Makassar, (Tagar 1/3/2019) - Aksi demo penolakan pemutaran film Dilan 1991 oleh sekolompok orang yang mengatasnamakan diri Aliansi mahasiswa Peduli Pendidikan Nasional, Kamis (28/2) mendapat komentar keras dari Yudhistira Sukatanya, salah seorang kritikus Film di kota Makassar.
Menurutnya, demo yang dilakukan Aliansi mahasiswa Peduli Pendidikan Nasional seperti disetting, karena mereka mendemo film yang mereka sendiri belum menonton.
"Mungkin ada efeknya jika dibuatkan berita dugaan demo settingan. Agar upaya buzzer seperti ini jangan jadi latah dikemudian hari. Ini bisa jadi peran kita dalam melindungi hak masyarakat menghadapi hoaks seperti ini," ujarnya, Kamis (28/2).
Komentar keras ia lontarkan karena demo penolakan film seolah dibiarkan oleh petugas keamanan Mall Panakkukang, tempat diputarnya film Dilan 1991.
Karena demo para Aliansi ini, izin kepolisiannya jam 10 pagi, namun hingga pukul 19.00 WITA demo terus berlangsung, bahkan demonya sudah masuk ke dalam mall, bukan lagi di luar mall.
"Jangan-jangan ini mengecoh media. Atau upaya kolaborasi diam-diam dengan memanfaatkan media mainstream utamanya untuk jadi buzzer. Apa teman teman media online tak dapat bocoran awal kisruh ini. Soalnya baru trending setelah dimuat di media cetak. Apa dugaan ini benar," tanyanya terheran-heran.
Penolakan pemutaran perdana film Dilan 1991 Makassar sedikit janggal. Film belum ditonton, namun sejumlah orang malah melarang menonton, karena diduga banyak unsur yang tidak mencerminkan adat Bugis Makassar.
"Sangat disayangkan. Saya sangsi apa mereka menonton Dilan hingga sampai pada kesimpulan itu. kalaupun nonton sepertinya nalarnya nda jalan. Argumen tak jelas. saya sudah nonton filmnya. Tak ada yang perlu dicemaskan. Kalau soal tidak mendidik mesti dilihat dulu definisi dan alat ukur tidak mendidik itu apa. Tong kosong sering nyaring bunyinya memang," pungkas Yushistira. []
