Malam itu dua mobil dari kepolisian sedang mengintai Rizieq Shihab yang kabarnya ada di rumah menantunya, sesudah kabur dari rumah sakit. Mendadak beberapa mobil beriringan keluar dari area lokasi. "Target keluar," kata seorang polisi. Mereka lalu menguntit iring-iringan itu. Yang tidak disadari adalah posisi mereka sudah diketahui oleh pengawal Rizieq.
Kejar-kejaran terjadi. Suasana waktu itu menjelang dini hari, hujan gerimis sehingga tidak banyak kendaraan di jalan tol. Kecepatan mobil mereka rata-rata 100-120 km per jam. Cepat sekali. Mendadak rombongan Rizieq berpisah. Salah satu rombongan memepet mobil-mobil polisi itu sehingga mereka terpisah satu sama lain.
Tiba-tiba satu mobil pengawal Rizieq menabrak bagian depan mobil polisi. Sedangkan satunya lagi berhenti di depan memblokir jalan. Semua berhenti. Dari mobil pengawal Rizieq keluar 4 orang dengan membawa celurit, katana, dan senjata tajam. Mereka merusak mobil. "Kami polisi!" Kata seorang anggota di dalam mobil.
Mendadak, Bang! bang! bang! Tiga tembakan datang dari arah mobil laskar Rizieq. Menembus kaca mobil. Polisi mengambil pistol dan membidik, Bang! Satu orang kayaknya kena dan mati. 4 orang pengawal yang tadi di luar mengancam, buru-buru masuk ke dalam mobil dan mendadak pergi. Aksi kejar-kejaran pun kembali terjadi.
Dalam kecepatan tinggi, seperti di film-film, kedua mobil saling berpepetan. Tiba-tiba dari jendela mobil pengawal Riziek ada yang memegang senjata sedang membidik ke arah mobil polisi. Polisi sigap menghindar sedikit dan menembak ke mobil mereka, Bang! Satu lagi pengawal Rizieq kena. 2 orang mati.
Kejar-kejaran terjadi. Suasana waktu itu menjelang dini hari, hujan gerimis sehingga tidak banyak kendaraan di jalan tol.
Kedua mobil langsung berhenti. Sigap anggota polisi turun dan memaksa penumpang yang hidup keluar. Ada 6 orang di dalam, 4 orang disuruh keluar dan tiarap, yang 2 sudah mati. Mobil polisi yang sebelumnya tertinggal datang ke lokasi. Mereka kemudian menjemput mayat pengawal Rizieq untuk dibawa ke rumah sakit.
Empat orang yang masih hidup dibawa ke kantor polisi. Sayang, tidak ada borgol karena memang niatnya bukan penangkapan, tapi pengintaian.
Dalam perjalanan, terjadi perkelahian di dalam mobil. Satu orang pengawal Rizieq mendadak menyerang polisi yang duduk di tengah. Memukul dan mencekiknya dan berusaha merebut pistol. "Amankan pistol," teriak salah seorang anggota yang sedang mempertahankan diri. Tapi sulit sekali. 3 orang pengawal Rizieq juga ikut menyerang dan memukul polisi di dalam mobil. Situasi tidak menguntungkan.
Ini antara hidup dan mati. Kill or be killed.
Maka pistol polisi kembali menyala Bang! bang! bang! bang! Tepat pada sasaran, 4 orang penjahat mati seketika di dalam mobil.
Begitulah situasi apa yang terjadi. Saya ceritakan dengan bahasa sederhana dan gaya penulisan novel supaya kita semua mengerti. Cerita ini harus disebarkan ke semua orang, bahwa polisi harus bertindak cepat dalam situasi yang sangat berbahaya.
Hati-hati. Ada yang sedang menggoreng isu bahwa yang terjadi adalah "polisi membantai 6 orang". Mereka ingin melemahkan institusi kepolisian yang sedang bekerja menjalankan tugas negara. Kontras dan Komnas HAM juga tidak mau hadir dalam rekonstruksi. Mereka pengin punya sudut pandang sendiri.
Dan seperti biasa, FPI berlaku seperti pola teroris di banyak negara. Mereka memainkan konsep "terzolimi" berusaha menarik simpati massa, supaya bisa bikin demo besar untuk memancing kerusuhan berikutnya.
Jangan terpancing dengan narasi yang mereka bikin untuk mengaduk emosi. Jejak kelompok itu sejak lama kita kenal, munafik dan pengecut dan selalu berlindung di balik tameng massa manusia bodoh yang tidak mengerti apa-apa, tapi digiring supaya bisa bentrok dan jadi bahan propaganda berikutnya.
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi