Medan - Bobby Nasution, dalam kontestasi Pilkada Medan 2020 selalu disudutkan dengan berbagai isu yang diembuskan oleh lawan politik yang ingin mengadangnya. Seperti isu tak berpengalaman di bidang politik atau kepemimpinan.
Menyikapi itu, calon Wali Kota Medan nomor urut 2 ini lantas menyatakan, selama ini Medan diurus orang yang berpengalaman, akan tetapi hasilnya tidak juga baik.
Ironisnya, Kota Medan mendapat reputasi buruk di tingkat nasional di bawah kepemimpinan yang mengakunya berpengalaman.
"Kalau pengalaman politik dan birokrasi yang jadi patokan, toh Medan tak beres juga. Saya selalu dapat keluhan masyarakat, bahwa masih banyak masalah di Medan. Maka itu, yang dibutuhkan masyarakat adalah solusi, bukan pengalaman politik apalagi birokrasi," ujar Bobby Nasution yang merupakan alumni S2 IPB Bogor.
Meski menyandang status status sebagai menantu Presiden Joko Widodo, justru tidak memudahkan Bobby Nasution dalam mencalonkan posisi Wali Kota Medan.
"Faktanya, saya tetap turun ke masyarakat, menyerap aspirasi masyarakat. Saya bukan tiba-tiba datang ke masyarakat, terus katakan saya ini menantu presiden loh. Bukan itu, tapi saya datang ke masyarakat menawarkan apa solusi yang bermanfaat, insyaallah," kata Bobby, Sabtu, 28 November 2020.
Urusan bertemu masyarakat, Bobby Nasution telah lebih satu tahun belakangan ini melakukannya.
Hari ini memang sudah zamannya yang muda berbuat
"Dari bertemu masyarakat, saya jadi paham betul apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat," lanjut Bobby yang menyandang status menantu presiden pasca menikahi Kahiyang Ayu pada 2017.
Baca juga:
- Strategi Menantu Jokowi Meningkatkan Kesejahteraan Warga Medan
- Fadli Zon Ajak Warga Medan Dukung Menantu Jokowi di Pilkada
- Janji Menantu Jokowi Mengubah Medan dari Kota Sejuta Lubang
"Dan posisi saya sebagai menantu presiden, bukan berarti ada kemudahan atau perlakuan khusus dalam pilkada ini. Saya tetap berusaha menyerap aspirasi masyarakat untuk berikan solusi," kata Bobby lagi.
Di masyarakat, justru Bobby Nasution menjual program dan solusi. "Saya dan tim itu menjual program, bukan jual posisi menantu. Memang ada keuntungan saya sebagai menantu presiden, yakni posisi itu membuat popularitas saya tinggi. Tapi dalam pilkada dibutuhkan elektabilitas, dan itu yang harus saya usahakan," lanjut ayah Sedah Mirah Nasution dan Panembahan Al Nahyan Nasution.
Saat ini, sambung Bobby, yang dibutuhkan Kota Medan adalah kontribusi milenial. Ide-ide, buah pikir, hingga kreasi dan keberanian anak muda sangat dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan Kota Medan.
"Hari ini memang sudah zamannya yang muda berbuat. Zaman semakin maju dan yang mengerti adalah anak-anak muda. Kita harus sambut perubahan," kata Bobby.
Bobby Nasution juga kembali menjelaskan akan fokus pada reformasi birokrasi. Sebab kunci dari persoalan di Kota Medan adalah buruknya birokrasi.
"Birokrasi kelak akan menggunakan merit sistem, pejabat, ASN didudukkan dalam satu posisi karena skillnya, bukan karena KKN. Kemudian reward and punishment akan kami terapkan. Keberhasilan capai target, akan diberi hadiah, yang gagal capai target, kinerjanya buruk akan diberi sanksi," terang calon yang berpasangan dengan Aulia Rachman. []