Hari-hari ini kayaknya banyak banget yang sebal sama saya. Dituding "BuzzerRp" lah, penjilat lah dan banyak lagi. Kalau kadrun yang bicara gitu sih, enggak apa-apa. Sudah biasa.
Tapi kali ini juga banyak teman yang biasanya sebarisan, terus ikut latah dengan sebutan bozar bazer, gara-gara berita pemerintah rencana mengeluarkan dana 72 miliar rupiah untuk influencer. Padahal itu buat influencer luar supaya promo wisata Indonesia.
Sial, kan? Mending kalau kebagian. Sudah uangnya enggak dapat, makian terus yang kena.
Kalau pengen protes sama kebijakan Jokowi dalam menghadapi corona, wah sebenarnya banyak. Pengennya merepet aja. Mulai dari cara komunikasi menterinya sampai yang lain-lainnya.
Merepet itu memang mudah, semudah mengeluhkan sesuatu. Tinggal ngomong, selesai. Tahu yang sulit? Yang sulit itu adalah memahami bahwa kita punya tanggung jawab menjaga negeri ini.
Salah satu hal yang tersulit adalah menjaga wibawa pemerintah.
Dalam situasi yang berpotensi kepanikan, masyarakat harus punya pegangan. Dan pegangan yang paling baik, apalagi kalau bukan pemerintah?
Ya, mereka memang tidak sempurna. Dan ya betul, mereka juga banyak salahnya.
Tapi ketika kita semua menyerang pemerintah dari sisi kesalahannya saja, kita menjadi orang yang tidak adil. Seolah mereka tidak berpikir keras, bagaimana menghadapi virus dan ancaman ekonomi secara bersamaan.
Kalau ada narasi yang berusaha menjatuhkan kewibawaan pemerintah, terutama dalam situasi sekarang ini, saya sudah pasti ada di depan untuk mematahkan narasi mereka.
Kita mah enak. Kayak penonton bola di rumah, tinggal ngomel karena enggak puas permainannya. Beda sama yang main di lapangan, pikirannya harus luas, melihat dari berbagai sudut, supaya bisa mengambil keputusan yang tepat.
Yang lebih berbahaya adalah ketika kewibawaan pemerintah akhirnya tergerus, karena persepsi yang diciptakan media dan orang-orang yang punya kepentingan. Kalau dibiarkan, orang jadi tidak percaya. Kalau sudah tidak percaya, maka akan muncul gerakan untuk menjatuhkannya.
Kalau sudah pada titik itu, potensi chaos besarnya luar biasa..
Karena itulah, dengan menutup mata terhadap banyak blunder dari pemerintah, saya harus membela mereka. Membangun kepercayaan terhadap mereka, pada saat krisis menerpa.
Risikonya, ya dibilang BuzzerRp lah, penjilat lah. Narasi yang sama dengan mereka yang sejak dulu berseberangan dengan saya.
Tapi enggak apa-apa. Dan enggak pengaruh juga. Hidup tetap seperti biasa, cari makan sendiri untuk anak istri, tanpa dapat pesangon miliaran rupiah, apalagi berharap - seperti kata orang-orang - jabatan komisaris.
Mencintai negeri memang harus tanpa syarat apa pun, karena cinta itu seharusnya buta.
Setidaknya saya bertanggung jawab terhadap apa yang saya tulis, tapi tidak bertanggung jawab terhadap apa yang orang lain pahami.
Karena banyak kepala, banyak juga penafsirannya. Saya tidak mungkin menjawab tudingan mereka semua..
Sebagai warga yang baik, pada saat situasi sulit, biarkan pemerintah bekerja. Percayakan pada mereka. Mereka juga pasti enggak ingin banyak yang mati dan ekonomi kita runtuh. Sama seperti kita.
Bedanya, mereka harus jibaku, kita cukup menonton saja. Sambil seruput kopi sesekali sesuka kita.
Tapi percayalah. Kalau ada narasi yang berusaha menjatuhkan kewibawaan pemerintah, terutama dalam situasi sekarang ini, saya sudah pasti ada di depan untuk mematahkan narasi mereka.
Karena api hanya bisa dilawan dengan api. Dan saya siap menghadapi segala risiko yang ada, termasuk diejek, dimusuhi bahkan dicaci-maki. Jalan begini memang terjal, tidak semua orang bisa melalui.
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Baca juga: