Elektabilitas Hasanah Meningkat, ILMA: Bukan Mustahil Menjadi Kuda Hitam

Elektabilitas Hasanah meningkat, ILMA: bukan mustahil menjadi kuda hitam. "Kalau PDI Perjuangan masih konsisten dengan ideologi gotong royong, Hasanah bisa menang," ujar Wawan Gunawan.
Pasangan calon gubernur dan wagub Jawa Barat, dari kiri: nomor urut satu Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, nomor urut dua TB Hasanuddin-Anton Charliyan, nomor urut tiga Sudrajat-Ahmad Syaikhu, dan nomor urut empat Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi saat menghadiri Debat Publik Putaran Kedua Pillgub Jabar 2018 di Balairung Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (14/5/2018). (Foto: Ant/Indrianto Eko Suwarso)

Jakarta, (Tagar 27/5/2018) – Setelah debat kedua Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar), Lembaga survei ILMA Research and Consulting menyebut elektabilitas pasangan Tubagus Hasanuddin dan Anton Charliyan (Hasanah) meningkat signifikan.

Hasil survei yang dilakukan ILMA Research and Consulting menyebutkan, elektabilitas pasangan Tubagus Hasanuddin dan Anton Charliyan menjadi 19,5 persen.

“Hasil survei tersebut menunjukkan elektabilitas pasangan Hasanah trennya meningkat dan bukan mustahil dapat menjadi kuda hitam pada Pilgub Jabar,” kata Direktur Eksekutif Eksplorasi Dinamika dan Analisis Sosial (EDAS) Wawan Gunawan dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu (27/5).

Wawan mengungkapkan, jika mesin partai dan para elite PDI Perjuangan maupun partai pengusung lainnya serius, bukan tidak mungkin pasangan Hasanah menjadi kuda hitam.

"Paling penting adalah elite dan mesin partai pengusung sungguh-sungguh bekerja. Menaikkan elektabilitas tidak bisa hanya mengandalkan pada kerja pasangan calon saja," kata dia.

Menurut Wawan, kerja keras dan gotong royong adalah kunci keberhasilan pasangan Hasanah mempertahankan tren positif peningkatan elektabilitas.

Ideologi gotong royong yang selama ini diusung oleh PDI Perjuangan, kata dia, diuji pada pilkada ini. "Kalau PDI Perjuangan masih konsisten dengan ideologi gotong royong, Hasanah bisa menang," ujarnya.

Pengajar di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Bandung itu menambahkan, waktu kampanye yang hanya tersisa 30 hari, cukup bagi Hasanah untuk terus meningkatkan elektabilitasnya.

"PDI Perjuangan harus mendorong mesin partai dan semua komponen untuk memenangkan Hasanah, harus bekerja habis-habisan," jelasnya.

Wawan mengingatkan, sebanyak 31 juta pemilih di Jabar mayoritas rakyat kecil (wong cilik), segmen masyarakat yang paling diperjuangkan PDI Perjuangan sehingga sikap kegotongroyongan juga dibangun di tengah sebagian besar rakyat Jabar.

Apabila PDI Perjuangan menerapkan ideologi gotong royong pada Pilgub Jabar, menurut dia, tidak menutup kemungkinan Hasanah bisa menyalip pasangan lainnya.

"Pasangan calon lain yang sudah merasa lebih unggul, tentu ada kelemahannya, di antaranya sudah tidak ngotot berjuang lagi," bebernya.

Wawan melihat, pasangan Hasanah meningkat elektabilitasnya setelah debat kedua pilkada lantaran pasangan ini memiliki program kerja jelas dan realistis untuk diterapkan.

"Masyarakat Jawa Barat lebih mudah mencernanya," ucaonya.
Hasil survei ILMA Research and Consulting yang dilakukan pada tanggal 15 sampai dengan 20 Mei 2018, menunjukkan tiga pasangan cagub-cawagub Jawa Barat pada pilkada 2018 bersaing ketat dengan selisih elektabilitas yang tipis.

Ridwan Kamil/Uu Ruzhanul Ulum (Rindu) elektabilitasnya 28,63 persen, Deddy Mizwar/Dedi Mulyadi (2D) 27,88 persen, Tubagus Hasanuddin/Anton Charliyan (Hasanah) 19,50 persen, dan Sudrajat/Ahmad Syaikhu (Asyik) 5,13 persen. Sedangkan yang menjawab tidak tahu atau tidak menjawab 18,88 persen.

Pada debat kedua pilkada yang disiarkan langsung melalui stasiun televisi, pemirsa memilih pasangan Hasanah 16,63 persen, 2D 15 persen, Rindu 14,13 persen, serta Asyik 9,13 persen. (ant/yps)

Berita terkait
0
Serangan ke Suharso Monoarfa Upaya Politik Lemahkan PPP
Ahmad Rijal Ilyas menyebut munculnya serangan yang ditujukan kepada Suharso Manoarfa merupakan upaya politik untuk melemahkan PPP.