Emisi CO2 Global Kembali Meningkat ke Level Prapandemi

Setelah menurun signifikan akibat pandemi Covid-19, emisi karbon dioksida kembali naik mendekati rekor baru
Emisi bahan bakar fosil diperkirakan mencapai 36,4 miliar ton karbon dioksida, hanya 0,8% di bawah rekor sebelum pandemi Covid-19 (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Setelah menurun signifikan akibat pandemi Covid-19, emisi karbon dioksida kembali naik mendekati rekor baru. China menjadi negara penyumbang emisi terbesar, kata para peneliti.

Keuntungan dari penurunan emisi karbon tahun lalu sebagai impak "lockdown" saat pandemi Covid-19, hilang seketika saat kegiatan ekonomi kembali pulih di seluruh dunia, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Proyek Karbon Global pada Kamis, 4 November 2021.

Meningkatnya emisi, terutama disebabkan oleh karbon dioksida berbahaya yang dipancarkan dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas, kata laporan itu.

Para peneliti mengatakan, mereka telah memperkirakan emisi akan meningkat lagi, setelah melihat penurunan selama tahun pandemi, tetapi peningkatannya "lebih besar dari yang diprediksi."

"Kami memprediksi akan terjadi beberapa kenaikan kembali emisi. Yang mengejutkan kami adalah intensitas dan kecepatan kenaikan ulang itu," kata Pierre Friedlingstein, penulis utama laporan dan peneliti pemodelan iklim di University of Exeter.

Para peneliti mencatat, emisi dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas bumi turun selama pandemi. Namun, emisi gas meningkat sebesar 2% dan emisi batu bara sebesar 1% antara 2019 dan 2021.

Studi tersebut memperkirakan, pada tahun 2021 dunia akan memuntahkan emisi 36,4 miliar metrik ton karbon dioksida, dibandingkan dengan 36,7 miliar metrik ton dua tahun lalu.

PLTU Suralaya di Cilegon BantenAsap mengepul dari cerobong PLTU Suralaya di Cilegon, Banten, 21 September 2021 (Foto: voaindonesia.com - AFP/Bay Ismoyo)

1. China, negara penyumbang emisi terbesar

China menyumbang sebagian besar emisi batu bara dan gas global itu.

Xie Zhenhua, negosiator iklim PBB dan utusan iklim khusus untuk China, pada Selasa, 2 November 2021, kepada wartawan mengatakan, China adalah salah satu penghasil emisi terbesar karena masih merupakan ekonomi berkembang.

China juga menjadi kontributor utama emisi pada tahun 2020, karena investasi untuk memacu pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona menyebabkan penggunaan batu bara yang lebih besar pada tahun itu, bahkan ketika emisi turun di negara lain.

China dan India, penghasil gas rumah kaca terbesar dan ketiga terbesar di dunia, diperkirakan akan menghasilkan emisi yang lebih tinggi pada tahun 2021 dibanding 2019. Sementara Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan memiliki level emisi karbon yang sedikit lebih rendah.

pltu di jermanPembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Neurath, Jerman, 29 April 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

2. Laporan dirilis saat para pemimpin dunia hadiri COP26

Laporan itu dirilis ketika para pemimpin dunia menghadiri KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia. Konferensi iklim PBB tersebut dihadiri oleh lebih dari 120 kepala negara yang mencoba mencari cara untuk menjaga keaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius.

India pada pembukaan COP26 berjanji, untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2070. China menyerahkan dokumen untuk menegaskan kembali janjinya yang dilontarkan pada tahun 2020 - yakni mencapai nol bersih pada tahun 2060 - meskipun kepala negaranya tidak menghadiri KTT tersebut [ha/as (Reuters, AP, AFP)]/dw.com/id. []

Lockdown Turunkan Emisi CO2 Dunia Jadi 7% pada Tahun 2020

Efek Covid-19, Emisi Karbon di India Turun Tajam

Listrik Terbangkan Pesawat Terbang Ramah Lingkungan

Jerman Buka Pabrik Bahan Bakar Jet Netral Karbon Pertama di Dunia

Berita terkait
Komitmen Jokowi Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca
Presiden Joko Widodo fokus berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 26 persen pada tahun 2020.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina