Pematangsiantar - Anggota DPR RI Djarot Saiful Hidayat mengatakan proxy war atau perang politik adu domba akan menyuburkan tindakan intoleran yang berujung tindakan radikal dan bakal mengancam keberagaman masyarakat Indonesia.
"Proxy war atau yang lebih sederhana memahami isu pecah belah, lewat cara-cara adu domba guna melemahkan kekuatan suatu negara. Strategi pelemahan demikian adalah sebuah cara yang dianggap efisien (low cost) dalam teori perang," ungkap Djarot saat menjadi pembicara dalam diskusi publik 'Intoleransi dan Radikalisme' di Universitas HKBP Nomensen Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Kamis 5 Desember 2019.
Hal ini ungkap Djarot, seiring dengan kemajuan teknologi informasi berbasis internet. Ancaman yang nyata adalah adu domba yang dilakukan melalui opini dan ujaran kebencian untuk mempengaruhi kaum muda dengan paham-paham radikal.
Sejalan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa mari kita kembali ke UUD dan Pancasila sebagai aset bangsa.
"Banyak pengguna smartphone tapi orangnya tidak smart makanya banyak kasus hoaks dan politik identitas jelang pilkada atau pilpres. Konten-konten semua itu diproduksi, disebarluaskan yang memicu pergolakan sosial," ungkap Djarot.
Karenanya ungkap politikus PDIP tersebut, perlu sosialisasi dan penanaman nilai-nilai kebangsaan. Djarot berharap kemajemukan Indonesia dapat terus terawat sehingga mampu mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara merdeka, bersatu berdaulat, adil dan makmur.
"Sejalan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa mari kita kembali ke UUD dan Pancasila sebagai aset bangsa. Hal ini bisa dilakukan dengan sosialisasi, diskusi dan pendidikan melalui kurikulum,” tutupnya. []