Anda menyatakan rasisme adalah problem yang harus diperangi di Italia, maka Anda mengizinkan adanya represi terhadap suporter sepak bola, dan itu termasuk kami. Anda justru menciptakan problem yang sesungguhnya tidak ada."
Sikap dari pendukung Inter tidak mengejutkan. Suporter ultras Inter itu tidak mempersoalkan perilaku rasis suporter Cagliari meski menyerang pemain mereka. Apalagi, suporter Inter melakukan hal sama kepada pemain berkulita hitam dari tim lain. Bek Napoli Kalidou Koulibaly mendapat cemooh rasis dari fans Inter. Dan, mereka bertindak sama untuk membela perilaku buruk itu.
Tidak hanya suporter, pemain pun berperilaku sama. Pemain berkulit hitam Moise Kean saat membela Juventus pernah mendapat cemoh rasisme dari fans Cagliari. Bukannya membela Kean, pemain Juve, Leonardo Bonucci, justru menyalahkan rekannya karena reaksinya dianggap memperburuk suasana.
Sikap seorang Bonucci menunjukkan bila rasisme sudah dianggap biasa dan sah bila dialami pemain berkulit hitam. Ini yang menjadikan rasisme tidak bisa hilang dari sepak bola Italia. Bahkan federasi pun sudah menyatakan butuh bukti yang kuat bila fans Cagliari dianggap rasis. []