Denny Siregar: Gatot Nurmantyo Vs Arek Suroboyo

Deklarator KAMI Gatot Nurmantyo ditolak arek-arek Suroboyo, bukti tak ada tempat untuk kelompok intoleran di negeri ini. Denny Siregar.
Arek-arek Suroboyo menolak Gatot Nurmantyo deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Senin, 28 September 2020. (Foto: Tagar/Facebook/Denny Siregar)

Bangga saya dengan warga Surabaya, sebangga saya dengan beberapa daerah di Jawa Tengah yang menolak Gatot Nurmantyo yang mendeklarasikan KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) di sana. Sudah jelas di mata kita, KAMI ini bukan gerakan moral, tapi gerakan politik mengatasnamakan moral.

Mereka sendiri tidak punya moral, karena pada masa pandemi ini, di mana pemerintah sedang sibuk berjibaku supaya virus tidak menyebar luas, kelompok KAMI malah menunggangi situasi untuk menyalahkan pemerintah dengan bersembunyi di balik kata "menyelamatkan" bangsa.

Apa yang mau diselamatkan oleh KAMI? 

Menyelamatkan diri mereka sendiri mereka tidak bisa. Seharusnya KAMI fokus menyelamatkan kebodohan para pendukungnya yang kebanyakan tidak paham bahwa mereka sering dimanfaatkan oleh politikus busuk yang dibiayai mafia ekonomi hitam untuk kepentingan perut mereka.

Gerakan di Surabaya dan banyak daerah lain yang menolak KAMI adalah bukti, bahwa tidak ada tempat untuk kelompok intoleran di negeri ini.

Gatot NurmantyoPolisi mengamankan situasi saat arek-arek Suroboyo menolak Gatot Nurmantyo deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Senin, 28 September 2020. (Foto: Tagar/Facebook/Denny Siregar)

KAMI ini gerakan politik. Itu sudah jelas. Digerakkan oleh barisan sakit hati yang tidak punya tempat di negara ini. Orang-orang picik yang tidak senang bangsa ini tenang dan fokus menuju masa depan yang lebih cemerlang.

Bayangkan kalau kelompok ini berkuasa, mereka akan terus menyembunyikan keserakahan mereka dengan isu-isu ketakutan seperti "bangkitnya PKI". Karena hanya itulah yang mereka bisa, membuat negeri ini sejahtera bukan keahlian mereka.

Gerakan di Surabaya dan banyak daerah lain yang menolak KAMI adalah bukti, bahwa tidak ada tempat untuk kelompok intoleran di negeri ini.

Kata KAMI sendiri sudah berarti bahwa mereka itu kelompok eksklusif, yang disatukan oleh niat jahat untuk membuat masalah demi tujuan buruk mereka. Mereka bukan KITA, yang meski berbeda tetapi tetap satu jua.

Iki Suroboyo, cuk!

KAMI, HTI, FPI ataupun kelompok-kelompok eksklusif lainnya tidak punya tempat di bumi Surabaya. Surabaya kota yang tenang dengan segala macam perbedaan, dan selama ini terjaga dengan baik. Jangan dipecah-belah.

Kalau ada yang mau berbuat seperti itu, arek Suroboyo wani tok! Kalau bukan warganya yang menjaga kotanya, siapa lagi? Benteng-benteng penjaga NKRI sedang tumbuh di mana-mana. Dibangun dengan kecintaan negeri oleh semua agama, semua suku, dan ras atas nama persatuan Indonesia.

Dengan segala kejancokan yang hakiki, kepada seluruh warga Surabaya, saya harus angkat secangkir kopi!*

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Lihat dalam video berikut ini, penolakan arek-arek Suroboyo kepada Gatot Nurmantyo.


Berita terkait
Ferdinand ke Gatot: Mau Jadi Presiden Jual Program, Bukan PKI
Ferdinand Hutahaean menyarankan agar Gatot Nurmantyo menjajakan program jika ingin menjadi presiden, bukan malah menjual isu-isu seputar PKI.
Ferdinand Hutahaean Tuding Gatot Bicara PKI Cuma Modus
Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menganggap isu kebangkitan PKI yang dinarasikan Gatot Nurmantyo hanya modus politik belaka.
Demo Penolakan KAMI di Surabaya, Gatot: Ada yang Perlu Uang
Presidium KAMI, Gatot Nurmantyo menilai demo penolakan terhadap kegiatan KAMI di Surabaya sama seperti di Bandung. Demo dilakukan karena dibayar.