Dituduh Mata-mata Turis Prancis Ditahan Pemerintah Iran

Iran menuduh seorang turis Prancis, Benjamin Berier, memata-matai dan “menyebarkan propaganda melawan sistem di Iran
Ilustrasi (Foto: voaindonesia.com/AP).

Jakarta - Iran menuduh seorang turis Prancis, Benjamin Berier, memata-matai dan “menyebarkan propaganda melawan sistem,'' seperti dikatakan oleh pengacara turis tersebut, 15 Maret 2021. Penahanan turis tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian kasus terhadap orang asing pada saat ketegangan meningkat antara Iran dan Barat.

Benjamin Berier ditangkap sekitar 10 bulan lalu setelah mengambil gambar di daerah gurun di mana fotografi dilarang dan mengajukan pertanyaan “di media'' mengenai kewajiban mengenakan jilbab bagi perempuan, seperti ditulis pengacaranya, Saeed Dehghan, di Twitter.

“Pihak berwenang menahan Berier di sebuah penjara di kota Mashhad, Iran Timur Laut,” kata Dehghan. Jaksa baru-baru ini menyampaikan dakwaan propaganda terhadap Berier dalam sidang pengadilan, tambahnya, tanpa menyebutkan kapan. Berdasarkan hukum Iran, vonis bersalah melakukan tindakan mata-mata dapat dikenai hukuman hingga 10 tahun penjara.

Iran PerempuanPerempuan Iran menyaksikan laga sepak bola Kualifikasi Piala Dunia 2022 antara Iran dan Kamboja di Azadi stadium, Tehran, Iran, 10 Oktober 2019. (Nazanin Tabatabaee/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS)

Berier telah menjadi orang Barat terbaru yang ditahan atas tuduhan spionase di Iran. Pada hari Minggu, 14 Maret 2021, warga negara ganda Inggris-Iran terkemuka Nazanin Zaghari-Ratcliffe muncul kembali di pengadilan Teheran untuk menghadapi tuduhan serupa, menyebarkan propaganda, setelah menyelesaikan hukuman penjara lima tahun penuh. Perempuan tersebut tetap dalam ketidakpastian di Iran menunggu keputusan pengadilan, dan tidak dapat pulang ke London.

Kasus-kasus penahanan orang-orang Barat terjadi menyusul usaha Iran untuk meningkatkan tekanan pada Amerika Serikat dan negara-negara besar Eropa, termasuk Prancis dan Inggris, untuk memberikan keringanan sanksi-sanksi yang sangat dibutuhkan negara itu sesuai perjanjian nuklir sebelumnya dengan negara-negara besar.

Iran PerempuanLaga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia antara tim nasional Iran melawan Kamboja menjadi penanda kembalinya perempuan Iran untuk menonton sepak bola di tribun penonton stadion. (Foto: Nazanin Tabatabaee/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS)

Sementara mantan Presiden Donald Trump membatalkan kesepakatan nuklir penting dengan Iran pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi-sanksi keras terhadap negara itu, Presiden Joe Biden telah menawarkan untuk bergabung dalam pembicaraan untuk memulihkan kesepakatan tersebut. Tetapi Washington dan Teheran telah menghadapi kebuntuan, karena masing-masing bersikeras menuntut pihak lain mengambil langkah terlebih dahulu untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu.

Kelompok-kelompok HAM menuduh kelompok garis keras di badan-badan keamanan Iran menggunakan tahanan asing sebagai alat tawar-menawar untuk mendapatkan uang atau pengaruh dalam negosiasi dengan Barat. Teheran menyangkalnya, tetapi pertukaran tahanan pernah dilakukan Iran pada masa lalu. Maret tahun lalu, contohnya, Iran dan Prancis menukar peneliti Prancis Roland Marchal dengan insinyur Iran Jalal Ruhollahnejad (ab/uh)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
3 Aktivis HAM Arab-Iran Tunjukkan Tanda-tanda Penyiksaan
Tiga pembangkang minoritas Arab yang dieksekusi mati otoritas Islam Iran Februari 2021 tunjukkan tanda-tanda penyiksaan sebelum mereka dihukum mati
Miliaran Dolar AS Dana Iran Dari Korsel Tidak Akan Dicairkan
Menlu Blinken sebut miliaran dolar AS dana Iran dari Korsel tidak boleh dicairkan sebelum Iran mematuhi kesepakatan nuklir
Pelapor Khusus PBB Sebut Situasi HAM di Iran Suram
Situasi hak asasi manusia (HAM) di Iran ditandai dengan “pelanggaran paling mengerikan dan impunitas yang terus berlanjut"