Curhat Perempuan Gombong ke Ganjar: Bapak Saya Bukan Corona

Seorang perempuan di Gombong, Kebumen, mengirim surat terbuka berisi curhat soal bapaknya yang dicovidkan rumah sakit.
Tangkapan layar dari video yang berisi curhat terbuka seorang perempuan di Gombong tertuju Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Isinya, mengungkap pelayanan rumah sakit yang diduga memperlakukan bapaknya sebagai pasien positif corona. (Foto: Tagar/Istimewa)

Semarang - Seorang perempuan asal Gombong, Kebumen, mengirim surat terbuka dalam bentuk video ke media sosial tertuju kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ia mencurahkan isi hati (curhat), mengeluhkan pelayanan sebuah rumah sakit yang diduga memperlakukan bapaknya sebagai pasien positif corona. 

Curhat terbuka tersebut disampaikan akun Sulis Tyowati Sidareja Kunci di dinding Facebooknya. Diunggah pada 10 Desember 2020, video yang menampilkan keluhan seorang perempuan berkaos merah muda ini sudah mendapat 1.646 komentar, mendapat tanggapan hingga 2.292 dan sudah dibagikan 2.125 kali. 

Di postingannya, akun Sulis Tyowati Sidareja Kunci juga membubuhkan caption atau keterangan singkat isi video curhatnya. 

"Bapak saya bukan corona,saya ingin cukup keluarga saya yg merasakan ini cukup keluarga saya yg menjadi korban jangan sampai ada korban lagi,menyesal saya benar2 menyesal bapak saya dimakamkan secara corona,semoga bapak gubernur Jawa Tengah bisa lebih tegas,bisa melihat rakyat kecil seperti kami," tulisnya. 

Berikut isi lengkap curhat terbuka via video yang diposting di Facebook tersebut:  

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan datangnya surat ini saya ingin mengadukan kepada bapak Ganjar pranowo atas apa yang keluarga saya alami, tepatnya 25 November 2020.

Bapak saya sakit. dari dulu bapak saya sudah memiliki riwayat penyakit asma karena bapak saya pecinta keroncong, suka meniup seruling. Sudah sebelum adanya coronapun bapak saya sudah memiliki riwayat asma.

Pagi sekitar pukul 8, bapak saya dilarikan ke salah satu rumah sakit, bapak saya dimasukkan ke ruang IGD. Jauh jauh dari Sidareja saya pulang ke Gombong. Sesampainya di rumah sakit hati saya hancur melihat bapak saya terbaring di ruangan tertutup dengan keadaan kaki diikat dan tangan diikat.

Salah satu perawat rumah sakit bilang kepada saya, ibu tidak boleh masuk, hanya bisa melihat dari kaca karena takutnya bapak ibu corona. Tak ada anak yang akan tega melihat bapak sendiri di dalam ruangan, sementara kala itu bapak saya butuh untuk dituntun, sampai akhirnya saya tetap memaksa untuk masuk.

Sore sekitar pukul 5 dokter berkata, bapak mau dipindahkan ke ruang ICU bu di lantai 3 dan ibu bisa melihat bapak dari kaca saja. Saya berpikir ruang ICU itu bagus dan saya setuju. Tepatnya pukul 7 bapak saya dipindah ke lantai 3 dan saya mengikuti bapak saya ke lantai 3. Setelah sampai di lantai 3 hati saya benar-benar terpukul melihat bapak saya dimasukkan ke ruang Isolasi.

Saya tanya ke perawat, katanya ke ruang ICU Mas, kenapa bapak saya masuk ke ruang isolasi dan di bawah bilangnya saya bisa melihat bapak saya dari kaca, ternyata ruangan bapak saya tidak ada jendela dan kaca.

Langsung saya berontak seketika itu juga. Saya bilang ke perawat kenapa bapak saya diisolasi kan bapak saya belum tentu korona, hati anak mana yang akan tega meninggalkan bapak di umur 76 tahun di ruang isolasi sendiri, dengan tangan dan kaki terikat.

Saya bilang ke perawat kalau sampai bapak saya ternyata bukan Corona saya akan tuntut balik rumah sakit ini dan perawat menjawab ibu tidak akan bisa menuntut. Saya jawab, kenapa saya tidak bisa menuntut? perawat berkata karena ibu orang bawah.

Bapak Ganjar Pranowo, apakah benar itu hanya untuk orang atas? sementara saya keluarga miskin tidak bisa menuntut, sampai akhirnya malam itu juga saya minta bapak saya dibawa pulang. Saya menemui dokter dan menyampaikan niat saya.

Dokter menyuruh saya untuk mengisi surat pernyataan dan dokter berkata, ini pasien pulang atas kemauan itu ibu sendiri, BPJS saya hapus dan ibu bayar pakai umum.

Malam itu juga saya cari uang Pak, untuk membayar rumah sakit 2.500.000. Malam itu juga saya pulang. Alhamdulillah di rumah bapak saya mendingan. Tetapi salah satu mantri dari rumah sakit ada yang menyebarkan berita kalau bapak saya reaktif dan tidak mau diswab, selang 3 hari orang yang tinggal satu rumah dengan bapak saya dites swab semua dan hasilnya negatif

Tetapi warga tetap mengucilkan keluarga saya. Sampai ternyata, sampai tepatnya 3 desember bapak saya drop. Saya ingin meminjam oksigen dari rumah sakit untuk bapak saya, katanya harus ada uang jaminan satu juta tujuh ratus.

Saat itu kami tidak ada uang akhirnya kami pasrah. Tepatnya hari kamis malam pukul 12.30 bapak saya menghembuskan nafas terakhir. Yang membuat hati saya hancur, bapak saya dimakamkan secara corona, menawarkan tetangga pun tidak ada yang mau mandiin dan menyalati bapak saya.

Saya mohon, saya mohon, mohon, bapak saya jangan pakai peti. karena bapak saya pernah pesan tidak mau pakai peti, tetap tidak dihiraukan

Tanggal 6 Desember saya minta hasil lab bapak saya dan bapak saya bukan corona. Sampai sekarang warga masih mengucilkan keluarga kami. 

Baca juga: 

Maaf Bapak Ganjar, tolong bantu rakyat kecil seperti kami. saya tidak mau ada korban lagi cukup keluarga saya saja. Kami keluarga miskin yang tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah

PKH-pun, orang tua saya tidak pernah menerima. Sekali lagi saya mohon kepada Bapak Ganjar untuk bisa lebih adil. Saya mohon kepada Bapak ganjar, saya ingin masalah ini untuk dibersihkan. Untuk Bapak Ganjar, semoga bisa membuka hati. Saya tidak mau lagi ada pasien yang bukan corona tapi dimakamkan secara corona,

Saya ingin cukup keluarga saya saja yang merasakan ini semua, untuk keluarga saya saja yang merasakan ini semua. Sekali lagi saya mohon maaf. Saya mohon keadilan ini, Bapak saya bukan korona. Saya mohon keadilan ini

Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. []

Berita terkait
Bantah Isu Covidkan Pasien, RSUD Kudus Percepat Uji Swab
RSUD Kudus punya terobosan mempercepat uji laboratorium hasil tes swab guna membantah isu sengaja covidkan pasien untuk dapat dana Covid-19.
Isu RS Covidkan Pasien, KI Jateng: Moeldoko Bikin Gaduh
Komisi Informasi (KI) Jateng menilai KSP Moeldoko telah membuat gaduh dengan ungkap isu rumah sakit sengaja mengcovidkan pasien.
Ganjar - Moeldoko Bahas Rumah Sakit Nakal Covidkan Pasien
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko bahas antisipasi rumah sakit nakal yang mengcovidkan pasien.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.