Demonstran Thailand Klaim Perubahan Hati dan Tolak PM Prayuth

Konvoi mobil mewah lewati lingkungan terkaya di Bangkok serukan agar Perdana Menteri (PM) Thailand, Prayuth Chan-ocha, undurkan diri
Demonstran bentrok dengan polisi dalam aksi protes terhadap penanganan Covid-19 di Bangkok, Thailand, 7 Agustus 2021 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Bangkok – Konvoi mobil mewah melewati lingkungan terkaya di Bangkok pada hari Minggu, 8 Agustus 2021, menyerukan agar Perdana Menteri (PM) Thailand, Prayuth Chan-ocha, mengundurkan diri, sementara pengunjuk rasa prodemokrasi Thailand mendapat dukungan dari musuh politik lama yang telah beralih haluan.

Pemerintah Thailand kini menghadapi krisis ganda: pandemi Covid-19 yang semakin parah dan protes politik.

Laporan situs independen, worldometers, sampai tanggal 8 Agustus 2021 jumlah kasus Covid-19 di Thailand sebanyak 736.522 dengan 6.066 kematian.

Bertentangan dengan perintah darurat yang melarang kerumunan, ribuan pemrotes muda marah terhadap peluncuran vaksin yang lamban oleh pemerintah, hanya enam persen warga Thailand telah sepenuhnya divaksinasi. Mereka hari Sabtu bentrok dengan polisi yang menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah mereka.

Tanat ThanakitamnuayTanat Thanakitamnuay dalam aksi protes \'konvoi mobil (car mob)\' melalui area paling eksklusif di Bangkok, Thailand, 8 Agustus 2021 (Foto: voaindonesia.com - VOA/Vijitra Duangdee)

Hari Minggu, mantan royalis (aktivis pro-kerajaan) garis keras Tanat Thanakitamnuay, memimpin unjuk rasa “konvoi mobil” melalui distrik Thong Lor Bangkok, kawasan perumahan bagi orang kaya di kota itu. Pada masa lalu, penduduk lingkungan itu merupakan sekutu politik yang dapat diandalkan oleh Prayuth yang berhaluan konservatif.

Prayuth adalah mantan panglima militer, yang merebut kekuasaan pada tahun 2014 dengan dukungan elit Bangkok termasuk Tanat, pria berusia 29 tahun yang ayahnya mendirikan kerajaan properti kelas atas, Noble Development.

Protes hari Minggu oleh Tanat itu disebut “Salim Change of Heart” (“Perubahan Hati Salim”), menggunakan bahasa gaul politik Thailand “Salim” bagi mereka yang menolak untuk berpihak di depan publik, tetapi secara diam-diam mendukung pemerintah.

“Kekuasaan itu korup dan Prayuth memiliki kekuasaan absolut. Pemerintahannya benar-benar gagal secara menyeluruh, terutama selama pandemi ini,” kata Tanat.

Perubahan hatinya sangat besar. Pada tahun 2014 ia adalah seorang pemimpin muda yang garang dari aktivis royalis selama berbulan-bulan, yang melumpuhkan pemerintahan sipil Yingluck Shinawatra dan mengakibatkan kudeta Prayuth.

PM Thailand Prayuth Chan-ochaPM Thailand, Prayuth Chan-ocha (Foto: Dok/voaindonesia.com/Reuters).

Tujuh tahun kemudian, jenderal itu kini masih menjadi perdana menteri dan konstitusi Thailand telah ditulis ulang untuk memungkinkan tentara tetap berkuasa.

Gerakan pro-demokrasi ingin Prayuth keluar dan menuntut konstitusi baru untuk mengeluarkan tentara dari politik untuk selamanya – serta mengekang kekuatan monarki.

Tanat berharap “pertobatannya” dapat menunjukkan bahwa persaingan keras pada masa lalu dapat melunak. Ketidakpuasan terhadap pemerintah telah tumbuh karena pandemi, yang telah menewaskan lebih dari 5.000 orang, dan ekonomi yang merosot ke dalam resesi terburuk dalam satu generasi.

Hari Minggu Tanat menyapa kelompok bekas saingannya dari “Kaus Merah” – gerakan demokrasi pedesaan yang memihak dinasti politik Shinawatra.

“Saya membuat kesalahan, dan itu merugikan hak rakyat untuk berdemokrasi. Saya ingin memperbaikinya,” katanya (lt/ab)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Thailand Mulai Jalankan Program Vaksinasi Covid-19 Untuk Biksu
Otoritas kesehatan Thailand, 30 Juli 2021, mulai memvaksinasi para biksu Buddha dan mereka yang terlibat dengan pemakaman dan kremasi
Kegagalan Vaksinasi Covid-19 Jadi Amarah Rakyat Thailand
Kemarahan rakyat terhadap pemerintahan PM Thailand, Prayuth Chan-O-Cha, makin meningkat karena lambatnya peluncuran vaksin Covid-19
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"