Dr Syarif Hidayat Ciptakan Ventilator Pasien Corona

Dr Syarif Hidayat bersama timnya dari ITB menciptakan alat ventilator untuk pasien corona bernama Ventilator Indonesia (Vent-I).
Dr Syarif Hidayat mencoba ventilator buatannya Vent-I. (Foto: stei.itb.ac.id)

Jakarta - Seorang dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Dr. Ir. Syarif Hidayat, MT, bersama timnya dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan alat ventilator untuk pasien virus corona Covid-19. Tim yang diketuai oleh Syarif Hidayat berhasil membuat ventilator darurat yang diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia). Produk ventilator ini buah karya anak bangsa Indonesia.

Dikutip Tagar dari berbagai sumber, Senin, 6 April 2020, pembuatan alat ventilator untuk pasien corona ini karena wabah virus corona di Indonesia. Hal ini menjadi kekhawatiran utama ketersediaan alat bantu medis terutama ventilator bagi pasien corona.

Selain alat pelindung diri (APD) untuk tim medis dalam menangani pasien corona juga dibutuhkan alat ventilator untuk membatu pasien corona bernapas ketika paru-parunya sudah tidak sangup lagi bekerja. Maka dibutuhkan alat ventilator itu.

Dr. Syarif HidayatDr. Syarif Hidayat. (Foto: Dokumentasi Syarif Hidayat)

Purwarupa atau prototipe Vent-I itu untuk memenuhi stok ventilator yang kian hari kian menipis. Harga ventilator sangat mahal dan harganya terus melonjak.

Dr. Syarif yang juga pembina Yayasan Pembina Salman ITB. Bersama aktivis Salman ITB, mahasiswa dari berbagai bidang pendidikan, ventilator ini diharapkan dapat membantu pasien dalam kondisi darurat sebagai alat alternatif.

Ventilator Buatan Indonesia Vent-IVentilator Buatan Indonesia Vent-I. (Foto: stei.itb.ac.id)

Sejarah Vent-I

Dr Syarif Hidayat mengisolasi diri di Masjid Salman, ITB, Bandung, padahal dia tidak corona. Dia merenung bagaimana dapat membantu penderita Covid-19 sesuai dengan keahliannya. 

Lewat tengah malam, ketika ide ventilator itu lahir, Syarif perlu uang untuk membuat modelnya. Akan tetapi, dia tidak mau jauh-jauh mencari dana. Itu terlalu lama dan rumit. Dia minta uang ke pengurus Masjid Salman. Dengan menggunakan dana masjid, dia menciptakan ventilator Vent-I.

Syarif pernah menjadi ketua takmir Masjid Salman selama dua periode. Dia mengetahui betul uang yang diminta itu masih dalam kemampuan masjid. Dia optimistis karyanya itu tidak akan sia-sia, dia pun merekrut 50 anak buah agar proyeknya cepat berkembang. Maka terciptalah ventilator buatan Indonesia bernama Vent-I.

"Selama dua pekan saya tidak pulang. Siang malam mengerjakan rancangan ventilator ini,” kata Syarif.

Tim mengerjakan ventilator (Vent-I) di kompleks Masjid Salman ITB. Syarif mengatakan tim dari Kementerian Kesehatan sudah datang ke Masjid Salman untuk menguji ventilator pertama buatan Indonesia itu. Alat tersebut dikalibrasi, diuji dan dites. 

”Mudah-mudahan izin dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) keluar,” ujar Syarif.

Syarif merasa sangat optimistis mendapat izin dari Kemenkes. Dia sudah berkonsultasi dengan tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. 

Pihak Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung juga sudah memberikan rekomendasi ventilator tersebut. Alat tersebut bisa dipakai dan berfungsi dengan baik. Melalui rekomendasi Fakultas Kedokteran Unpad itu, Syarif mengajukan izin ke Kemenkes.

Syarif memberi nama Vent-I, singkatan dari Ventilator Portable Indonesia. Secara penampilan tidah wah dan mewah. Wujud fisiknya tidak secantik ventilator bikinan luar negeri yang sudah kompak itu.

Tim Pembuat Vent-ITim mengerjakan model Vent-I di salah satu ruangan kompleks Masjid Salman. (Foto: Dok. Dr Syarif Hidayat)

Bahan-bahan Vent-I

Bahan yang digunakan untuk ventilator darurat ini (Vent-I) dapat ditemukan di pasaran, menggunakan bahan-bahan yang memang mudah dicari. Komponennya terdiri dari motor, pompa, selang, kipas, valve, filter, dan programming dengan arduino.

Dalam kondisi gawat darurat ketika ventilator di rumah sakit telah terpakai semua, alat ini diharapkan bisa digunakan. Secara garis besar alat ini bisa mengeluarkan napas sebanyak 12-18 kali per menit tanpa harus terhubung dengan tabung oksigen.

Kini, tim ini juga diperkuat beberapa dosen ITB yang lain, yaitu Prof. Dr. Tata Dirgantara dan Dr. Sandro dari FTMD ITB, beserta mahasiswanya.

Alat ini masih terus dikembangkan, dan menerima masukan dari berbagai pihak untuk perkembangan selanjutannya. Review oleh tim medik ahli anestesi sudah dilakukan. Alat di-endorse dengan rekomendasi penyempurnaan.[]

Berita terkait
Penampakan Alat Tes Covid-19 Buatan Indonesia
Prototipe (purwarupa) test kit qPCR Covid-19 buatan Indonesia telah selesai dibuat. Diklaim teruji mampu mendeteksi virus SARS-CoV-2 secara akurat.
Harimau Kena Corona di Kebun Binatang AS
Harimau bernama Nadia di Kebun Binatang Bronx, New York, Amerika Serikat (AS) positif terinfeksi coronavirus Covid-19.
Mengenal Rapid Test dan Swab Test untuk Covid-19
Masyarakat awam belum banyak mengetahui dua perbedaan tes coronavirus, yaitu rapid test dan swab test. Berikut penjelasannya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.