Dampak Ekonomi Corona dan Banjir, Mana Lebih Parah?

Pengusaha membandingkan dampak virus corona dan efek banjir terhadap sendi perekonomian. Mana yang lebih parah?
Banjir di Jalan HBR Motik, sekitar jembatan layang Benyamin Sueb, Jakarta, Selasa, (25/2/2020). (Foto: Antara/Boyke Ledy Watra)

Jakarta - Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) menilai dampak virus corona lebih parah dibandingkan banjir karena menyasar sejumlah sendi perekonomian. Dia mencontohkan banjir di Kota Jakarta, efeknya jauh lebih rendah daripada imbas yang ditimbulkan oleh virus asal China itu.

"Kesimpulannya dampak virus corona lebih berbahaya dibandingkan banjir," kata Ketua Umum HIPPI Sarman Simanjorang di Kebon Sirih, Jakarta, Jumat, 28 Februari 2020.

Peristiwa terbaru, kata Sarman, pelayanan biro travel umrah asal Indonesia dihentikan oleh Pemerintah Arab Saudi. Dengan demikian, biro travel tak dapat memasukkan jemaahnya masuk ke Makkah untuk menunaikan ibadah. "Itu wajar karena Arab Saudi ingin negaranya juga bersih," katanya.

Dampak corona hampir mengobrak-abrik sendi ekonomi.

Selain biro travel, kata dia, kedatangan wisatawan asing juga menurun. Akibatnya pendapatan hotel, restoran, dan penerbangan ikut anjlok. "Dampak corona hampir mengobrak-abrik sendi ekonomi," ujarnya.

Sementara dampak banjir di Jakarta, utamanya pada Selasa, 25 Februari 2020, efeknya hanya berlangsung selama sehari. Bahkan, kata Sarman, sebagian pusat perbelanjaan dapat beroperasi pada siang hari sejak kemunculan banjir pada pagi hari itu. "Tapi jika dibandingkan, dampak banjir 1 Januari jauh lebih besar," kata Sarman.

Jakarta BanjirWarga mendorong motor melintasi banjir di kawasan Monas, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Minggu, 2 Februari 2020. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak)

Menurut Sarman, perkiraan kerugian bisnis transaksi di Jakarta pada banjir 25 Februari 2020 mencapai Rp 56 miliar. Sementara dampak ekonomi banjir pada Rabu, 1 Januari 2020 berkisar Rp 950 miliar hingga Rp 1 triliun. Banjir di dua tanggal itu tak seberapa parah dibandingkan pada 2007.  "Sedangkan banjir 2007 berdampak pada kerugian ekonomi hingga Rp 8 triliun," ujar Hamid.

Sarman mengakui banjir 25 Februari 2020 membuat sebagian besar pusat perbelanjaan tutup. Di antara pusat perbelanjaan yang sempat tutup ialah Mangga Dua, Glodok Jaya, dan Mangga Dua Square. "Tutup hampir semua 60 persen karena umumnya akses menuju ke sana terputus," tutur Sarman.

Hanya saja, klaim Sarman, sebagian besar pusat perbelanjaan tutup bukan karena tempatnya dilanda banjir. Mereka tutup karena karyawannya tak bisa menembus jalan menuju tokonya lantaran terputus oleh banjir.

"Jadi, sebagian besar kunci toko itu dipegang oleh karyawan. Bos hanya memegang kunci gudang. Jadi ketika karyawan mereka tak bisa menebus akses menuju pusat perbelanjaan, toko pun tutup," katanya.

Bedanya dampak banjir dapat diprediksi surutnya. Sementara penyebaran virus corona, kata Sarman, tak dapat diprediksi akhirnya.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jakarta Hamid Ponco Wibowo menambahkan, dampak ekonomi banjir pada awal tahun 2020 dinilai paling rendah sejak 2002. Dampak ekonomi tertinggi yang menimpa Jakarta terjadi pada banjir 2007.

Selain waktu surut air yang cepat, kata Hamid, banjir tak mengenai wilayah strategis. "Mungkin karena teknologi dulu beda ya," ujar Hamid di Jakarta, Jumat, 28 Februari 2020. []

Berita terkait
Pusat Belanja Jakarta Rugi Rp 56 M Akibat Banjir
Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Sarman Simanjorang memperkirakan pusat perbelanjaan di Jakarta merugi hingga Rp 56,7 miliar.
Anies Baswedan Membisu Ditanya Penanganan Banjir
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diam seribu bahasa ketika ditanya penanganan banjir yang menerjang Ibu Kota.
PSI Murka, Sekda DKI Tutupi Kesalahan Anies Baswedan
PSI meminta Sekda DKI Jakarta Saefullah tak menutupi kesalahan atasannya, Gubernur DKI Anies Baswedan.