Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil: Benteng Pancasila di Jawa Barat (2)

Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta dan Ridwan Kamil, Walikota Bandung adalah dua nama yang penting untuk diperhitungkan. Ada alasan kuat untuk menyebut mereka.
Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil (Foto: pkbjabar)

Pilgub Jawa Barat

Usai Pilgub DKI Jakarta, kini perhatian publik terarah ke Jawa Barat, provinsi yang juga disinyalir akan menjadi medan persaingan sengit. Menarik bahwa di provinsi itu, yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi daerah dengan jumlah kasus pelanggaran kebebasan beragama tertinggi menurut kajian Setara Institute for Democracy and Peace, muncul figur-figur pemimpin yang hadir dengan tekad kuat merawat keindosinesiaan. 

Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta dan Ridwan Kamil, Walikota Bandung adalah dua nama yang penting untuk diperhitungkan. Ada alasan kuat untuk menyebut mereka. 

Selama memimpin Purwakarta sejak 2013, sebagai orang Sunda, Dedi muncul dengan gaya kepemimpinan yang sangat bangga dengan identitas budayanya. 

Ia muncul sebagai sosok yang menghidupi spirit lebih suka mengangkat budaya asli Indonesia daripada agama. Ia termasuk orang yang memegang teguh prinsip bahwa agama adalah urusan personal setiap individu dengan Tuhan, sedangkan adat dan budaya adalah ciri bangsa kita yang harus kita tonjolkan. 

Di bawah kepemimpinan Dedi, Purwakarta boleh dibilang sebagai oase di tengah hausnya masyarakat Jawa Barat akan suasana harmoni hidup berdampingan dengan sesama.

Dedi berusaha keras melindungi seluruh warganya yang memiliki kepercayaan beraneka ragam, termasuk mereka yang menganut keyakinan di luar agama yang diakui negara. Karena itu, politisi Partai Golkar itu mengaku pernah meminta langsung kepada Presiden Joko Widodo untuk melindungi kelompok masyarakat yang menganut keyakinan di luar agama yang diakui negara. 

“Sebelum ada agama formal, ada kepercayaan leluhur di Mentawai, Sunda, Kejawen. Mereka adalah warga yang menghormati leluhurnya. Karena tidak bisa menulis nama agama di identitasnya, mereka akhirnya tidak punya akta dan kartu identitas, padahal mereka pengikut agama leluhur bangsa,” begitu kata Dedi.  

Dedi juga meluncurkan program pemantapan kembali ideologi Pancasila yang sudah hilang bertahun-tahun lamanya. Ia melibatkan semua unsur, mulai dari TNI, Polri, PNS dan tentu saja masyarakat Purwakarta. 

Kiprah Dedi demikian diakui sejumlah pihak. Pada tahun ini, ia mendapat penghargaan dari Komnas HAM sebagai kepala daerah yang berdedikasi dalam perlindungan dan pemenuhan atas hak kebebasan beragama dan berkeyakinan. Ia juga mendapat penghargaan dari Mendikbud Muhadjir Effendy karena menerapkan konsep pendidikan berkarakter di seluruh sekolah, penghargaan kebudayaan dan maestro seni tradisi 2016 dari Kemendikbud, Harmoni Award 2017 bersama 9 kepala daerah lain dari Menag Lukman Hakim Saifudin, dan sejumlah penghargaan lainnya. 

Pada Agustus 2015, Dedi diundang oleh International Young Leaders Assembly (IYLA) untuk memberikan pidato di markas PBB di New York, AS.

Ridwal Kamil punya spirit dan prestasi serupa. Ia adalah tokoh penggerak pluralisme yang berhasil menegakkan semangat Pancasila dan menguatkan toleransi di antara warga dengan suku, ras, dan agama berbeda yang menghuni Kota Bandung. 

Sejak awal, ia mendesain Bandung sebagai kota pelesir dan kota yang plural. Menurutnya, Indonesia pada hakikatnya adalah negara yang lahir dari perbedaan. Ratusan budaya, suku, dan bahasa menjadikan negeri ini sangat beragam namun bisa dipersatukan dengan semangat kemerdekaan. 

"Maka kalau ada orang yang ingin menyeragamkan Indonesia ini dengan paksaan, itu sudah melawan narasi sejarah. Enggak boleh ada pemaksaan untuk menyeragamkan urusan hidup kita," demikan kata Ridwan.  

Ridwan meyakini, warga Bandung punya sifat santun dan sangat toleran. Maka pada saat muncul peristiwa intoleransi, dia yakin hal tersebut dipicu oknum yang tidak merepresentasikan sikap warga Bandung. 

"Jadi jangan menggeneralisasikan bahwa orang Bandung semuanya begitu. Saya percaya, mayoritas warga Bandung sangat santun dan toleran.“ 

Pada masa pemerintahannya, Ridwan menyatakan dia berupaya membangun kota dengan menegakkan paham pluralisme berdasar Pancasila dan peraturan yang berlaku. Ia memastikan seluruh masyarakat Bandung dari latar belakang apapun memiliki hak yang sama. "Selama KTP-nya di Kota Bandung, masalah hidupnya adalah masalah saya,” tegas Ridwan.

Kiprah Ridwan - lulusan Master of Urban Design dari University of California, Berkeley - itu pun sudah mendapat pengakuan dengan berbagai penghargaan. Beberapa di antaranya adalah penghargaan Satyalancana Pembangunan 2016 dari Presiden Joko Widodo, penghargaan salah satu dari 10 Kepala Daerah Teladan versi Harian Tempo 2017, Kota Terbaik dalam Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016 menurut Kementerian PANRB, Kota Terbaik Nasional dalam Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2016 bersama Surabaya, Badung, Denpasar dan Rembang, 2016 Regional Marketeers Award, Kota Terbaik se-Indonesia untuk inovasi dan iklim ekonomi UKM dari ICSB dan Kementerian Koperasi UKM dan lainnya.

Oleh: Ryan Dagur, Jurnalis Independen

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.