Jakarta - Direktur Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengatakan perseteruan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu itu lumrah terjadi. Ujang beranggapan ketegangan muncul lantaran Erick enggan mengakomodir keinginan Adian soal kursi komisaris di BUMN.
"ET (Erick Thohir) mengakomodir yang lain, tapi tak mengakomodir AN (Adian Napitupulu). Wajar jika mereka berseteru," ujar pengamat politik dari Universitas Al Azhar Jakarta ini saat dihubungi Tagar, Jakarta, Selasa, 28 Juli 2020.
Wajar jika mereka berseteru
Ujang menilai, baik Erick maupun Adian, sama-sama tahu bahwa BUMN merupakan tempatnya titipan elit politik dan para penguasa. Tapi Adian, menurut dugaan Ujang, menganggap Erick 'main sendiri' di kementerian yang menaungi perusahaan berplat merah tersebut.
"ET mungkin dianggap main sendiri dan mengakomodir orang-orangnya sendiri dan kelompoknya. Sedangkan AN tak diakomodir," ucap dia.
Baca juga:
- Terbelenggu Aturan, Jokowi: Semua Harus Kita Rombak
- Kronologi Isu Adian Napitupulu Minta Jatah Komisaris
Sepuluh hari usai pelantikan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amien di Gedung MPR, Adian bercerita menerima pesan Whatsapp dari Istana. Ia diminta menulis nama-nama relawan tim sukses Jokowi-Ma'ruf Amien dari kelompok Aktivis 98 yang bisa dijadikan komisaris BUMN atau duta besar.
Tiga hari kemudian, Adian membawa daftarnya ke Istana dan menyerahkannya kepada Menteri Sekretaris Negara Pratikono. "Jadi bukan saya yang minta, tapi Presiden yang menawarkan kepada kami," kata Adian, Kamis lalu. Ia bilang, nama yang ia ajukan tak lebih dari 60 orang.
Hingga 23 Juli 2020, Adian mengaku tak pernah mendengar Jokowi membatalkan penempatan anggota Aktivis 98 di kursi komisaris BUMN. Presiden, kata Adian, tak pernah komplain terkait jumlah calon yang diajukan dan tak pernah mengeluhkan komptensi orang yang masuk dalam daftar.
Meski menolak disebut menitipkan nama calon komisaris langsung kepada Erick, Adian berpendapat penempatan orang titipan telah terjadi di BUMN. Ia menyebut ada 6.200 orang titipan di BUMN, baik yang ditempatkan sebagai direksi maupun komisaris.
"Kenapa saya katakan bahwa ada 6.200 komisaris dan direksi titipan di BUMN? Logikanya sederhana saja, yaitu karena semua rekrutmen, seleksi dan keputusan untuk posisi direksi dan komisaris dilakukan secara tertutup, maka biasanya titipan akan terjadi," kata Adian Napitupulu.[]