Epidemiolog Anjurkan Masa Karantina untuk Wisman 7 Hari

Memangkas masa karantina para WNA dan WNI yang datang ke Bali menjadi lima hari berisiko tinggi untuk penyebaran Covid-19.
Ilustrasi wisata Bali. (Foto: Tagar/Ist)

Jakarta - Destinasi pariwisata di Bali akan kembali menerima kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mulai Kamis, 14 Oktober 2021 dalam masa uji coba. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menuturkan sejauh ini pemerintah memangkas waktu karantina bagi wisman menjadi lima hari, sebelumnya tujuh hari. Namun, keputusan tersebut belum final.

Menurut pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman rencana pemerintah yang ingin memangkas masa karantina para WNA dan WNI yang datang dari negara lain menjadi lima hari berisiko tinggi untuk penyebaran Covid-19.

"Para ahli kesehatan dan epidemiolog menganjurkan masa karantina adalah 7x24 jam. Itu pun sudah dilengkapi syarat lain seperti wajib vaksin dosis lengkap dan hasil negatif Covid-19 dari negara asal dan pasca kedatangan di Indonesia. Jadi, masa karantina lima hari menurut saya masih terlalu berisiko untuk konteks Indonesia," katanya.

Hal itu berpatokan pada sebuah studi di Selandia Baru tentang masa karantina yang menemukan masa lima hari ke bawah potensi kasus lolos mencapai 25 persen. 

Dicky menambahkan, varian dari mutasi virus SARS-CoV-2 yang terus bermunculan dan relatif memperburuk kondisi pandemi Covid-19 juga harus menjadi pertimbangan pemerintah.



Para ahli kesehatan dan epidemiolog menganjurkan masa karantina adalah 7x24 jam. Itu pun sudah dilengkapi syarat lain seperti wajib vaksin dosis lengkap dan hasil negatif Covid-19 dari negara asal dan pasca kedatangan di Indonesia. Jadi, masa karantina lima hari menurut saya masih terlalu berisiko untuk konteks Indonesia.



"Dengan potensi itu, maka masa karantina adalah hal urgen untuk melihat dan mengamati masa inkubasi virus untuk hasil tes Covid-19 yang lebih valid," tuturnya.

Dicky mengatakan, kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia masih sangat variatif di tiap daerahnya karena faktor geografis Indonesia yang berbentuk negara kepulauan, juga penanganan pandemi Covid-19 yang pada awalnya masih fokus pada kota-kota besar saja.

"Kalau kebijakan bebas karantina Indonesia jelas belum bisa ya, berbeda dengan negara lain. Mungkin kalau sudah seperti Jakarta semuanya boleh tapi kalau secara umum terlalu berisiko. Dalam strategi pengendalian pandemi itu selalu mengambil skenario terburuknya dulu," ujarnya [].


Baca Juga :






Berita terkait
Cara Mencegah Gelombang Ketiga Covid-19 Menurut Epidemiolog
Covid-19 gelombang ketiga bisa saja terjadi di Indonesia jika masyarakat abai.
Epidemiolog Imbau Masyarakat Jangan Pilah-pilih Merk Vaksin
Imbauan tersebut disampaikan karena hingga kini masih ada masyarakat yang pilih-pilih merek vaksin.
Saran Epidemiolog UI untuk Para Tokoh Agama dan Masyarkat
menilai penanganan Covid-19 di luar Jawa dan Bali harus disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya setempat.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.