Dua Ton Sampah Berserakan Pasca Hari Buruh

Petugas kebersihan DKI bekerja keras membersihkan sampah sebanyak dua ton pasca peringatan Hari Buruh di Monas.
Petugas Kebersihan DKI, Amir, memakai topi siap membersihkan sampah di Monas pasca Hari Buruh. (Foto: Tagar/Morteza Albanna)

Jakarta - Petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Amir (34 tahun), sejak pukul 16:00 WIB sudah tegap berdiri tegap siap membersihkan sampah yang berserakan di areal Monas pasca peringatan Hari Buruh.

Amir sempat mengamati ulah si tangan jahil yang malas membuang sampah pada tempatnya sambil memetakan lokasi yang akan dia arsir.

Dengan 1 regu tim yang berjumlah 30 petugas, Amir bakal mensterilkan area dari tumpukan sampah yang ditelantarkan puluh ribu orang yang menghadiri demonstrasi Hari Buruh Internasional di samping Patung Kuda, dekat Gedung Sapta Pesona, Jakarta.

Amir mengaku selalu mendapatkan arahan dari atasannya 1-2 hari sebelum acara besar digelar. "Saya beda sama PPSU. Kalau PPSU kan tanggung jawabnya per kelurahan, itu dari Pemprov DKI. Nah ini, kalo ada acara demonstrasi, pasti saya yang nyapuin sama teman-teman (Dinas Lingkungan Hidup)," kata Amir.

Amir sudah empat tahun menjalani rutinitas menjadi tukang bersih-bersih. Tanpa menimbang beratnya pun, dia sudah dapat memprediksi volume sampah yang dihasilkan para demonstran dalam perhelatan May Day 2019 di area luar Monas.

Diperkirakan sampah yang akan ia angkut bersama regu tim seberat satu hingga dua ton, yang mayoritas berisikan sampah plastik. Dengan berat tersebut, menurutnya, masih dapat terselesaikan oleh tenaga manusia.

Saya tugasnya memang membersihkan sisa sampah yang dibuang orang-orang itu secara sembarangan.

"Habis itu saya masukkan ke dalam trash bag (plastik hitam besar), setelah benar-benar bersih, lalu kami masukkan ke dalam truk-truk sampah. Selanjutnya, truk-truk itu yang akan bawa bungkusan hitam yang kami kumpulkan ini ke Bantar Gebang," tuturnya, sambil menceritakan alur pembuangan sampah di DKI Jakarta.

Selama empat  tahun telah ia jalani suka maupun duka menjadi pemungut sampah di DKI Jakarta. Namun ada satu kejadian yang belum bisa ia lupa hingga saat ini, yaitu saat dirinya dianggap "bak sampah" oleh orang lain.

Seraya tersenyum ia pun menceritakan, saat itu Amir yang sedang duduk sendirian, baru saja menghela napas usai bekerja. Lalu, datanglah dua pria dewasa yang mengendarai motor, kemudian menghujamkan tumpukan sampah plastik ke arahnya.

"Saya kan orang, apa saya dikira dia sampah? Emang dah mentang-mentang. Ya memang tugas saya ini pembersih sampah. Tapi orang itu parah, dia tidak memandang saya manusia apa ya? Padahal 10 meter dari dia (pengendara motor) ada bak sampah kok," ungkapnya terheran-heran.

Amir yang tak ingin berisiko, lalu memungut sampah buangan kedua orang tersebut, lalu dimasukkannya ke dalam tempat sampah.

"Saya nggak mau ladenin, ngapain, buat apa juga tambah musuh kan. Terserah, mau dia anggap saya sampah, ya biarkan saja lah, nanti dia yang akan kena batunya sendiri kok," imbuhnya.

Selama empat tahun ini, ia pun mengamati pola dan perilaku manusia dalam tata tertib membuang sampah. Menurut pria berdarah Ciamis itu, banyak masyarakat yang sudah terbiasa membuang sampah sembarangan. Menurutnya, seperti sudah menjadi tradisi yang menjadi budaya turun-temurun.

"Dikasih bak sampah juga kadang percuma, nggak semua orang perduli dengan hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya. Banyak, setelah makan atau minum, geletakin gitu aja atau bisa aja sengaja malah dibuang ke arah taman. Itu saya perhatiin masyarakat banyak yang begitu memang. Tapi nggak apa-apa lah. Kalau tidak banyak sampah, saya mau kerja apa lagi kan," tutup Amir. []

Baca juga:

Berita terkait