Denny Siregar: Orang Egois Perusak Pikiran Awam

Anda itu egois, tahu enggak? Dan orang egois itu tidak lebih dari seorang pecundang, pecundang dalam hidupnya, dalam segala-galanya. Denny Siregar.
Ribka Tjiptaning, anggota DPR RI Komisi IX dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, menolak divaksin covid. (Foto: Tagar/Instagram @tagarnews)

Kenapa vaksin itu penting? Ini seharusnya bisa jadi jawaban untuk banyak orang, orang yang waras, yang tidak egois, yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Orang yang bertanggung jawab terhadap negeri dan banyak orang lain. Oke, kita lihat dulu secara kesehatan. Vaksin bukan pengobatan, vaksin bisa disebut upaya pencegahan. Vaksin meningkatkan imunitas tubuh kita, supaya tubuh kita bisa melawan virus-virus yang datang menyerang.

Analogi sederhananya, vaksin adalah baju perang atau jirah yang dipakaikan ke kita, supaya tidak bisa ditembus senjata seperti anak panah, tombak, juga pedang lawan. Kita harus punya pertahanan kuat terhadap diri kita sendiri, karena kalau kita sehat, kita bisa membantu orang lain, bukannya malah menjadi beban masyarakat.

Itu baru buat diri kita sendiri. Kalau buat orang lain? Ya jelaslah, kalau kita kebal dari corona karena divaksin, kita tidak akan menularkan penyakit ke orang di sekitar kita yang kita sayangi seperti orang tua kita yang karena usia tubuhnya rentan dan imunnya juga sudah banyak berkurang. Kita menjaga diri kita dan orang tua kita. Kita harus sehat dulu, kebal dulu, baru kita bisa mempertahankan kesehatan mereka. 

Kita memutus mata rantai penyebaran covid dengan membuat diri kita kebal, dan itu hanya bisa dilakukan dengan menyuntikkan vaksin ke tubuh kita. Ini adalah pemikiran yang sangat sederhana ya, asal kita tidak egois, tidak hanya memikirkan diri kita sendiri. 

Atau mau mencoba berpikir lebih besar, kenapa vaksin ini penting buat Indonesia sekarang ini misalnya? Begini. Bayangkan selama setahun negeri kita habis-habisan dihajar pandemi. Orang-orang tidak berani keluar dari rumah. Ekonomi kita berhenti. Anak-anak tidak bisa sekolah. Jumlah pengangguran di Indonesia naik hampir 10 juta orang.

Kita punya masalah besar di negeri ini, bukan hanya masalah kesehatan, juga masalah sosial. Pendapatan negara anjlok karena banyak usaha kecil menengah tutup, tidak bisa jualan. Industri pariwisata hancur-lebur. Kita hidup dalam ketakutan karena penyakit menular. Untuk orang kaya sih enggak ada masalah karena mereka punya cadangan. Tapi orang yang pendapatannya hanya berdasarkan pendapatan harian seperti driver online, gimana? Bagaimana mereka bisa makan?

Anda itu egois, tahu enggak? Dan orang egois itu enggak lebih dari seorang pecundang, pecundang dalam hidupnya dan dalam segala-galanya.

JokowiPresiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang disuntik Vaksin Covid-19. (Foto: Tagar/Instagram/@ispresiden)

Negara juga tidak bisa terus-menerus memberikan talangan, karena itu berarti kita harus utang lagi utang lagi ke luar negeri bukan untuk utang produktif, tapi konsumtif. Ratusan triliun rupiah yang seharusnya buat membangun infrastruktur ekonomi, habis dipakai untuk konsumsi supaya uang terus mengalir di masyarakat.

Kalau terus begitu, negara kita dipastikan tahun 2021 ini akan menyatakan diri sebagai negara bangkrut. Kalau negara kita secara ekonomi bangkrut, Asing akan mudah masuk dan kita akan jadi budak ekonomi mereka selamanya seperti beberapa negara kecil di Afrika.

Mau begitu? Pasti enggaklah. Saya jelas enggak. Karena itu saya mendukung adanya vaksin. Dengan adanya vaksin, kepercayaan dan keamanan masyarakat akan pulih lagi. Mereka akan kembali keluar dari rumah dan memutar roda ekonomi kembali. Anak-anak juga bisa kembali ke sekolah normal, dan mental juga kehidupan sosial mereka tidak terganggu lagi.

Itulah kenapa vaksin itu sangat penting. Dan karena pentingnya vaksin itu buat kehidupan sosial ekonomi bangsa Indonesia, Presiden Jokowi dengan berani menjadikan dirinya sebagai penerima vaksin pertama, untuk memberikan contoh sekaligus memompa keberanian kepada kita semua.

Presiden saja berani, masak kita yang bukan siapa-siapa malah hidup ketakutan di rumah? "Loh, Bang, terus gimana kalau ada dampak buruk sesudah vaksin? Contohnya ada vaksin-vaksin sebelumnya selain vaksin covid, malah gagal dan menyebabkan kematian?" Begitu kata beberapa temanku.

Bro, tidak ada yang pasti di dunia ini, kecuali mati. Semua di dunia pasti ada efek negatifnya. Pesawat diciptakan untuk membuat orang supaya lebih cepat tujuan, tapi berapa orang yang tewas ketika ada pesawat jatuh? Padahal pesawat disebut kendaraan paling aman di dunia dengan sistem keamanan terlengkap dari semua transportasi yang ada.

Cukup berani disuntik vaksin, Anda sudah menyelamatkan bangsa dan negara.

JokowiPresiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang disuntik Vaksin Covid-19. (Foto: Tagar/Instagram/@ispresiden)

Toh dampak positifnya jauh lebih banyak dari dampak negatifnya. Kalau sibuk memikirkan jatuhnya, Wright bersaudara enggak mungkin sibuk menciptakan pesawat. Dan kalau pikiran kita negatif terus, kapan kita majunya? Hidup sajalah di gua, siapa tahu mati tua atau mati karena tumbuh jamur di paru-paru karena udara yang lembap.

Begitu juga vaksin, Bro. Kalau vaksin diciptakan dengan tujuan membentengi tubuh manusia dari pandemi. Kalau kemudian ada beberapa orang yang tidak tahan dengan vaksin dan meninggal misalnya, pasti karena banyak faktor, bukan hanya karena mutu vaksinnya.

Misalnya memang tubuhnya lemah dan alergi terhadap sesuatu, tapi enggak jujur kepada dokter, sehingga akhirnya imun di badannya malah menyerang dirinya. Atau yang lebih jelek, misalnya ada oknum yang ingin mendapat keuntungan lebih dengan memalsukan vaksin, dan jadinya ada korban di sana. Banyak banget faktornya.

Tapi lihatlah sekarang. Kalau dulu-dulu enggak ada vaksin, kita akan hidup dengan ketakutan karena pandemi influenza, pandemi cacar, pandemi polio, dan banyak lagi. Sudah banyak pandemi sebelum covid ini. Kita bisa hidup sehat sekarang, karena vaksin-vaksin itu yang menguatkan imun di tubuh kita. Kalau enggak, sudah lama manusia ini punah, baik karena kesehatan, juga karena chaos akibat ekonomi di banyak negara tidak berjalan. Orang akhirnya mati bukan karena pandemi, tapi karena berebut makanan.

Karena itu dukunglah program pemerintah. Bukan karena Anda takut dianggap BuzzeRp atua penjilat, atau apalah. Tapi karena Anda peduli kepada diri Anda sendiri, kepada keluarga Anda, dan juga kepada bangsa dan negara. Vaksinnya sudah gratis, enggak bayar, jadi enggak usah cerewet segala seolah-olah tahu semua, ahli dari segala ahli, inti dari segala inti, core of the core.

Kalau Anda takut vaksin, lebih baik diam dan kunci diri di rumah. Tidak usah koar-koar dengan segala narasi ketakutan dan kebodohan Anda. Apalagi misalnya Anda tokoh publik yang dipercaya banyak orang. Gunakan kepercayaan orang itu untuk tanggung jawab besar. Bukan malah merusak pikiran awam.

Anda itu egois, tahu enggak? Dan orang egois itu enggak lebih dari seorang pecundang, pecundang dalam hidupnya dan dalam segala-galanya. Hiduplah terus kawan, walau tidak berguna.

Menjadi pahlawan pada era sekarang ini tidak perlu susah. Tuhan sudah kasih jalan paling mudah, tidak perlu angkat senjata dengan menumpahkan darah dan mengorbankan nyawa. Cukup berani disuntik vaksin, Anda sudah menyelamatkan bangsa dan negara. 

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi


Berita terkait
Jokowi Divaksin Corona Pertama di Indonesia Trending Twitter
Presiden Jokowi menjadi orang pertama di Indonesia disuntik vaksin trending nomor 1 di Twitter. Ragam komentar warganet pun berhamburan.
Denny Siregar: Jokowi Action Speaks Louder Than Words
Langsung duduk, disuntik, dan disiarkan ke seluruh negeri. Action speaks louder than words. Jokowi bertindak, memimpin paling depan. Denny Siregar.
Anggota DPR Komisi IX, Ribka Tjiptaning Tolak Divaksin Covid-19
Anggota DPR RI Komisi IX dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ribka Tjiptaning menolak divaksin. Ini alasannya
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.