Demonstrasi di Hong Kong Disulut Frustasi Biaya Hidup Mahal

Banyak orang muda di Hong Kong yang tidak puas karena biaya hidup yang sangat mencekik jadi faktor pemicu protes berujung unjuk rasa
Berbagi kamar tidur dengan orang tua (Foto: dw.com/id)

Hong Kong - Banyak orang muda di Hong Kong, salah satu kawasan terpadat di dunia, yang tidak puas karena biaya hidup yang sangat mencekik. Di samping itu, mereka juga mengkhawatirkan erosi kebebasan secara umum. Kondisi ini salah satu faktor yang memicu serangkaian protes berujung unjuk rasa seperti dipaparkan dw.com/id pada kondisi tahun 2019 berikut ini.

berbagi kamarBerbagi kamar tidur dengan orang tua (Foto: dw.com/id)

Berbagi kamar tidur dengan orang tua. Peter Chang (23) adalah pengusaha yang terpaksa berbagi kamar tidur dengan ayahnya. Luas kamar hanya 5 meter persegi. Ia marah terhadap kebijakan imigrasi penguasa, yang menempatkan orang-orang dari dataran Cina di Hong Kong. Ia berkata, "Mereka berusaha menghapus identitas kami."

bedesak-desakanBerdesak-desakan (Foto: dw.com/id)

Berdesak-desakan. Zaleena Ho (22) adalah warga asli Hong Kong. Ia lulusan jurusan perfilman dan tinggal bersama orang tuanya. Kamar tidurnya hanya 7 meter persegi. Ia berkata, "Situasi politik makin buruk. Sebagian besar dari kami berusaha sebaik mungkin untuk menjaga apa yang telah kami peroleh. Saya punya paspor AS. Sebenarnya saya bisa pergi saja. Tapi saya berharap kami masih bisa mengubah sesuatu."

berani menantangBerani menentang (Foto: dw.com/id)

Berani menentang. Roy Lam (23) berkerja di bagian di sebuah perusahaan dan tinggal bersama ibu dan empat saudara perempuannya. Ia mengungkap, ia lebih baik terpukul saat mengadakan perlawanan, daripada berdiam diri saat ditekan. Ia menambahkan, kaum muda bertekad tetap menuntut apa hak mereka."

marahMarah kepada pemerintah (Foto: dw.com/id)

Marah kepada pemerintah. John Wai (26) tinggal bersama orang tua dan saudara perempuannya. Ia berpose di kamar tidurnya yang hanya seluas 7 meter persegi. "Yang membuat saya marah adalah pemerintah membiarkan warga Cina daratan membeli properti yang sudah sangat terbatas. Para penjual menetapkan harga sangat tinggi, sehingga kami tidak bisa membeli."

bekerjaBekerja tanpa henti (Foto: dw.com/id)

Bekerja tanpa henti. Ruka Tong (21) nama mahasiswa yang berpose di kamar tidurnya di Hong Kong. Kamar tidur seluas 11 meter persegi ini dibaginya bersama saudara perempuannya. Orang tua mereka tinggal di apartemen yang sama. Hingga tahun lalu, seluruh keluarga tinggal di kamar seluas 28 meter persegi. "Saya bekerja tanpa henti. Saya bekerja tujuh hari sepekan dalam lima pekerjaan."

menuturkanMenuturkan kisah (Foto: dw.com/id)

Menuturkan kisah. Sonic Lee (29) adalah seorang musisi dan komponis. Ia tinggal bersama ibunya. Ruang tidurnya hanya seluas 6 meter persegi. "Bagi saya, Revolusi Payung seperti halnya menceritakan sebuah kisah," katanya dan menambahkan, "Saya tidak percaya lagi, bahwa akan terjadi sesuatu perubahan."

merampokMerampok kesempatan (Foto: dw.com/id)

Merampok kesempatan. Fung Cheng (25) seorang desainer grafik, tinggal di apartemen bersama orang tua dan saudara laki-lakinya. Ia merasa frustrasi terhadap sebuah sistem yang ia rasa telah merampok kesempatan untuk bisa memiliki rumah sendiri.

berapa lamaBerapa lama lagi? (Foto: dw.com/id)

Berapa lama lagi? Ruby Leung (22) adalah mahasiswa jurusan hukum. Kamar tidurnya juga berukuran 7 meter persegi. Pemerintah menjanjikan status satu negara dua sistem untuk Hong Kong selama 50 tahun. Sekarang masyarakat panik, apa yang akan terjadi dalam 50 tahun ini. (Sumber: reuters, Ed.: ml/hp)/dw.com/id. []

Berita terkait
China Tak Akui Paspor Hong Kong yang Dikeluarkan Inggris
Pemerintah China kemungkinan tidak akan mengakui paspor warga Hong Kong yang dikeluarkanoleh Inggris
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.