Cuaca Ekstrem, Nelayan Aceh Diimbau Tidak Melaut

BMKG mengimbau para nelayan untuk sementara waktu agar tidak melaut mengingat kondisi gelombang laut yang cukup tinggi karena cuaca ekstrem.
Sejumlah kapal bersandar di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja Lampulo, Kota Banda Aceh, Aceh, Rabu, 8 April 2020. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)

Lhokseumawe, Aceh – Akibat cuaca ekstrem yang melanda wilayah Provinsi Aceh, berupa tingginya gelombang laut yang mencapai 4 meter, maka kalangan nelayan diimbau untuk sementara waktu agar tidak melaut.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun I Sultan Iskandar Muda, Zakaria mengatakan, dengan gelombang laut yang mencapai 4 meter, maka tidak semua kapal mampu untuk menerobosnya.

“Akibat cuaca yang ekstrem ini, alangkah baiknya kalangan nelayan untuk berhenti melaut untuk sementara waktu, mengingat kondisi gelombang laut yang cukup tinggi dan tidak semua kapal mampu menerobosnya,” ujar Zakaria, Selasa, 21 Juli 2020.

Zakaria menambahkan, apabil ingin tetap melaut maka harus mempersiapkan berbagai alat pelampung, agar bisa menjaga keselamatan, serta mengantisipan hal-hal yang tidak diharapkan.

Bukan hanya itu saja, juga lebih baik jangan melaut sangat ke tengah karena gelombang yang tinggi bisa sangat berbahaya. Apabila sudah melihat adanya awan yang berubah menjadi gelap, maka segera menepi ke darat.

Alangkah baiknya kalangan nelayan untuk berhenti melaut untuk sementara waktu.

“Apabila sudah melihat awan berubah menjadi gelap, maka segera menepi ke darat dan jangan paksa untuk terus berada di tengah laut, karena sangat berbahaya. Itu merupakan fenomena pembentukan awan cumulonimbus, yang bisa menyebabkan angin kencang,” tutur Zakaria.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, wilayah Provinsi Aceh dilanda cuaca ekstrem, gelombang laut yang mencapai 4 meter. Hal tersebut disebabkan karena adanya tekanan rendah di wilayah Barat Daya Provinsi Aceh.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Stasiun I Sultan Iskandar Muda, Zakaria, “Karena adanya tekanan rendah ini, maka masa udara dari Samudera Hindia bergerak ke Aceh dengan kecepatan yang tinggi, sehingga berpengaruh terhadap ketinggian gelombang laut,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Stasiun I Sultan Iskandar Muda, Zakaria, Selasa, 21 Juli 2020, ketika dihubungi melalui telepon seluler. []

Berita terkait
Warga Abdya Aceh Dimakamkan dengan Protokol Covid-19
Warga Aceh Barat Daya (Abdya) yang memilih ikut protokol kesehatan untuk fardu kifayah keluarganya yang meninggal dunia.
Angin Kencang, 22 Bangunan di Aceh Utara Rusak
Akibat angin kencang 22 bangunan rusak di Kabupaten Aceh Utara, Aceh.
Cuaca Ekstrem di Aceh, Gelombang Laut Capai 4 Meter
Akibat adanya tekanan rendah di wilayah Barat Daya Aceh, maka menyebabkan pergerakan masa udara dari Samudera Hindia bergerak ke Aceh.
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.