Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menanggapi pemilihan presiden Amerika Serikat yang berlangsung ketat. Ia menilai, selain memberikan dampak positif, Joe Biden juga bisa memberikan dampak negatif bagi ekonomi Indonesia jika terpilih menjadi presiden AS.
Produsen sawit dan migas di Indonesia harus bersiap-siap apabila ada safeguard lingkungan yang lebih ketat.
"Biden merupakan sosok antitesis Trump khususnya dalam kebijakan lingkungan hidup," kata Bhima saat dihubungi Tagar, Jumat, 6 November 2020.
Bhima menjelaskan, kebijakan pro terhadap energi terbarukan misalnya yang progresif akan menjadi hambatan krusial bagi ekspor produk komoditas energi berbasis fosil dan juga minyak kelapa sawit. Ini diperkirakan hambatan non-tarif untuk memenuhi standar lingkungan yang akan diperketat.
"Produsen sawit dan migas di Indonesia harus bersiap-siap apabila ada safeguard lingkungan yang lebih ketat," ucapnya.
Selain itu, kata dia, sosok di kabinet yang mengisi administrasi Biden menjadi yang lebih penting lagi. Tim ekonomi Biden diprediksi akan disusun berdasarkan ideologi progresif kiri-tengah.
"Sosok seperti Elizabeth Warren akan mendukung kebijakan Biden terkait pemulihan ekonomi dan perlindungan pekerja. Sementara Bernie Sanders diperkirakan akan dilibatkan dalam kebijakan di bidang jaminan kesehatan dan jaminan sosial. Geng Demokrat sayap kiri akan dominan mengisi pos ekonomi," ujar Bhima.
Sementara itu, kata Bhima, sosok Heather Boushey juga dijagokan untuk mengisi pos strategis. Ini dikarenakan kedekatannya dengan Biden sepanjang kampanye.
"Heather Boushey digadang-gadang cocok untuk membahas masalah ketimpangan ekonomi dan peran perempuan dalam pembangunan yang berkeadilan," tuturnya.
Sebelumnya Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Kamdani mengatakan Indonesia bukan mitra dagang yang cukup signifikan bagi Amerika Serikat. Sebab menurutnya, bagi AS, Indonesia merupakan mitra dagang ke-50 di daftar mitra dagangnya.
"Jadi kemungkinan siapa pun yang jadi presiden AS memang tidak akan punya kebijakan dagang khusus terhadap Indonesia," kata Shinta.
Namun bagi Indonesia, Amerika merupakan salah satu tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia selain China dan Uni Eropa. Lima produk ekspor andalan Indonesia ke Amerika Serikat adalah produk pakaian, hasil karet, alas kaki, produk elektronik, dan furnitur.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia pada September mengalami surplus US$ 2,44 miliar (Rp 35,5 triliun), melanjutkan tren surplus lima bulan berturut-turut sejak Mei lalu. []
- Baca Juga: Hubungan RI-AS Kian Mesra, Ini Sektor Berpotensi Berkembang
- Begini Dampak Ekonomi Indonesia Akibat Pilpres AS