Denny Siregar: Pandemi dan Penerus Jokowi 2024

Pandemi Covid-19 secara alamiah menunjukkan siapa kepala daerah paling sigap mengatasi situasi, layak jadi penerus Jokowi 2024. Denny Siregar.
Jokowi. (Foto: Facebook/Presiden Joko Widodo)

Salah satu hal positif dari bencana pandemi Covid-19 adalah kita bisa melihat kualitas para calon penerus Jokowi pada 2024. Gelombang wabah ini menekan banyak pemimpin daerah. Mereka harus menguras waktu, tenaga, dan pikiran dua kali lipat lebih besar dari biasanya.

Pandemi ini bukan saja urusan kesehatan, tetapi juga bagaimana mengatasi dampak ekonomi yang akan berpengaruh banyak pada para pengusaha besar dan kecil. Juga mereka yang bergelut di sektor informal seperti pedagang kaki lima sampai pengemudi online.

Krisis pandemi kali ini tidak memilih lawan, semua dihajar tanpa belas kasihan.

Ada 4 orang calon kuat untuk Presiden pada 2024, penerus Jokowi, dan sekaranglah saatnya kita melihat bagaimana cara mereka mengatasi situasi ini.

Saya kesengsem sama Bu Risma Wali Kota Surabaya. Pada waktu awal pandemi ini muncul, Bu Risma termasuk pemimpin daerah yang paling tanggap dan paling sigap. Jauh sebelum wabah masuk Surabaya, ia sudah memborong banyak masker untuk jaga-jaga. Dan gilanya, firasatnya benar, wabah ini tidak seperti biasanya, karena menimbulkan kepanikan yang luar biasa.

Bilik SterilisasiWali Kota Surabaya Tri Rismaharini meninjau ruang sterilisasi dengan uap disinfektan yang berfungsi membunuh virus corona yang menempel di tubuh seseorang. (Foto: Humas Surabaya)

Sesudah positif warganya dilaporkan ada yang terkena penularan, Bu Risma langsung bergerak membagikan masker gratis kepada warganya. Itulah kenapa warga Surabaya dalam menghadapi pandemi ini jauh lebih tenang dari warga Jakarta, karena mereka tahu pemimpin mereka bekerja untuk melindungi mereka.

Ridwan Kamil juga lumayan. Dia langsung memerintahkan jajarannya untuk bergerak memantau situasi dan tanpa segan menutup banyak tempat termasuk masjid, supaya penularannya tidak meluas. Meskipun awalnya dia mendapat penentangan dari beberapa warga yang kemudian secara paksa membuka masjid, tetapi akhirnya masalah itu bisa diselesaikan.

Kemampuan Ridwan Kamil yang bisa berkoordinasi dengan pusat juga layak diberikan secangkir kopi. Dan andalan Ridwa Kamil adalah komunikasi, yang dia bangun lewat media supaya warganya selalu menjaga jarak.

Dari Jawa Tengah, Ganjar Pranowo lah yang harus saya kasih nilai sempurna. Pada masa sulit ini, dia malah terlihat ada di mana-mana dan kebanyakan ada di lapangan. Ganjar sedang bersepeda, melihat situasi. Ganjar sedang bertemu warga dan bersosialisasi. Bahkan ada momen di mana Ganjar berkomunikasi dengan pasien yang sudah sembuh dari penyakit.

Apa yang dilakukan Ganjar ini menenangkan banyak orang. Dan pada situasi seperti ini, itulah yang dibutuhkan dari seorang pemimpin. Dia membawa aura positif supaya orang tidak panik.

Ada 4 orang calon kuat untuk Presiden pada 2024, penerus Jokowi, dan sekaranglah saatnya kita melihat bagaimana cara mereka mengatasi situasi ini.

emil2Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau tempat pemakaman umum atau TPU Cikadut, Bandung, Jawa Barat, Rabu, 8 April 2020. (Foto: Dok Tagar/Fitri Rachmawati).

Ganjar Pranowo berhasil memanfaatkan media sosial, bukan hanya untuk mengangkat namanya tetapi juga menunjukkan sebuah contoh di mana seharusnya Kepala Daerah berada ketika ada masalah. Yaitu di dekat warganya.

Dan satu lagi yang harus saya beri nilai tambah untuk Ganjar Pranowo. Dia bukan saja memikirkan warga yang tinggal di wilayahnya, tetapi juga warganya yang sedang merantau. 

Ganjar gelisah ketika mendapat laporan bahwa warganya di Jawa Barat dan di Jakarta, tidak mendapat bantuan karena diangap bukan warga setempat, padahal mereka sedang mencari makan di sana. 

Ia kemudian menelepon Ridwan Kamil dan Anies Baswedan, supaya warganya di daerah mereka juga mendapatkan perhatian dan bantuan. Ganjar menunjukkan perhatian yang luas. Ia tidak hanya berpikir tentang kesehatan, tetapi bagaimana cara warganya di mana saja tetap dapat makan.

Apa yang dilakukan Ganjar Pranowo ini seharusnya dicontoh Anies Baswedan. Anies ini memang terlihat lemah dalam menangani masalah. Kerjaannya sejak awal hanya konferensi pers dan menakut-nakuti masyarakat dengan data kematian yang berbeda dengan pusat.

kaos ganjarGubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memakai kaos untuk mensosialisasikan pentingnya physical distancing, menjaga jarak fisik, mencegah penyebaran Covid-19. Ora salaman tetep seduluran artinya tidak salaman tetap bersaudara. (Foto: Humas Pemprov Jateng)

Lucu juga ya. Waktu Jakarta banjir, dia menghilang, yang muncul cuma si Sekda. Eh pas wabah ini dia muncul terus, enggak peduli orang bosan lihat, "Lu lagi lu lagi." 

Sekalinya kerja eh salah. Maksudnya dia mau membatasi penyebaran wabah dengan mengurangi transportasi publik, malah banyak calon penumpang yang kececeran karena transportasi publiknya berkurang, tidak sesuai dengan jumlah calon penumpang.

Anies memang bukan tipikal seorang manajer, dia lebih kuat di teori seperti dosen. Ketika dia diminta menjalankan teorinya, jelas kelabakan karena itu bukan bidangnya. Karena itulah ia menutupi kelemahannya dengan selalu tampil di televisi supaya terlihat hadir di tengah masyarakat. Anies lebih banyak memainkan pencitraan daripada kerja beneran.

Buzzer-buzzernya dikerahkan hanya untuk mengangkat namanya. Malah muncul tagar #AniesKeren. Apa hubungannya coba kekerenan dengan kerja? Ini yang keren tampangnya, bicaranya, kerjanya, atau apanya? 

Enggak jelas memang buzzernya Anies. Mereka memainkan tagar supaya trending, karena memang trending itu mempunyai nilai statistik yang bisa dilaporkan sebagai hasil kerja. Meskipun sebenarnya pengaruhnya enggak ada, malah jadi bahan tertawaan mereka yang rasional.

Anies BaswedanGubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menggelar konferensi pers, mengumumkan pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB untuk mencegah penyebaran Covid-19 di ibu kota, Selasa, 7 April 2020. (Foto: Antara/HO-Humas DKI Jakarta).

Entah kenapa Anies tidak mau turun ke lapangan, seperti dulu waktu kampanye yang dia peluk-peluk warga. Minimal tampaklah dia harusnya sedang berdialog langsung dengan warga, bukan malah sembunyi di istana nyamannya.

Saya sempat senang ketika akhirnya Anies turun dari singgasana emasnya dan keluar ke jalan. Saya tuh sempat terharu, "Wah, Anies mulai kerja nih." 

Bahkan saya sempat ingin menulis pembelaan untuk Anies dari orang-orang yang selalu menyerangnya. "Tuh, Anies kerja tuh. Kalian jangan suka nyinyirin dia aja dong. Masa dari sekian yang buruk, enggak ada sisi baiknya?"

Saya pun siap-siap mulai menyusun kata, tapi enggak jadi ketika akhirnya saya tahu Anies bukan turun menemui warga, malah ke Ragunan lihat-lihat binatang. Entah saya mau menangis atau ketawa melihat apa yang dilakukan Anies. Bahkan saya enggak paham, jika itu bahasa simbol, apa sih yang ingin dia sampaikan.

Mungkin dia ingin kasih pesan begini, "Woi, warga. Lihat nih, binatang aja rileks, masa kalian enggak?"

Akhirnya saya menyerah. Mungkin orang-orang ada benarnya kalau Anies itu selalu aneh, langkahnya sulit ditebak, enggak jelas apa maksudnya, cuma dia dan Tuhan yang tahu apa artinya. Daripada kepala gua botak mikirin maksudnya Anies, mending gua seruput kopi aja. 

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Jokowi Antisipasi Teror Keamanan Imbas Wabah Corona
Presiden Jokowi antisipasi teror stabilitas keamanan dan peningkatan kriminalitas imbas wabah corona.
Jokowi Keluarkan 3 Strategi Mitigasi Sektor Pariwisata
Presiden Jokowi mengeluarkan tiga strategi mitigasi untuk sektor paling terdampak pendemi corona, pariwisata.
Jokowi Minta Jangan Ada PHK Saat Pandemi Covid-19
Jokowi membantu pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif agar bertahan saat pandemi Covid-19 agar tak ada pemutusan hubungan kerja atau PHK.
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.