Dapur Umum Cegah Perampokan dan Penjarahan Logistik Korban Bencana Alam

Berita dan laporan media massa, media online dan TV menunjukkan penjarah terhadap bantuan logistik untuk pengungsi korban gempa di Sulbar
Tangkap layar video viral ketika sejumlah warga menghadang dan menjarah kendaraan pengangkut logistik bantuan kemanusiaan bagi korban gempa di Mamuju, Sulawesi Barat, Januari 2021 (Foto: antaranews.com - ANTARA/M. Darwin Fatir)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

TAGAR.id - Berita di media massa dan media online serta gambar yang disiarkan stasiun TV terkait dengan rebutan bantuan logistik untuk korban bencana alam merupakan ironi karena yang terjadi adalah adu kuat. Bahkan, belakangan seperti di Sulawesi Barat (Sulbar), pertengahan Januari 2021, yang terjadi tidak sekedar rebutan, tapi penjarahan bantuan logistik.

Ini beberapa judul berita di media online yang bikin miris: (1) Video Bantuan Gempa Majene Diduga Dijarah Warga, Ini Penjelasan Polisi; (2) Viral Video Logistik Bantuan Gempa Majene Dijarah, Risma: Mereka Kelaparan...; (3) 5 Relawan Dijarah dan Dipukul saat Antar Bantuan Logistik kepada Korban Gempa Sulbar; (4) Bantuan Sembako untuk Korban Gempa Mamuju Dijarah, 2 Orang Ditangkap Polisi; dan (5) Astaga! Mobil Bantuan Gempa Sulawesi Barat Dijarah di Jalanan!

Agaknya, ada hal yang luput dari perhatian terkait dengan cara mengatasi kelaparan di kalangan warga yang mengungsi karena bencana alam, seperti banjir, longsor, gempa bumi, dan lain-lain.

Soalnya, biar pun ada logistik, dalam hal ini Sembako (sembilan bahan pokok), seperti beras dan mie instan, tentulah tidak akan bisa dimasak karena tidak ada peralatan dapur. Tidak ada pula bumbu dan lain-lain.

Maka, kalau pun pengungsi itu disebut kelaparan lalu mereka menjarah, apakah bisa mereka masak untuk mengatasi kelaparan? Tentu saja tidak bisa!

jarah tv
Illustrasi - Seorang pria mengangkut televisi dari pusat perbelanjaan di Kota Palu, Sulteng, 30 September 2018 (Foto: bbc.com/indonesia - EPA/MAST IRHAM)

1. Bantuan Logistik Diolah di Dapur Umum

Untuk itulah dalam kaitan ini yang harus dilakukan instansi dan institusi terkait dengan kebencanaan menyediakan makanan yang siap dimakan bagi semua pengungsi secara adil dan merata.

Tentu saja makanan yang akan dibagikan tidak dengan membeli, tapi menyediakannya melalui dapur umum. Soalnya, ada saja kilah bahwa membeli di warung atau restoran sebagai bagian dari upaya mengatasi dampak bencana. Ini merupakan apologia (pembenaran sepihak) yang tidak bisa diterima karena ada kondisi atau keadaan darurat. Kecuali pengungsian yang direncanakan, misalnya, ada pembangunan yang mengharuskan warga jauh dari proyek yang dibangun.

Di beberapa daerah bencana, seperti di Lombok dan Jabar, ketika terjadi bencana segera disiapkan dapur umum sehingga bantuan logistik tidak dibagikan ke pengungsi tapi diolah di dapur umum.

Jajaran militer (tentara) dan polisi dengan ‘sekejap’ bisa membangun dapur umum dengan juru masak dan chef handal yang bisa bekerja di lapangan dalam kondisi perang sekalipun.

Dengan dapur umum semua bantuan logistik diolah sehingga semua pengungsi memperoleh porsi yang sama. Menu bisa diatur dengan baik agar memenuhi kebutuhan gizi seimbang bagi pengungsi. Jam makan pun teratur. Semua kebagian dengan porsi yang sama.

2. Bagaimana Nasib Lansia, Disabilitas dan Perempuan Tak Bersuami

Dengan membiarkan penjarahan bantuan logistik akan menimbulkan penderitaan baru bagi pengungsi lansai, perempuan dan ibu rumah tangga yang tidak mempunyai anak atau suami.

Apakah penjarah itu mau berbagi dengan lansia dan perempuan yang tidak bisa ikut rebutan atau tidak bisa menjarah?

Soal lain yang juga sangat mendasar adalah apakah semua penjarah itu memang benar korban gempa dengan kondisi rumah rusak sehingga mereka harus mengungsi?

Soalnya, pada September 2018 ketika Palu, Sulteng, dilanda gempa dan tsunami banyak warga yang menjarah toko dan minimarket. Celakanya, mereka tidak semua korban gempa dan tsunami dan yang diambil pun tidak hanya bahan makanan. Ada yang membawa televisi layar lebar, apakah ini untuk kebutuhan perut?

Gempa SulbarWarga mengamati Gedung Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang rusak akibat gempa bumi, di Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat, 15 Januari 2021. Petugas BPBD SUlawesi Barat masih mendata jumlah kerusakan dan korban akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 tersebut. (Foto: Antara/Akbar Tado)

Selain menjarah toko dan minimarket terjadi pula penjarahan BBM (bahan bakar minyak) terhadap mobil tangki Pertamina. Apakah mereka menjarah sekedar mengisi tangki motor atau mobil?

Lead pada berita “Penjarahan pasca gempa dan tsunami, bagaimana penegakkan hukum di Palu?” (bbc.com/indonesia, 3 Oktober 2018) menyebutkan: Pemerintah dituding salah langkah saat membebaskan masyarakat Palu mengambil bahan makanan di toko dan minimarket, sesaat usai gempa dan tsunami, yang memicu penjarahan di beberapa titik di kota itu.

Membiarkan siapapun dengan alasan apapun melakukan penjarahan sama saja dengan menginjak-injak hukum dan memberikan panggung kepada pelanggar hukum untuk berbuat perbuatan yang melawan hukum.

Adalah langkah yang arif dan bijaksana jika bantuan logistik dikelola dengan cara-cara yang beradab bukan dengan memberikan peluang bagi penjarah yang bisa jadi bukan pengugsi yang merupakan korban bencana.

Daripada membawa logistik dengan risiko dirampok dan petugas menghadapi kekerasan adalah jauh lebih baik membagikan makanan siap saji sehingga semua pengungsi mendapat makanan secara adil dan merata. []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di tagar.id

Berita terkait
Menko PMK Apresiasi BNPB dalam Penanganan Gempa Sulbar
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengapresiasi BNPB dalam penanganan gempa M6,2 di Sulawesi Barat.
Tanggap Darurat Gempa Sulbar Diperpanjang Satu Pekan ke Depan
Ini beberapa faktor yang menyebabkan masa tanggap darurat gempa Sulawesi barat diperpanjang satu pekan ke depan
Kemnaker Buka Posko Dapur Umum Korban Gempa Sulbar
Kementerian Ketenagakerjaan melalui BLK Makassar membuka posko dapur umum untuk membantu para pengungsi korban bencana gempa bumi