Solo - Sebanyak 90 Polwan dikerahkan untuk menjadi negosiator dalam aksi demo yang digelar di depan kantor DPRD Kota Surakarta, Senin 30 September 2019.
Kapolsek Jebras, Kompol Juliana mengaku sengaja menurunkan personel Polwan lebih banyak dibandingkan dengan aksi demo pada Selasa 24 September 2019 lalu.
"Minggu lalu kita terjunkan sekitar 60, sekarang kita tambah jadi 90 personel, dan ini kita bagi jadi tiga pleton," ujarnya.
Penempatan para polisi cantik sebagai garda depan menghadapi para demonstran ini, menurut Kompol Yuliana sebagai salah SOP kepada massa yang ingin menyampaikan pendapat di tempat umum.
Ada 1.300 personel gabungan kita siagakan untuk pengamanan aksi hari ini
"Memang Polwan ini didahulukan dulu, berarti negosiator ini maksudnya itu untuk mengakomodir mereka. Mereka maunya apa, kita datang kita salami kita tanya. Ini kantor DPRD mereka ingin bertemu siapa, nah kan begitu. Tapi ini tadi tidak. Mereka datang kita salami saja kita tanya mereka tidak berkenan, ya sudah tidak apa-apa yang penting kita siapkan negosiator sebagai jembatan ke orang yang ingin mereka hubungi," jela Yuliana.
Sementara itu, Kapolresta Surakarta AKBP Andy Rifai mengaku mengerahkan 1.300 personel gabungan dari Polri, TNI, Satpol PP dan Dinas Perhubungan Kota Solo.
"Ada 1.300 personel gabungan kita siagakan untuk pengamanan aksi hari ini. Ada Brimob, Sabhara, Lalulintas, Polwan, Satpol PP, TNI dan Dishub," ujarnya di sela pengamanan aksi.
Massa aksi tergabung dalam Solo Raya Bergerak (SORAK) mulai berkumpul ke depan kantor DPRD Kota Surakarta sekitar pukul 15.15 WIB.
Massa yang terdiri dari buruh, tani, mahasiswa, pelajar, perempuan, dan kaum miskin kota ini melakukan aksi untuk menolak RUUK, UU KPK, RKHUP, RUU Pertahanan, dan menuntut agar DPR segera mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. []