Yogyakarta – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tiap tahun digelontor anggaran dari pemerintah pusat dengan nama Dana Keistimewaan (Danais). Skema dan alokasi yang diberikan relatif lebih baik dibanding dana otonomi khusus lain di Indonesia.
Anggota DPD RI dari Dapil DIY Cholid Mahmud mengatakan Dana Otsus diberikan begitu saja kepada daerah, begitu juga Yogyakarta dengan Danais. "Bedanya Danais itu berbasis proposal, program kegiatannya apa yang diajukan. Ini lebih terukur pemanfaatannya," katanya usai rapat kerja dengan Pemda DIY di Kompleks Kepatihan Yogyakarta pada Selasa 17 Desember 2019.
Menurut dia, model Danais ini layak menjadi percontohan bagi daerah lain yang mungki suatu saat menyandang status khusus karena pertimbangan tertentu. "Kan dinamis, siapa tahu ada daerah lain yang akan berpredikat khusus atau istimewa. Modal Danais Yogyakarta ini layak menjadi percontohan," ujarnya.
Namun Cholid tetap menyoroti Danais khususnya mengenai pemanfaataan peningkatan ekonomi dan kemudahan akses masyarakat untuk memperolehnya. Dari sisi pemanfaatan selama ini Danais apakah sudah benar-benar dirasakan masyarakat.
“Ini masalah audit kerja. Kita harus terus merumuskan itu. Supaya dana yang tersedia itu bisa kita dorong untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Supaya dana yang tersedia itu bisa kita dorong untuk kesejahteraan masyarakat.
Menurut dia dalam lima poin keistimewaan yang diatur di Perdais nomor 3 tahun 2017 salah satunya adalah urusan kebudayaan. “Nah pintu yang paling terbuka untuk kesejahteraan warga itu ya urusan kebudayaan dari lima poin keistimewaan itu,” katanya.
Cholid mengatakan dalam Perdais itu disebut kebudayaan memiliki arti yang luas sekali. Hampir semua bidang kehidupan masyarakat bisa masuk. “Jangan dimaknai kebudayaan itu hanya pentas semalam, habis itu selesai. Kalau pentas semalam itu (dana) nguap sehari, selesai,” katanya.
Cholid menyebut bidang kebudayaan bisa menumbuhkan atau meningkatkan ekonomi masyarakat. Misal melalui wisata budaya, atau produk budaya. “Produk budaya misal kekhasan kain batiknya. Kalau itu yang ditumbuhkan bisa melahirkan kekuatan ekonomi juga. Mudah-mudahan Pemda sudah merumuskan itu,” tuturnya.
Poin kedua yang disorotinya yakni mengenai akses dana keistimewaan. Menurutnya selama ini masyarakat masih merasa kesulitan untuk mendapatkannya. Masyarakat merasa sangat jauh untuk bisa menyentuh dana keistimewaan itu. Untuk mempermudahnya, bisa dibuka suatu jaringan sampai ke pelosok desa.
“Misal dana keistimewaan dibuka melalui jaringan distribusi sampai ke desa, kan lebih mudah. Masyarakat mengajukan anggaran ke desa tidak usah jauh-jauh,” ucapnya. []
Baca Juga:
- Jamban, Toilet Canggih Manjakan Wisatawan Yogyakarta
- Mie Ayam Tumini di Yogyakarta, Jumbo dan Kuah Kental
- Ini Keistimewaan KA Priority Yogyakarta-Jakarta