Solo – Sebanyak 70-an warga Jantirejo, RT 3/39 Mojosongo, Solo, mendapat pengobatan dan pengecekan kesehatan gratis dari Dinas Kesehatan Kota (DKK), Rabu 9 Oktober 2019.
Mereka adalah warga yang terdampak kabut asap akibat terbakarnya tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Putri Cempa, Mojosongo, Solo beberapa pekan terakhir.
Pengecekan kesehatan meliputi, pemeriksaan tekanan darah, konsultasi kesehatan dan pemberian obat kepada waga yang mengeluh sakit. Pemeriksaan tersebut digelar secara gratis kepada masyarakat yang terdampak kebakaran TPA Putri Cempa.
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar DKK Solo, Didik Subagyo mengatakan, mayoritas warga mengeluhkan sesak nafas dan mual akibat terpapar asap, melihat kondisi udara yang tercemar dan berbau menyengat.
"Dampak langsungnya memang ke saluran nafas, sehingga sesak. Sedangkan tidak langsungnya ke mual tadi. Ada pula yang mengeluhkan matanya berair karena asap. Kemudian juga karena kondisi cuaca panas dan lama tidak hujan membuat beberapa kondisi warga, khususnya orang tua menurun. Jadi ada yang pilek dan batuk juga," jelasnya.
Didik menambahkan secara umum kondisi kesehatan warga Jantirejo tidak mengkhawatirkan karena dampak asap, namun beberapa warga harus dirujuk ke Puskesmas karena mengalami tekanan darah tinggi.
Makanya ada yang sampai mengungsi, khususnya balita. Kasihan sesak nafas
"Kalau memang ada yang butuh rujukan akan kami rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit. Tapi ini mayoritas masih sakit ringan seperti batuk dan pilek. Meski demikian tetap kami beri obat karena keluhan sekecil apapun harus kita tinfaklanjuti supaya nanti tidak menjadi lebih serius," ungkapnya.
Terpaksa mengungsi
Tak semua warga Jantirejo bertahan di rumahnya, beberapa memilih untuk mengungsi ke rumah kerabat untuk menghindari kabut asap.
Saji, 64 tahun, salah satu warga Kampung Suluhrejo, RT 8 RW 10, Plesungan, Gondang, Karanganyar, mengatakan asap dari kebakaran TPA Putri Cempo biasanya masuk ke perkampungan mulai sore hingga malam hari.
Sehingga banyak warga memilih untuk mengungsi, terutama warga yang memiliki anak kecil dan balita.
"Makanya ada yang sampai mengungsi, khususnya balita. Kasihan sesak nafas, ada yang harus ke Puskesmas diuap (nebulizer) biar tidak sesak lagi nafasnya," jelasnya.[]