Faktor Ini Membuat Golkar Merosot di Pemilu 2019

Partai Golkar berada diperingkat tiga dalam hasil rekapitulasi penghitungan suara di Pileg 2019.
Ilustrasi Partai Golkar. (Foto: Antara)

Jakarta - Partai Golkar berada diperingkat tiga dalam hasil rekapitulasi penghitungan suara di Pileg 2019.

Diketahui dari rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara yang digelar di KPU RI pada Senin 20 Mei 2019, Golkar memperolah 17.229.789 (12,31) persen.

Dalam Pileg ini, Golkar diungguli oleh Gerindra yang berada di peringkat kedua. Sementara PDIP di peringkat teratas atau peringkat pertama.

Jika mengacu pada hasil Pileg 2014, Golkar ternyata mengalami kemerosotan di Pileg 2019 sekarang ini. Dimana pada Pileg 2014, Golkar berada diperingkat ke dua dengan hasil perolehan suara 18.432.312 suara.

Hal ini mendapatkan perhatian dari Politikus Senior Partai Golkar Firman Subagyo, ia mengakui merosotnya peringkat Golkar di Pileg 2019 disebabkan banyaknya permasalahan internal partai.

"Selalu saya sampaikan Golkar ini kan selama lima tahun ini diterpa badai yang sangat luar biasa. Sehingga kelembagaan partai memang tidak bisa konsolidasi secara maksimal karena banyaknya problematika internal yang ketika itu dihadapi oleh partai Golkar," kata Firman Subagyo kepada Tagar, Selasa 21 Mei 2019.

Faktor kader yang terlibat kasus-kasus korupsi bisa menjadi salah satu penyebab menurunnya perolehan suara partai Golkar.

"Terutama pergantian ketum yang sekian kalinya, kemudian juga ada beberapa kader yang terlibat kasus-kasus korupsi. Ini juga jadi pengaruh daripada perolehan suara partai Golkar," ujarnya.

Kata dia, momen Pemilu 2019 perhatian masyarakat cenderung pada pemilihan presiden dan wakil presiden, yang diuntungkan adalah partai politik yang dinaunginya.

"Memang pencalonan presiden dan wakil presiden ini juga berdampak pada Golkar. Karena Golkar tidak mendapatkan efek positifnya secara langsung," tuturnya.

"Pemilih itu kecenderungannya mengikuti presidennya siapa, sehingga yang menguntungkan bagi partai-partai yang ditungganginya.Terutama PDIP diuntungi efek pak Jokowi yang begitu besar, kemudian PKB diuntungkan oleh pak wakil presiden dan Gerindra diuntungkan karena pak Prabowo menjadi capres. Iya jadi itu faktor yang menyebabkan daripada Golkar mengalami penurunan," imbuhnya.

Dengan menurunnya peringkat perolehan suara di Pileg 2019, lanjut dia menambahkan, seluruh kader Golkar harus tetap solid dan mengurangi adanya konflik internal partai.

"Kita harus meminimalis atau mengurangi terhadap kejadian konflik-konflik di internal partai. Partai harua solid untuk menghadapi tantangan-tantangan yang akan datang," bebernya.

"Jadi kita harus solid untuk menghadapi tantangan 2024 yang akan datang. Dan kita harus betul-betul bisa mendapatkan dan harus bisa memilih ketum/ pemimpin kita yang akan datang yang betul-betul bisa mempersatukan dari berbagai elemen dan mampu berkomunikasi politik dengan baik," ujarnya.

Dia berharap pada Pemilu 2024, Golkar dapat menciptakan kader parpolnya menjadi capres dan cawapres. Sehingga elektabilitas partai dapat meningkat ke peringkat lebih tinggi.

"Kita juga harus mampu menciptakan kadernya sendiri untuk menjadi capres dan cawapres. Sekalipun itu mungkin kalah menang itukan urusan kedua," tandasnya.

Berikut informasi perolehan suara partai politik di Pemilu Legislatif 2019 dan Pemilu Legislatif 2014.

Pemilu Legislatif 2019

  1. PDI-P 27.053.961 (19,33 persen)
  2. Gerindra 17.594.839 (12,57 persen)
  3. Golkar 17.229.789 (12,31 persen)
  4. PKB 13.570.097 (9,69 persen)
  5. Nasdem 12.661.792 (9,05 persen)
  6. PKS 11.493.663 (8,21 persen)
  7. Demokrat 10.876.507 (7,77 persen)
  8. PAN 9.572.623 (6,84 persen)
  9. PPP 6.323.147 (4,52 persen)
  10. Perindo 3.738.320 (2,67 persen)
  11. Berkarya 2.929.495 (2,09 persen)
  12. PSI 2.650.361 (1,89 persen)
  13. Hanura 2.161.507 (1,54 persen)
  14. PBB 1.099.848 (0,79 persen)
  15. Garuda 702.536 (0,50 persen)
  16. PKPI 312.775 (0,22 persen)

Pemilu Legislatif 2014

  1. PDI-P 23.681.471 (18,95%)
  2. Golkar 18.432.312 (14,75%)
  3. Gerindra 14.760.371 (11,81%)
  4. Partai Demokrat 12.728.913 (10,9%)
  5. PKB 11.298.950 (9,04%)
  6. PAN 9.481.621 (7,59%)
  7. PKS 8.480.204 (6,79%)
  8. Nasdem 8.402.812 (6,72%)
  9. PPP 8.157.488 (6,53%)
  10. Hanura 6.579.498 (5,26%)
  11. PBB 1.825.750 (1,46%)
  12. PKPI 1.143.094 (0,91%)

Baca juga:

Berita terkait
0
Biden dan Para Pemimpin G7 Disebut Sepakati Larangan Impor Emas Rusia
Sebuah langkah yang bertujuan untuk semakin mengisolasi Rusia dari ekonomi global dengan mencegah partisipasinya di pasar emas