Sleman - Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman menempatkan wifi publik di barak pengungsian Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Hal tersebut bertujuan untuk mendukung pembelajaran daring bagi anak-anak sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Ery Widaryana mengatakan sistem pembelajaran daring di tengah pandemi Covid-19 membuat akses internet begitu dibutuhkan bagi pelajar. Ery tidak menutup mata terhadap sejumlah kendala yang pelajar hadapi dipengusian.
Memang butuh penyesuaian. Sehingga kami berikan perhatian yang khusus.
“Untuk memudahkan pembelajaran daring para pelajar, kami sudah menyediakan wifi publik di barak pengungsian dengan akses yang bagus,” kata Ery kepada wartawan saat dikonfirmasi, Sabtu, 21 November 2020.
Nantinya, bapak Ibu guru di sekolah juga memberikan pelayanan pembelajaran kepada anak-anak di barak pengungsian. Pendidikan bagi anak-anak menjadi prioritas utama jajarannya.
Baca juga:
- 4 Daerah Terdampak Merapi Dapat Bantuan BNPB Rp 4 M
- Doni Monardo Minta Pengungsi Merapi Jangan Sering Dikunjungi
- BNPB Siapkan Helikopter untuk Mitigasi Erupsi Merapi
Ery juga mengaku, para pelajar yang berada di barak pengungsian pastinya menghadapi sejumlah kendala dalam melaksanakan pembelajaran secara daring. Terlebih, suasana di barak pengungsian tidak seperti di rumah.
"Memang butuh penyesuaian. Sehingga kami berikan perhatian yang khusus," ujarnya.
Untuk menimalisir kendala tersebut, pihaknya juga menyiapkan relawan belajar anak. Nantinya relawan tersebut bisa mendampingi anak-anak.
Ery menegaskan jika di wilayah kabupaten Sleman, tidak ada sekolah yang berada di radius lima kilometer dari puncak Gunung Merapi. Sekolah-sekolah di lereng Gunung Merapi sendiri berada di radius tujuh sampai dengan delapan kilometer.
Sekolah berada di radius tujuh sampai delapan kilometer diantaranya SD Srunen, SD Glagaharjo, dan SD Muhammadiyah Cepitsari, yang sebagian muridnya yang tinggalnya masuk dalam radius lima kilometer.
Berdasarkan catatan dari pemerintah kecamatan Cangkringan, jumlah pengungsi barak pengungsian balai desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, per Rabu, 18 November sebanyak 256 orang.
Dari 256 orang tersebut, pengungsi anak-anak dengan kurun usia 6 sampai dengan 18 tahun sebanyak 44 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 21 orang dan perempuan sebanyak 23 orang.
Salah satu pengungsi anak-anak yakni Marsya, 7, warga Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman mengatakan jika ia sebelumnya sudah mempersiapkan diri untuk mengungsikan diri dengan keluarganya seiring dengan naiknya status Gunung Merapi menjadi siaga level tiga.
"Buku-buku pelajaran sudah saya bawa. Dari rumah bawa buku pelajaran seperti bawa buku matematika, Bahasa Jawa, Bahasa Inggris," kata Marsya.
Kehadiran WiFi publik di barak pengungsian balai desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman sangat membantu proses belajarnya secara daring.
“Tapi konsentrasinya sedikit terganggu sih. Soalnya kondisi di barak cukup ramai,” ujarnya.[]