Maros - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Maros memprediksi akibat dampak fenomena La Nina curah hujan berpotensi akan meningkat 20-40 persen secara akumulatif.
Sehingga dengan prediksi ini hujan di Maros disebut akan lebih tinggi curah hujannya dibanding tahun sebelumnya.
Untuk Maros musim hujan akan lebih awal terjadi di wilayah pegunungan, seperti di Kecamatan Cenrana, Camba, dan Mallawa.
"Terjadinya La Nina di wilayah Pasifik berdampak pada kondisi atmosfer di wilayah Indonesia. Akibat La Nina, bagian tengah dan timur Indonesia menjadi lebih basah. Dengan ini perlu masyarakat lebih waspada terhadap bencana, seperti banjir dan longsor," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Kabupaten Maros Hartanto, Rabu, 21 Oktober 2020.
Selain banjir dan longsor, Hartanto menyebut masyarakat juga perlu mewaspadai angin kencang, terutama di daerah pegunungan.
Ia menambahkan untuk musim hujan di wilayah pantai barat Sulawesi Selatan, BMKG memprediksi dasarian pertama akan terjadi pada November 2020, meskipun saat ini sudah sering terjadi hujan di wilayah itu.
"Untuk Maros musim hujan akan lebih awal terjadi di wilayah pegunungan, seperti di Kecamatan Cenrana, Camba, dan Mallawa. Saat ini, musim peralihan musim kemarau ke hujan sudah terjadi ditandai adanya hujan beberapa hari terakhir," jelasnya.
Sebelumnya Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) IV Makassar menyebut La Nina di Sulawesi Selatan akan berlangsung dengan kategori ringan hingga sedang.
Efek dari La Nina ini adalah penambahan massa uap air di wilayah Indonesia sehingga hujan lebih banyak dari normalnya.
Berdasarkan prakiraan tim dari BMKG IV Makassar, La Nina di Sulawesi Selatan akan berlangsung hingga Maret 2021. Puncaknya, kata dia, diperkirakan akan terjadi pada bulan Desember 2020 mendatang. []