Emak-emak Deli Serdang Menangis Tak Dapat BLT

Air mata wanita usia 56 tahun, warga Kabupaten Deli Serdang, itu berlinang ketika mengaku tidak pernah mandapatkan bantuan apapun dari pemerintah.
Asnah boru Batubara, 56 tahun, sambil berlinang air mata mengungkapkan keinginannya agar bisa menerima bantuan sosial di Kantor Desa Bandar Klippa, Selasa, 2 Juni 2020. (Foto: Tagar/Reza Pahlevi)

Deli Serdang - Asnah Batubara, wanita berusia 56 tahun, warga Dusun VIII, Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, menangis saat bercerita dirinya tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah. Ekonominya terpukul akibat Covid-19.

Bersama dengan dengan emak-emak lainnya, Asnah mendatangi kantor Kepala Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan pada Selasa, 2 Juni 2020. Mereka berharap didata agar bisa mendapatkan bantuan.

Pengakuan Asnah, dia tidak pernah mencicipi bantuan apapun, misalnya PKH, KIP, KIS, BLT Kemensos dan Dana Desa, bahkan bantuan sembako karena terdampak Covid-19.

"Saya warga Dusun VIII, Desa Bandar Klippa. Sampai saat ini saya tidak pernah mendapatkan bantuan apapun. Saya bersama ibu-ibu yang lainnya di sini dengan keluhan yang sama, yaitu tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Terutama bantuan karena terdampak Covid-19," kata Asnah sambil berlinang air mata.

Mereka menduga kepala dusun tidak medata dengan benar. Pemerintah setempat tidak pernah mendatangi rumah mereka.

"Kepala dusun kami tidak memasukkan kami sebagai penerima bantuan terdampak Covid-19. Padahal, kami juga terkena dampak virus corona ini," ungkapnya.

Kepala Dusun VIII bernama Eka yang ketika itu berada di kantor desa, langsung menindaklanjuti keluhan emak-emak itu. Dia mengaku akan mendata dan mencoba mengusulkan nama mereka.

"Ibu-ibu ini akan saya data dahulu, saya akan mengecek ke rumah ibu ini langsung, nanti mereka akan saya foto di depan rumahnya, apakah mereka layak mendapatkan bantuan atau tidak," ungkapnya.

Eka mengaku, di dusunnya hanya 10 keluarga yang mendapatkan bantuan langsung tunai atau BLT yang bersumber dari Dana Desa sebesar Rp 600 ribu per bulan.

"Sementara warga di Dusun VIII ada ribuan keluarga. Saya mohon maaf kepada warga yang belum mendapatkan bantuan karena terdampak Covid-19. Karena kuota yang tersedia tidak sesuai dengan warga yang ada," terangnya.

Kepala Desa Bandar Kilppa, Suripno mengaku, kuota penerima bantuan sosial terdampak Covid-19 di desanya hanya 172 keluarga (KK). Sedangan total warganya mencapai 12 ribu KK.

"Jadi kayak mana mau kita buat, makanya yang dapat adalah orang orang yang benar-benar terdampak Covid-19," ungkap Suripno. "Kalau memang ada kesalahan administrasi dalam pengusulan, bisa kita selesaikan," terangnya.

Permasalahan serupa di Desa Medan Senembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Di desa ini ada warga tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah, yakni Anwar, lelaki berusia 61 tahun, warga Dusun XI.

Kami salurkan uang sebesar Rp 1,2 juta per keluarga dengan menggunakan dana desa, uang itu untuk bulan Mei dan Juni

Lelaki dengan empat orang anak dan sembilan orang cucu ini sangat terdampak dengan penyebaran Covid-19. Dia bekerja mereparasi alat elektronik, seperti televisi radio dan lainnya.

Warga Miskin Deli SerdangAnwar, warga Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. (Foto: Tagar/Reza Pahlevi)

"Sudah lebih sebulan belakangan ini, pendapatan saya sangat berkurang, saya kerja dari rumah ke rumah. Jika tidak ada orang yang memanggil saya karena alat elektroniknya rusak, maka saya tidak mendapatkan uang, karena saya bukan pegawai negeri atau pegawai swasta. Tapi mengapa saya tidak pernah mendapatkan bantuan, padahal saya juga merupakan orang yang terdampak Covid 19," kata Anwar.

Hal sama dirasakan putrinya, janda tiga anak. Tidak pernah mendapatkan bantuan berupa PKH, KIP, KIS, BLT Kemensos dan Dana Desa, hingga sembako.

"Padahal kami sudah menyerahkan kartu keluarga maupun kartu tanda penduduk kepada pihak pemerintahan desa. Tapi kenapa tidak dapat juga?" katanya.

Dia menduga, kepala dusun maupun kepala desa setempat tidak serius mendata masyarakat miskin dan terdampak Covid-19.

"Kami pernah mendatangi kantor Desa Medan Senembah, tapi karena kami tidak ada undangan atau kupon, kami tidak bisa dapat sembako," terang Anwar.

Sekretaris Desa Medan Senembah, Mariana mengatakan seluruh penerima bantuan sumber datanya dari kepala dusun.

"Semua sudah kami salurkan, data kami dapatkan dari kepala dusun. Jika ada warga yang tidak dapat, silakan berkomunikasi dengan kepala dusun," katanya.

Pengakuan Mariana, dari desa itu, ada sebanyak 111 keluarga yang mendapatkan bantuan menggunakan Dana Desa. 

"Kami salurkan uang sebesar Rp 1,2 juta per keluarga dengan menggunakan Dana Desa, uang itu untuk Mei dan Juni. Dua bulan sekaligus kami berikan kepada 111 keluarga." katanya.

Ketika ditanya mengapa disalurkan dua bulan sekaligus, Mariana mengaku agar efisien dan tidak berulang. Dia juga menolak memberikan data warga penerima saat wartawan memintanya.

"Kami salurkan dua bulan sekaligus. Kami tidak bisa memberikan nama penerima BLT Dana Desa, itu tidak boleh kami berikan kepada bapak. Semua uang yang kami berikan itu tidak ada yang kami potong. Begitu juga dengan bantuan sembako," tandasnya.[]

Berita terkait
Kementan dan Ansy Lema Beri Bansos untuk NTT
Anggota DPR Ansy Lema bersama Kementan beri bantuan untuk masyarakat NTT. Bantuan tersebut berupa pangan dan kebutuhan pokok lainnya.
600 KK Warga Miskin Medan Menuntut Bansos Covid-19
Emak-emak mewakili 600 KK di Medan menuntut pemerintah mendata ulang warga kurang mampu penerima bantuan terdampak pandemi Covid-19.
Bansos Jeneponto Tak Tepat Sasaran DPRD Turun Tangan
Bantuan Sosial (Bansos) di Jeneponto tak tepat sasaran, komisi 1 DPRD akan turun tangan untuk memantau secara langsung.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.