Solo - Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, membuat alat bantu pernafasan berfungsi untuk menangkal paparan asap akibat kebakaran hutan.
Alat diberi nama Surgeons of UNS (SUNS) Portable Air Filter, mulai diciptakan tahun 2015 dan sudah dilakukan uji coba.
"Sudah kami uji coba dan hasilnya lebih bagus dibandingkan dengan menggunakan masker biasa. Artinya udara yang dihirup ketika menggunakan alat tersebut lebih bersih," ujar Dosen FK UNS dan juga dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Moewardi Surakarta, dr Darmawan Ismail Sp BTKV, Minggu 22 September 2019.
Alat ini menggunakan bahan yang mudah didapat meliputi kain kristik, kain tipis, perekat lepas pasang, tali bis, tali elastis, filter akuarium, mika tebal, selang aquarium, bola plastik mainan, spons dan sarung tangan/hand scoon.
Sedangkan untuk alat yang digunakan yaitu plaster, spidol, gunting, cutter, penggaris, lem tembak/lilin dan hekter.
Tentunya biaya pembuatan sangat murah yaitu per unitnya sekitar Rp 25.000
Cara kerja alat ini juga mudah yakni udara masuk ke kotak humidifier melewati filter depan yang dilembabkan dengan air dan detergen sehingga berfungsi sebagai penyaring, aroma theraphy, dan detergen bekerja sebagai pengikat karbon atau penyaring.
Kemudian udara bersih dihirup melalui selang dan melewati katup bagian bawah dari masker. Udara kotor dibuang melalui katup bagian atas dari masker dan ke luar dari sistem SUNS (tidak bercampur).
"Kita desain seperti tas, ada yang bentuknya ransel di belakang, tas samping kemudian ada selang yang menghubungkan sampai hidung. Sehingga mau dibawa ke mana-mana praktis, bagi petugas pemadam kebakaran juga bisa karena ada yang bentuknya ransel belakang," kata Darmawan.
Biaya Pembuatan Rp 25.000
Tak hanya praktis, biaya pembuatan alat bantu pernafasan ini juga tergolong murah, yakni sekitar Rp 25.000, mengingat bahan yang digunakan mudah didapat.
"Tentunya biaya pembuatan sangat murah yaitu per unitnya sekitar Rp 25.000," imbuh Darmawan.
Adanya alat ini diharapkan bisa membantu warga masyarakat di Riau dan Kalimantan yang terpapar asap akibat kebakaran hutan. Temuan ini sebagai bentuk kepedulian UNS terhadap kebakaran hutan di sejumlah wilayah di Indonesia.[]