Donald Trump Picu Skenario Kiamat di Pilpres Amerika Serikat

Skrenario kiamat yang ditakutkan di Pilpres Amerika Serikat mulai terwujud ketika Trump tertinggal dari Biden dengan memperkeruh penghitungan suara
Presiden Trump mengklaim kemenangan pada 4 November 2020 pukul 02:30 waktu setempat (Foto: bbc.com/Indonesia – EPA)

Jakarta - Selama berminggu-minggu menjelang pemilihan presiden (Pilpres), Presiden AS, Donald Trump, mengatakan bahwa jika selisih perolehan suara dalam pemilihan presiden tipis, ia akan menuduh lawannya dari Partai Demokrat melakukan kecurangan pemilu dan berusaha mencuri kemenangan darinya.

Pada Rabu, 4 November 2020, dini hari, Trump benar-benar melakukan hal itu. Padahal, jutaan surat suara yang sah belum selesai dihitung, ia mengumumkan kemenangannya sebelum waktunya.

"Kami sudah bersiap-siap untuk memenangkan pemilihan ini. Terus terang, kami sudah memenangkan pemilihan ini," kata Trump dalam pidato di Gedung Putih.

Tanpa memberikan bukti apapun, ia melanjutkan dengan klaim bahwa telah terjadi "kecurangan" pemilu.

"Ini penipuan besar-besaran di negara kita. Kita ingin hukum digunakan secara tepat. Jadi, kita akan pergi ke Mahkamah Agung AS. Kita ingin semua pemungutan suara dihentikan."

1. Memalukan, Belum Pernah Terjadi, Tidak Benar

Para pendukung Demokrat dan bahkan beberapa pendukung sang presiden segera merespons.

Saingan Trump dari Partai Demokrat, Joe Biden, mengatakan pemilu belum berakhir "sampai setiap surat suara dihitung". "Kami berada di jalur untuk menang," kata Biden dengan tegas.

joe biden mengatakanJoe Biden mengatakan pemilu \'belum berakhir sampai setiap surat suara dihitung\' (Foto: bbc.com/Indonesia – Reuters)

Manajer kampanye Biden, Jen O'Malley Dillon, menyebut pernyataan Trump "keterlaluan, belum pernah terjadi, dan tidak benar". "Itu keterlaluan karena jelas-jelas merupakan upaya untuk merampas hak-hak demokrasi warga Amerika," katanya.

"Ini pertama kalinya terjadi karena belum pernah dalam sejarah kita seorang presiden Amerika Serikat berusaha untuk melucuti suara rakyat Amerika dalam pemilihan nasional."

Alexandria Ocasio-Cortez dari Partai Demokrat, yang memenangkan pemilihan kembali untuk kursinya di Kongres, mengecam klaim Trump sebagai "tidak sah, berbahaya, dan otoriter".

"Hitung suara. Hormati hasilnya," ujarnya dalam sebuah cuitan di Twitter.

Bahkan beberapa pendukung partai Trump sendiri, Partai Republik, menyuarakan kekhawatiran.

Salah satunya mantan Senator Republik dari Pennsylvania, Rick Santorum. Menurut Santorum, ia "sangat terganggu" dengan komentar Trump. "Menggunakan kata penipuan ... menurut saya itu salah," ujarnya di CNN.

Dan Ben Shapiro, komentator berhaluan konservatif dan kritikus Trump, dalam sebuah twit menyebut komentar Trump "sangat tidak bertanggung jawab".

Setelah Trump berbicara, Wakil Presiden Mike Pence mencoba menghaluskan ucapannya, menolak untuk mendeklarasikan kemenangan dan menegaskan bahwa semua suara yang diberikan secara sah akan dihitung.

2. Sudah Terlanjur

Akan tetapi kerusakan sudah terlanjur terjadi, kata wartawan BBC di Amerika Utara, Anthony Zurcher. "Terlepas Trump pada akhirnya menang atau kalah, ia telah mempermasalahkan pemilihan ini, karena ia mempertanyakan mesin demokrasi Amerika itu sendiri," kata Zurcher.

banyak surat suaraBanyak surat suara yang dikirim lewat pos masih dihitung di Pennsylvania, salah satu negara bagian kunci (Foto: bbc.com/Indonesia – Reuters)

Pandemi virus corona menyebabkan lonjakan dalam jumlah pemilih AS yang memilih untuk memberikan suara mereka lebih awal lewat pos, yang memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk menghitung surat suara.

Di beberapa negara bagian, penghitungan surat suara mungkin perlu waktu berhari-hari.

Anthony Zurcher berkata pemilu AS kini memasuki "skenario kiamat yang ditakuti banyak warga Amerika, ketika presiden Amerika Serikat sendiri - dari Gedung Putih - memperkeruh penghitungan suara."

Trump telah mengatakan ia akan menolak untuk mengakui kekalahan jika ia kalah dalam pemilihan.

Dalam beberapa pekan terakhir, ini telah menyebabkan perdebatan yang sangat tidak biasa mengenai apakah angkatan bersenjata, dinas rahasia atau polisi akan dipanggil untuk secara paksa menurunkan presiden AS yang dibarikade di dalam Gedung Putih.

3. Khawatir Kerusuhan

Persaingan ketat kini mengerucut pada segelintir negara bagian: Arizona, Wisconsin, Michigan, Pennsylvania, dan Georgia.

Setiap gugatan hukum harus melalui pengadilan negara bagian terlebih dahulu, sebelum diteruskan ke Mahkamah Agung.

Artinya, hasil pemilihan Presiden AS 2020 berpotensi perlu waktu berhari-hari untuk diketahui.

pagar pengamanPagar pengaman didirikan di depan Gedung Putih beberapa hari menjelang waktu pemilihan (Foto: bbc.com/Indonesia – Reuters)

Sementara itu, ada kekhawatiran bahwa ketidakpastian hasil bisa menimbulkan keresahan dalam bentuk protes dan bentrokan.

Bahkan saat hari pemilihan hampir berakhir, ada bentrokan dan ketegangan dalam protes yang diadakan di beberapa bagian negara, termasuk di depan Gedung Putih.

"Skenario terburuk mulai terwujud, dengan Biden mengklaim ia dalam jalur menuju kemenangan dan Trump melontarkan tuduhan tidak berdasar tentang penipuan dan kecurangan pemilu," kata Zurcher.

"Ini resep untuk perselisihan dan persengketaan di pengadilan yang berlarut-larut, berakhir dengan pendukung di pihak yang kalah merasa marah dan tertipu." (bbc.com/Indonesia). []

Berita terkait
Tiga Skenario Hasil Pilpres Amerika Serikat Tahun 2020
Tiga skenario hasil Pilpres AS 2020 yitu kemenangan mulus Biden hingga keunggulan mengejutkan Trump yang bisa terjadi
Pilpres Amerika Serikat Demokrasi Tak Langsung dan Misoginis
Hari ini, 3 November 2020, rakyat Amerika Serikat akan memilih kandidat presiden antara Trump atau Biden yang sebenarnya bukan pemilihan langsung
Upaya Anulir 127 Ribu Surat Suara Pilpres Amerika Serikat
Seorang hakim federal AS menolak upaya Partai Republik untuk membatalkan hampir 127.000 surat suara di Houston, Texas