Pamekasan - Penerima program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kabupaten Pamekasan gigit jari. Pihak agen atau e-Warong sebagai pelaksana teknis, tak mendistribusikan sembako, meski kartu ATM digesek dan saldo sudah Rp 0.
Kasus itu terjadi di Desa Dempo Barat, Kecamatan Pasean. Mereka yang menerima program sempat mempertanyakan keberadaan sembako. Pasalnya di tempat lain seperti Desa Batukerbuy, program BPNT tersalurkan dan berjalan lancar.
Pantauan Tagar, ada dua penerima, Amsina dan Bati, yang sudah mendapat struk ATM dengan jumlah saldo berbeda. Struk ATM milik Amsina tersisa saldo Rp 110 ribu dengan transaksi tunai Rp 110 ribu. Sementara saldo di ATM milik Bati sudah Rp 0 dengan transaksi Rp 220 ribu. Meski sudah terjadi transaksi, namun mereka tidak menerima sembako.
"Disuruh datang ke agen untuk mendapatkan sembako. Tiba di lokasi, ATM memang digesek, namun agen tak menyerahkan sembako
Situasi itu membuat Bati kebingungan. Pasalnya dia tidak sendirian saat datang ke agen. Namun mereka bernasib sama. Pulang dari agen, mereka tidak membawa sembako yang menjadi haknya.
"Disuruh datang ke agen untuk mendapatkan sembako. Tiba di lokasi, ATM memang digesek, namun agen tak menyerahkan sembako," kata Bati.
Hal senada disampaikan Amsina. Ia mengaku pada proses pencairan pertama, kepala dusun ikut mendampingi. Namun setiba di agen, ia hanya mendapat struk ATM tanpa sembako.
"Tidak ada sembako. Cuma ATM saya digesek," tuturnya.
Tidak Menentu
Koordinator Kecamatan (Korcam) BPNT Pasean Halik mengatakan, prinsip penyaluran BPNT memang dilakukan secara bertahap. Hanya tanggal pencairan memang tidak menentu. Meski demikian, pencairan memang setiap bulan
Persoalan sembako tidak sampai ke tangan penerima, Halik menyarankan agar berkoordinasi dengan agen. Pasalnya agen di bawah yang memahami secara teknis penyaluran sembako. Untuk program BPNT di Dempo Barat, ada dua agen yang menangani penyaluran sembako, yaitu Muhammad Bakir dan Cipto Prayitno.
"Sebaiknya berkoordinasi dengan pihak agen. Saya pastikan agen menyalurkan program secara transparan. Kalau di desa lain penyalurannya kondusif," ujar Halik.
Hanya Halik tidak bisa menjelaskan mengapa para penerima BPNT di Dempo Barat gagal membawa pulang sembako meski ATM mereka sudah digesek. Dia sekadar mengulangi apa yang sudah dilakukan penerima BPNT saat hendak mengambil sembako.
"Secara teknis penerima mendatangi agen dengan membawa kartu ATM. Agen akan menggesek. Setelah bersaldo Rp 0, penerima akan diberi sembako. Itu uang tidak boleh diambil secara tunai, tetapi diambil non-tunai dengan ditukar sembako," ujar dia menjelaskan. Hal itu pula yang sudah dilakukan Bati dkk.
Hal sama disampaikan dari pihak Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Pasean, Islia. Menurut dia terkait penyaluran sembako bagi yang mengikuti program BPNT sudah ditangani agen.
"Di Dempo Barat sedang diproses pengadaan sembakonya. Kami tidak berhak menentukan pengadaan tersebut," kata Islia singkat.
Program BPNT sesungguhnya merupakan upaya pemerintah mengentaskan kemiskinan dan meminimalkan kemungkinan penyalahgunaan bantuan sosial. Pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos) mengubah program Beras Sejahtera (Rastra) menjadi BPNT.
Program tersebut sesuai arahan Presiden Joko Widodo bahwa setiap bantuan sosial dan subsidi disalurkan secara non-tunai dan menggunakan sistem perbankan untuk kemudahan mengontrol, memantau, dan mengurangi penyimpangan. []