Enam Susun Eksotisme Grojokan Watu Purbo di Sleman

Matahari dan awan kelabu seperti berlomba menunjukkan eksistensinya di Desa Bangunrejo, Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman siang itu.
Pengunjung bermain air di depan salah satu air terjun Grojokan Watu Purbo, di Desa Bangunrejo, Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Minggu, 9 Februari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sleman - Matahari dan awan kelabu seperti berlomba menunjukkan eksistensinya di Desa Bangunrejo, Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Minggu siang, 9 Februari 2020. Awan-awan pembawa butiran gerimis berusaha menutupi matahari menghujamkan sinarnya ke bumi, tapi bayu meniup sang awan menjauh. Begitu silih berganti, membuat air di grojokan atau air terjun Watu Purbo sesekali mengilap terkena pantulan cahaya mentari, namun kemudian kilap itu menghilang tertutup awan.

Eksotisme Grojokan Watu Purbo semakin terlihat saat diperhatikan dari kejauhan. Air yang mengalir melalui enam tingkat grojokan itu bagaikan puluhan selendang kecil berwarna putih yang menjuntai, meliuk-liuk dari tingkatan pertama turun ke tingkat terakhir.

Puluhan bahkan ratusan pengunjung asyik memotret keindahan itu. Sebagian dari mereka bahkan rela melepas alas kaki dan berbasah-basah, menikmati segarnya air yang mengalir di aliran Sungai Krasak tersebut.

Pepohonan rimbun nan cukup tinggi, laksana benteng yang menjaga keasrian tempat itu. Menyejukkan pandangan dan menjadi panggung konser beburungan yang berkicau, mencoba menyaingi suara gemericik air yang meluncur dari atas.

Meski nadanya tak berirama, suara perciknya saat menyentuh genangan dan melompat pada bebatuan, cukup mampu meneduhkan suasana.

Sementara, buih-buih air yang berkejaran di antara bebatuan, menjadi pemandangan cukup menarik di tempat itu, grojokan yang dibuat pada tahun 1975 lalu, untuk menahan aliran bila terjadi erupsi Gunung Merapi.

Sebagian pengunjung berswafoto dengan latar belakang enam susun eksotisme air terjun itu. Beberapa lainnya saling memotret bersama rekannya.

Saya baru pertama kali ke sini. Saya tahunya dari sosmed. Temanku juga habis dari sini beberapa hari lalu.

Grojokan Watu PurboPengunjung bermain air di depan salah satu air terjun Grojokan Watu Purbo, di Desa Bangunrejo, Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Minggu, 9 Februari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Terkenal Melalui Medsos

Air terjun bersusun enam itu menjadi daya tarik utama wisatawan yang berkunjung, seperti dikatakan Ana 33 tahun. Warga Kabupaten Bantul ini sengaja datang untuk melihat langsung air terjun enam tingkat, yang viral di berbagai media sosial (medsos).

Selain air terjun, suasana yang asri dan aliran air Sungai Krasak nan jernih, menjadi penunjang ketertarikan wisatawan. Di sungai itu mereka bisa bermain air, berenang, dan meluncur di atas ban dalam bekas yang disewakan.

"Kalau saya, mungkin karena bentuknya tingkat, bersusun, terus jadi kelihatan menarik. Apalagi pas musim hujan, airnya mengalir. Jadi bagus. Mungkin itu sebagai daya tarik utamanya," kata Ana.

Wanita dengan senyum ramah tersebut datang bersama kakak dan anaknya. Ia mengaku baru pertama kali mengunjungi Grojokan Watu Purbo. Tapi, pada kunjungan pertamanya itu, Ana merasa belum puas. Ia berniat kembali datang bersama keluarganya yang lain.

Grojokan Watu PurboSeorang wisatawan di Grojokan Watu Purbo, Ana, 33 tahun, menyarankan pembangunan infrastruktur di lokasi wisata tersebut. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Salah satu alasan ia ingin kembali adalah biaya masuk lokasi yang sangat terjangkau, hanya Rp 5 ribu. Biaya itu termasuk untuk pembayaran parkir sepeda motor. Selain itu, anaknya sangat suka bermain air di tempat tersebut.

"Saya baru pertama kali ke sini. Saya tahunya dari sosmed. Temanku juga habis dari sini beberapa hari lalu, kan rumahnya dekat sini. Jadi saya tanya daerah mana? 'Ada kok di map', kata dia. Ya sudah aku terus ke sini. Kebetulan daerah sini enggak asing, jadi pas nyari ke sini langsung ketemu," kata perempuan berhijab itu.

Ia mengatakan tempat wisata itu sangat cocok untuk anak-anak dan keluarga. Hanya saja, ia berharap agar ke depan infrastruktur di sekitar lokasi wisata lebih ditingkatkan, termasuk akses jalan masuk.

Akses masuk ke lokasi wisata memang belum seluruhnya aspal. Sejak dari lokasi pemungutan retribusi masuk, jalanannya terbuat dari tanah yang dikeraskan. Pada beberapa bagian bahkan kerikil-kerikil bertonjolan. Pengendara sepeda motor harus berhati-hati dan berjalan lambat.

Para pengendara sepeda motor yang nekat berkendara dengan kecepatan sedang, terlihat seperti sedang bermain rodeo di atas banteng. Tubuhnya terlonjak-lonjak, bergerak naik-turun.

Grojokan Watu PurboPengunjung Grojokan Watu Purbo, Desa Bangunrejo, Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, bermain air dengan ban dalam, di sungai, Minggu, 9 Februari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Belum lagi ruas jalannya yang cukup sempit, sehingga dilakukan sistem buka-tutup jalur, agar mobil tidak berpapasan. Peran beberapa pemuda warga setempat yang mengatur kendaraan, sangat membantu pengendara.

"Dari akses jalan masuk tadi, mulai dari pembayaran retribusi, jalannya belum bagus, masih tanah dan batu. Mungkin ke depannya bisa jalannya diperhalus, misalnya diaspal. Kalau bisa juga diperlebar sedikit jalannya, supaya enggak buka tutup saat papasan kendaraan masuk dan keluar," harapnya.

Fasilitas lain yang diperlukan adalah toilet dan penambahan tempat sampah. Memang di area Grojokan Watu Purbo sudah tersedia toilet umum. Hanya saja letaknya berada di tengah jalur menuju ke bawah, sehingga pengunjung dari bawah harus mendaki untuk menggunakan toilet.

"Karena kan anak-anak banyak yang mandi, atau mungkin nanti wisatawan ada yang kebelet, kalau ada toiletnya lebih bagus. Tempat sampah juga perlu, karena tadi aku pas jalan ngelihat kayaknya kesadaran orang tentang kebersihan kurang. Sampah dibuang sembarangan. Kalau saya mungkin itu saja. Karena ini kan alam, jadi kalau banyak sampah berceceran jadinya enggak bagus, mencemari alam," tuturnya.

Ia juga menyarankan pada para pengunjung agar tidak membuang sampah di sungai dan sekitar grojokan. Sebaiknya, kata dia, sampah-sampah itu dibawa ke atas dan dibuang pada tempatnya.

Grojokan Watu PurboLokasi Grojokan Watu Purbo di Desa Bangunrejo, Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Minggu, 9 Februari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Pemberdayaan Masyarakat

Seorang pengunjung lain, Waldi 27 tahun, mengaku sudah beberapa kali berkunjung ke Grojokan Watu Purbo. Padahal ia tinggal di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Cukup jauh.

Ia menyarankan warga sekitar memproduksi kerajinan khas untuk dijual di lokasi wisata. Waldi memberi contoh Candi Borobudur. Di sana penjual kerajinan dan oleh-oleh khas sangat mudah ditemui.

"Menurut saya, di sini potensinya cukup bagus. Lokasinya juga tidak jauh dari Kaliurang dan perkebunan salak. Mungkin akan bagus kalau pengelola atau warga setempat menyediakan oleh-oleh khas," kata dia.

Saat ini di lokasi Grojokan Watu Purbo memang sudah ada beberapa warung yang dikelola warga setempat. Tapi kebanyakan mereka menjual makanan yang banyak ditemui di tempat lain, bahkan bukan di lokasi wisata, misalnya makanan dan instan, atau makanan ringan dalam kemasan.

Grojokan Watu PurboSerombongan wisatawan berswafoto dengan latar belakang Grojokan Watu Purbo, di Desa Bangunrejo, Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Minggu, 9 Februari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Waldi juga menyarankan agar pemerintah desa setempat atau pengelola bekerja sama dengan agen perjalanan wisata, untuk menambah jumlah wisatawan yang berkunjung.

Ia berpendapat upaya itu tidak akan sulit, mengingat lokasi Grojokan Watu Purbo itu hanya berjarak beberapa kilometer dari jalan raya Yogyakarta-Magelang, yang merupakan jalur utama wisatawan berkunjung ke Candi Borobudur.

"Sebetulnya sekarang pengunjungnya sudah cukup banyak, apalagi kalau hari libur. Tapi kalau dikerjasamakan dengan travel, kan bisa bikin paket wisata, misalnya wisatawan dari Borobudur dibawa ke sini juga," ucapnya.

Destinasi wisata yang tergolong baru ini, menurutnya memiliki banyak kelebihan yang menguntungkan, termasuk area parkir yang cukup luas. Hanya saja, memang dibutuhkan sedikit pelebaran jalan, agar bus wisata bisa masuk sampai area parkir Grojokan Watu Purbo.

"Kalau itu semua bisa dilakukan, saya yakin destinasi wisata ini tidak kalah dengan Tebing Breksi di sekitar Prambanan. Polanya juga kan sama dengan Breksi, sama-sama ngetop lewat media sosial, cuma di sana dikelola lebih profesional. Sebenarnya grojokan ini jauh lebih menjanjikan." []

Baca juga:

Berita terkait
Kisah Inspiratif 2 Jurnalis Yogyakarta
Dua jurnalis inspiratif di Yogyakarta, Hendy Kurniawan dan Boy T Harjanto. Apa yang mereka lakukan untuk kehidupan mengundang rasa haru.
Saat Terakhir Gus Sholah di Ponpes Tebuireng
Lantunan ayat-ayat suci Alquran menggema di seluruh sudut Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, pada saat penghormatan terakhir untuk Gus Sholah.
Benarkah Bengkel Ketok Magic Memakai Jin?
Mobil masuk bengkel ketok magic tidak boleh dilihat proses pengerjaannya. Ini menimbulkan bisik-bisik ketok magic memakai kesaktian jin. Benarkah?
0
Banyak Kepala Daerah Mau Jadi Kader Banteng, Siapa Aja?
Namun, lanjut Hasto Kritiyanto, partainya lebih mengutamakan dari independen dibandingkan politikus dari parpol lain.