Faktor Rumah Sakit di Kota Malang Overload

Sejumlah rumah sakit di Kota Malang mengalami overload, karena masih bertambahnya kasus Covid-19 di wilayah Malang Raya.
Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko meninjau ruang isolasi di Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Jalan Kawi, Kota Malang sebagai antisipasi lonjakan pasien konfirmasi positif Covid-19. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

Malang - Melonjaknya jumlah pasien konfirmasi Covid-19 atau virus corona di Kota Malang sejak tiga minggu masa transisi new normal dinilai dampak lambatnya dan tidak transparannya Pemerintah Kota Malang dalam penanganan. Akibatnya berdampak pada overload atau penuhnya kapasitas ruang isolasi dan membuat beberapa rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 kewalahan.

Bahkan, sebagian rumah sakit rujukan terpaksa harus mengeluarkan kebijakan tidak bisa menerima rujukan pasien baru konfirmasi virus corona untuk sementara waktu. Soalnya, kapasitas tempat tidur di rumah sakit sudah penuh dengan terisi pasien positif sebelumnya.

Status penuh saat ini belum tentu nanti penuh. Karena kan, kalau ada pasien yang sudah baik secara klinis (sembuh) akan dipulangkan.

Berdasarkan data Satuan Tugas Covid-19 Pemerintah Provinsi Jawa Timur di situs infocovid19.jatimprov.go.id menyebutkan jumlah pasien konfirmasi virus corona di Kota Malang tercatat sebanyak 217 orang per Jumat, 3 Juli 2020. Rinciannya yaitu sebanyak 60 orang sudah dinyatakan sembuh, 17 orang meninggal dunia dan 140 orang masih dalam perawatan.

Sementara itu, sampai saat ini tercatat ada tujuh rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Malang berdasarkan penunjukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Malang. Diantaranya Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) berkapasitas 34 tempat tidur dan RS Lavallete berkapasitas 28 tempat tidur.

Kemudian di RS Panti Waluya Sawahan, RS Universitas Muhammadiyah Malang berkapasitas 30 tempat tidur, RS Tentara Soepraoen berkapasitas 30 tempat tidur serta RS Islam Aisyiyah berkapasitas 28 tempat tidur. Semuanya pun diinformasikan sudah penuh imbas terus melonjaknya jumlah pasien konfirmasi virus corona di Kota Malang.

Begitu halnya dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Malang sebagai ruang isolasi khusus pasien Covid-19 tanpa ada gejala serta tidak bisa isolasi mandiri di rumahnya. Kapasitas sebanyak 22 tempat tidurnya pun diketahui sudah penuh.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat RSSA Kota Malang Donny Iryan Vebri membenarkannya bahwa rumah sakit rujukan utama itu sudah penuh. Kapasitas 34 tempat tidur di rumah sakit rujukan utama Covid-19 ini sudah terisi oleh pasien konfirmasi positif virus corona dari berbagai kota atau kabupaten di Jawa Timur.

Namun, dia mengaku penuhnya tersebut sangat dinamis. Artinya, bahwa hari ini memang bisa dikatakan sudah penuh. Akan tetapi, dalam beberapa hari ke depan kosong lagi dikarenakan salah satu pasien ada sembuh dan diperbolehkan pulang untuk melakukan isolasi mandiri.

"Status penuh saat ini belum tentu nanti penuh. Karena kan, kalau ada pasien yang sudah baik secara klinis (sembuh) akan dipulangkan," kata dia dalam keterangannya, Kamis, 1 Juni 2020.

Penuhnya tersebut, kata Donny, dikarenakan RSSA Malang merupakan rumah sakit rujukan utama di Jawa Timur. Sehingga tidak hanya diisi pasien dari Malang, melainkan juga dari beberapa Kota atau Kabupaten sekitarnya seperti Pasuruan dan lain sebagainya.

"Makanya, kalau ada pasien yang sembuh kami koordinasikan dengan kota atau kabupaten terkait agar ada pendampingan," tuturnya.

Selain itu, belum beroperasinya ruang paviliun sebagai ruang isolasi baru pasien konfirmasi positif Covid-19 dikatakannya menjadi penyebab penuhnya kapasitas ruang isolasi selama ini di RSSA Malang. Soalnya semua pasien masih diarahkan menempati tempat tidur di ruang isolasi lama tersebut.

"Belum sepenuhnya aktif di sana (ruang paviliun RSSA Malang). Jadi pasien masih berada di tempat lama yang kapasitasnya hanya 34 tempat tidur itu dan sudah ful semua," ujarnya.

Oleh sebab itu, kata dia, dalam waktu dekat ini pihaknya menargetkan ruang paviliun dengan kapasitas 71 tempat tidur itu sudah bisa digunakan pada Sabtu, 4 Juli 2020 besok. Dengan harapan agar bisa menampung rujukan pasien konfirmasi virus corona.

"Sabtu itu sudah ada pemindahan pasien dari yang lama ke yang baru itu. Jadi, sampai saat ini yang lama itu masih penuh," ucapnya.

Senada juga disampaikan Wakil Direktur Pelayanan RS Lavalette Kota Malang Indra Gunawan. Dia menyebutkan kapasitas 28 tempat tidur untuk pasien Covid-19 di rumah sakit itu sudah penuh sejak seminggu lalu

Karena itu, dia menyampaikan untuk sementara waktu belum bisa menerima pasien baru konfirmasi virus corona lagi. Sebelum kapasitas yang ada dikatakannya sudah benar-benar kosong.

"Kami tidak menolak pasien. Tapi, kami sarankan dirujuk ke RSSA dulu. Kami baru bisa apabila kondisi ada pasien yang sudah pulang dan tempat tidur kosong," kata dia.

Tidak hanya itu, Indra mengungkapkan juga mengalami kekurangan tenaga kesehatan atau dokter spesialis untuk menangani pasien Covid-19. Khususnya spesialis paru dengan tercatat cuma ada dua orang dan anastesi hanya ada satu orang.

"Sebenarnya, dengan kapasitas dan tanggung jawab kami sebanyak 28 pasien. Keberadaan dokter spesialis ini sangat kurang," tuturnya.

Dia pun mengaku sudah mengkoordinasikannya dengan Kementrian Kesehatan RI serta Dinas Kesehatan Pemprov Jatim. Dengan harapan ada solusi berkaitan dengan masalah-masalah tersebut.

Masalah tersebut pun disebutkannya juga dialami beberapa rumah sakit rujukan Covid-19 lainnya. Baik di Malang maupun kota lainnya. Akan tetapi dirinya mengaku kurang mengetahui masalah intern beberapa rumah sakit rujukan tersebut.

"Saat ini kami masih proses koordinasi dan sudah kami utarakan masalahnya saat beberapa kali melakukan rapat dengan Dinkes Provinsi (Pemprov Jatim) maupun Kementerian Kesehatan. Soalnya, beberapa RS rujukan lain juga mengeluhkan hal sama," ujarnya.

Tidak jauh berbeda diungkapkan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat RSI Aisyiyah Kota Malang Riana bahwa kapasitas 11 tempat tidur di ruang isolasinya sempat penuh. Tepatnya pada Rabu 1 Juli 2020 kemarin.

Bahkan, rumah sakit itu sempat memberikan pengumuman sementara bahwa belum menerima rujukan pasien baru konfirmasi virus corona. Alasannya karena penuhnya tempat tidur itu tadi.

Akan tetapi, kata dia, untuk saat ini diakuinya sudah ada ruangan yang kosong. Hal itupun setelah ada beberapa pasien konfirmasi positif virus corona sudah dinyatakan sembuh secara klinis dan diperbolehkan pulang

"Kemarin memang sempat penuh. Tapi, kalau sekarang sudah ada (tempat tidur) yang kosong. Karena sudah ada yang sembuh dan pulang," ungkapnya.

Satgas Covid-19 Kota Malang Siapkan Rumah Karantina

Sementara itu, Hubungan Masyarakat Satuan Tugas Covid-19 Kota Malang Husnul Muarif mengungkapkan pihaknya belum mendapatkan informasi detail berkaitan penuhnya tempat tempat tidur di tujuh rumah sakit rujukan Covid-19 itu. Dia mengaku baru mendapatkan informasi dari Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang.

"Kami masih belum mendapatkan informasi pastinya dari tujuh rumah sakit rujukan di Kota Malang. Cuma, informasi di RS UMM kapasitas 30 bednya sudah penuh," terangnya kemarin.

Sebenarnya, kata dia, untuk penuh tidaknya kapasitas tempat tidur di rumah sakit sudah bisa dilihat di dashboard masing-masing rumah sakit. Akan tetapi dia mengakui masih belum melakukan pengecekan. Sehingga masih belum mengetahui data pastinya.

"Jadi di dashbord itu sudah bisa diakses berkaitan dg ketersediaan tempat tidur. Tapi, kebetulan kami belum buka di dashbord rumah sakit rujukan itu," tuturnya.

Meski begitu, Husnul menyebutkan beberapa skema sudah disiapkan Satgas Covid-19 Kota Malang sebagai antisipasi mengatasi masalah tersebut. Disebutkannya seperti menjadikan Balai Diklat Pemprov Jatim sebagai rumah karantina dengan kapasitas 60 tempat tidur di Jalan Kawi, Kota Malang.

Rumah isolasi tersebut dikatakannya akan berfungsi menampung pasien konfirmasi positif di rumah sakit dengan kondisi membaik secara klinis, tidak ada keluhan dan hanya menunggu hasil swab keduanya. Sehingga diharapkannya bisa mengurangi jumlah beban di rumah sakit rujukan dan tidak sampai penuh.

"Kalau ini tidak ada hambatan. Insyaallah hari Jumat ini sudah bisa digunakan. Soalnya semua sudah siap dengan kapasitas disediakan ada 60 tempat tidur," jelasnya.

Sedangkan untuk rencana penambahan tempat tidur di rumah sakit rujukan. Dia menjelaskan masih perlu adanya evaluasi dengan melihat perkembangan penambahan jumlah pasien konfirmasi positif di Kota Malang.

"Tentunya nanti harus melewati beberapa evaluasi untuk perkiraan penambahan daripada jumlah kasus dan juga perkiraan dari pasien sembuh," ucapnya.

Sebelumnya, Husnul menyampaikan juga akan mengkoordinasikannya dengan enam rumah sakit swasta lainnya di Kota Malang terkait penuhnya tempat tidur.

Akan tetapi, rumah sakit yang dipilihnya khusus sudah siap dengan memiliki fasilitas ruang isolasi sendiri untuk pasien konfirmasi positif virus corona.

"Kurang lebih, kita kan masih punya enam rumah sakit. Seperti Panti Nirmala, Persada dan Permata Bunda," kata dokter yang juga Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang ini.

Solusi tersebut dikatakannya karena melihat kondisi kapasitas tempat tidur RSUD Kota Malang juga terancam penuh. Hal itu seiring bertambahnya pasien konfirmasi positif virus corona klaster keluarga.

"RSUD Kota Malang ini sudah kita komunikasikan. Karena, 15 tempat tidur dari kapasitas 22 tempat tidurnya sudah ditempati. Jadi, ini bisa penuh (ruang isolasinya)," kata dia dalam keterangannya waktu itu.

Sementara itu, berdasarkan data Satgas Covid-19 Kota Malang jumlah pasien konfirmasi positif Covid-19 tercatat ada 217 orang. Sedangkan untuk kategori PDP sebanyak 391 orang, ODP sebanyak 994 orang, OTG sebanyak 761 dan ODR sebanyak 3.164 orang.

DPRD Kota Malang Nilai Pemerintah Lambat

Diwawancarai terpisah, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Ahmad Fuad Rahman menilai masalah melonjaknya pasien terkonfirmasi positif virus corona dan berimbas pada penuhnya rumah sakit rujukan akibat lambatnya penanganan serta tidak transparannya data oleh Pemerintah Kota Malang.

"Saya khawatir banyaknya pasien Covid-19 ini bisa membludak seperti tempat lain. Makanya, saya sudah minta sama Pemkot Malang agar didata benar dan transparan," kata dia di ruangan Komisi C DPRD Kota Malang, Rabu, 1 Juli 2020.

Dia menjelaskan seperti dalam hal laporan data pasien konfirmasi positif virus corona oleh Satgas Covid-19 setiap harinya. Data tersebut dikatakannya masih belum menunjukkan informasi data pasien sebenarnya.

"Di RS ada berapa pasien. Di tempat lain ada berapa. Itu harus dilihat dan dicek dengan benar. Data pasien sekarang ini belum menunjukkan data riilnya," kata Fuad.

Ketika hal tersebut sudah dilakukan, dia menyampaikan barulah nantinya dilihat apakah rumah sakit di Kota Malang mampu atau tidak. Kemudian apakah ada pembengkakan tidak ketika tiba-tiba ada gelombang besar.

"Lihatlah rumah sakit. Ventilatornya ada berapa, bed-nya berapa," ucapnya.

Kemudian dikatakannya harus ada pengecekan dan evaluasi secara berkala berkaitan dengan masalah tersebut. Dengan harapan, kata dia, agar Pemkot Malang tidak kelimpungan di tengah-tengah terjadinya gelombang besar yaitu jumlah pasien konfirmasi positif virus corona malah banyak sebagaimana di Italia.

"Kalau tidak ada begitu dan penanganannya masih lamban. Ketika misalnya semuanya dites ternyata banyak. Kapasitas rumah sakit kita ini bisa tidak cukup. Nanti malah seperti Itali," ucapnya.

Dia juga menambahkan seharusnya Pemkot Malang terbuka kepada publik ataupun nmedia perihal data tes massal. Baik rapid test atau swab yang dilakukan oleh pemerintah, kerja sama dengan pengusaha maupun tes secara mandiri warga.

Soalnya, kata Fuad, Pemkot Malang dinilainya cukup tertutup dan tidak transparan perihal itu. Selama ini dikatakannya memang pemerintah sudah melakukan tes massal. Namun, laporannya tidak ada. Bahkan, dia mengaku juga kesulitan mendapatkan datanya.

"Saya sendiri juga belum mendapatkan datanya. Berapa yang di rapid test atau swab ketika PSBB ataupun setelahnya saat masa transisi new normal ini. Itu yang belum ada dan tidak pernah dipublikasikan ke publik," kata dia.

"Padahal, kita butuh rapid test massal dan laporannya. Cuma, mereka ngomong kalau rapid test massal saja. Kalau seperti itu terus, habis anggaran kita (tanpa ada transparansi)," tuturnya.

Oleh sebab itulah, sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan yaitu pasien konfirmasi positif virus corona membludak dan rumah sakit rujukan kewalahan. Dia berharap Pemkot Malang bisa lebih aktif dan cepat dalam penanganannya serta harus transparan kepada publik.

"Kalau bisa kurangi lah kegiatan seremonial-seremonial itu. Lebih baik gencarkan action melakukan penanganan bagaimana untuk memutus mata rantai Covid-19 ini," ucapnya. []

Berita terkait
Penyebab Wisata Kampung Tematik di Malang Belum Buka
Kampung tematik di Kota Malang belum siap menerima kunjungan wisata. Pemenuhan syarat protokol kesehatan menjadi kendala.
Inflasi Tertinggi, BPS: Ekonomi Kota Malang Membaik
Perekonomian Kota Malang menunjukkan tanda membaik. Ini setelah inflasi mencapai 0,44%, tertinggi di Jawa Timur.
Fakta Soal Viral Denda Pelanggar Tol Surabaya-Malang
Beredar di media sosial tentang sanksi denda bagi pelanggar jika melalui Tol Surabaya-Malang sebesar Rp 150 hingga 250 ribu.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.