Ephorus HKBP: Anak Sekarang, Malu Sebagai Orang Batak

Menurutnya, ada banyak anak sekarang yang tidak tahu budaya Batak, tidak tahu berbahasa Batak.
Ephorus HKBP Pdt Dr Darwin Lumbantobing saat menerima salam seorang anak di HKBP Pangombusan, Kabupaten Toba Samosir, Minggu 4 Agustus 2019. (Foto: HKBP)

Tobasa - Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pdt Dr Darwin Lumbantobing menyoroti peran orangtua dalam mendidik anak. Bukan hanya tanggung jawab gereja, tetapi tanggung jawab bersama.

Menurutnya, ada banyak anak sekarang yang tidak tahu budaya Batak, tidak tahu berbahasa Batak. Sekarang sudah minim yang tahu dan memahami aksara Batak, bahkan malu sebagai orang Batak.

"Orangtua, sekolah, gereja, pemerintah, dan semua pihak, harus serius untuk membimbing anak, mengajarkan Firman Tuhan dan mengajarkan budaya kita," kata Ephorus Darwin Lumbantobing dalam Jubileum 125 Tahun HKBP Pangombusan, Distrik IV Toba, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Minggu 4 Agustus 2019.

Lebih jauh, ephorus menyebut agar makna 125 Tahun HKBP Pangombusan diwariskan kepada generasi muda, terutama warisan iman. 

HKBP Pangombusan merayakan Jubileum 125 Tahun dipadu dengan ibadah Minggu yang dilayani Ephorus HKBP.

Prosesi ibadah diikuti para pelayan beserta panitia disambut meriah jemaat beserta undangan, lalu dilanjutkan penanaman pohon ketapang cendana, pelepasan burung merpati, penandatanganan prasasti peresmian Sopo Godang serta prasasti Jubileum 125 Tahun HKBP Pangombusan.

Sejarah HKBP Pangombusan

Gereja HKBP Pangombusan berdiri sejak tahun 1984. Sintua Arifin Sitorus menyebutkan, dulunya tahun 1894 terjadi permusuhan antarkampung dan marga terjadi di Pangombusan, karena sulitnya mencari kebutuhan keluarga.

Baca juga:

Dipahami jemaat, itu dikarenakan masih tingginya kepercayaan akan roh-roh (hasipelebeguon) sehingga terjadi perselisihan di sana-sini.

Kedatangan Dr IL Nommensen benar-benar membawa perubahan. Injil yang diberitakan menolong warga untuk ke luar dari kegelapan. Saat itu Nommensen berdomisili di Sigumpar.

Lalu, Raja Musa Sibuea, Saur Manurung, dan beberapa kawannya, ketika mereka hendak menemui Nommensen di Sigumpar, mereka mengalami kesulitan.

Setelah bertemu, mereka meminta agar didatangkan seorang pendeta ke wilayah mereka. Nommensen bersedia dan meminta lahan gereja atau tempat pargodungan. Maka ditempatkanlah di Pangombusan, yang hingga saat ini menjadi kompleks gereja HKBP Pangombusan.

Penginjil yang didatangkan Nommensen membawa kabar baik bagi warga sehingga pelayanan berkembang, didampingi Guru Adian Simorangkir dan seorang bermarga Sinaga.

Di tahun 1905, dimulai membangun gereja dan pelayanan kesehatan poliklinik saat itu hingga kemudian dilantik seorang pendeta yang menjadi Pendeta Ressort di HKBP Pangombusan.

Gereja ini juga sudah merayakan Jubileum 75 Tahun dilayani Ephorus Pdt Ds TS Sihombing dengan tanda 75 anak tangga di depan gereja, kemudian peletakan batu alas gereja dilayani Ephorus Pdt Ds GHM Siahaan. Demikian pelayanan yang terus berkembang hingga saat ini dengan jubileum 125 Tahun. []


Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.