Pak Menteri Agama Fachrul Razi yang terhormat. Izinkan saya mencoba mengingatkan kembali apa yang terjadi pada era kebangkitan Islamic State of Irak and Suriah atau ISIS.
Sekitar tahun 2012-an, saya termasuk yang berperang di media sosial melawan pengaruh ajakan ISIS untuk berjihad di Suriah. Jujur saya kasihan melihat orang yang terkena propaganda bahwa ISIS itu identik dengan perjuangan Islam.
Dan kebayang kan, Pak, bagaimana ancaman yang saya dapat karena melawan arus utama itu? Dan itu bukan main-main, demi tegaknya perjuangan mereka akan melakukan segala cara.
Banyak yang berangkat akhirnya untuk ikut "berjuang". Mereka membawa serta keluarganya. Mereka menolak menjadi WNI karena negara ini kafir bagi mereka. Mereka membakar paspor mereka, karena bagi mereka negara itu tidak ada.
Di Suriah, yang lelaki baik yang dewasa maupun anak-anak dilatih untuk menggorok leher orang yang mereka anggap "halal darahnya".
Demi kemanusiaan kata Bapak?
Bayangkan, kemanusiaan apa yang didapat para korban yang disiksa sampai mati demi sesuatu yg dianggap benar?
Tegaslah sedikit kita sebagai bangsa Indonesia. Biar dihormati negara luar sebagai bangsa yang punya wibawa.
Coba bapak Menteri Agama ingat lagi tahun 2018. Penyerangan di Mako Brimob oleh simpatisan ISIS, yang menewaskan 5 orang anggota Brimob. Bahkan ada Polwan yang hancur wajahnya karena dihantam tabung oleh mereka.
Jadi, kalau Bapak mau bicara tentang kemanusiaan, mari bicara tentang kemanusiaan para korban, keluarga korban dan anak-anak korban. Anggota ISIS sudah hilang nilai kemanusiaannya, kenapa mesti dibela begitu rupa?
Lebih baik kita bicara tentang bagaimana intoleransi makin menjamur di negeri ini, dan itu tugas Menteri Agama dalam menyelesaikannya. Saya yakin, itu tugas utama dari Presiden kepada bapak sebagai Menterinya.
Tidak perlu lagi mengurusi hal-hal yang sudah lalu. Mereka yang sudah membakar paspornya, sudah menentukan nasibnya. Mereka yang menolak Indonesia menjadi negaranya, biarkan pergi dan tak perlu kembali.
Tegaslah sedikit kita sebagai bangsa Indonesia. Biar dihormati negara luar sebagai bangsa yang punya wibawa. Berdalih atas nama kemanusiaan dengan melupakan kemanusiaan lainnya, sungguh adalah penghinaan.
Saya yakin, Bapak Menteri Agama punya kebijaksanaan dalam menyikapi rencana pulangnya 600 orang mantan anggota ISIS ini. Mari berpikir masa depan, capek kita berdebat enggak berkesudahan.
Pesan saya terkait para anggota ISIS itu, Bapak, singkat saja. "Buanglah sampah pada tempatnya."
Sekian dan terima kasih. Mari seruput secangkir kopi.
Dari anak bangsa yang tanpa lelah mencintai negeri ini.
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Tulisan ini sebelumnya telah di-publish di laman Facebook Denny Siregar dengan judul Surat untuk Menteri Agama
Baca juga: