Covid-19 Dunia Terancam Pandemi Gelombang Kedua

Otoritas Kota Wuhan, China, yang diperkirakan asal virus corona menjalankan tes massal terhadap 11 juta warga karena ditemukan kasus Covid-19 baru
Otoritas Kota Wuhan, China, yang diperkirakan asal virus corona menjalankan tes massal terhadap 11 juta warga karena ditemukan kasus Covid-19 baru

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Pandemi atau wabah virus corona baru yaitu Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) belum bisa diatasi dunia yang ditandai dengan penyebaran virus yang tinggi di 211 negara dan teritori. Otoritas Wuhan, China, sebagai awal pandemi yang secara resmi diumumkan otoritas China tanggal 31 Desember 2019, justru mengumumkan melakukan tes swab Covid-19 massal terhadap 11 juta warga kota itu mulai Rabu, 13 Mei 2020.

Otoritas Kota Wuhan mendeteksi enam kasus Covid-19 baru setelah sebulan sebelumnya tidak ditemukan kasus baru. Ini membuat penguasa China khawatir akan ada infeksi Covid-19 gelombang kedua karena Negeri Tirai Bambu itu tidak ingin pengembangan ekonomi setelah diporakporandakan Covid-19 dirusak oleh pandemi baru.

1. Wuhan Bisa Tes 100.000 Warga Setiap Hari

Kota Wuhan merupakan tempat yang terparah dihajar pandemi corona karena dari 82.933 kasus yang dilaporkan China 50.000 di antaranya terdeteksi di Wuhan.

Selama ini Korea Selatan diketahui sebagai negara yang menjalankan tes swab secara massal dan masif sehingga penyebaran kasus bisa diputus. Jerman juga melakukan hal yang sama, tapi belakangan kasus Covid-19 di Jerman justru meroket yang saat ini menembus jumlah 200.000.

Adalah pekerjaan berat untuk melakukan tes terhadap 11 juta warga Wuhan dalam 14 hari, bahkan otoritas di sana mengatakan harus selesai dalam 10 hari. Ini pun mengabaikan warga yang baru tes Covid-19 sehingga setiap hari harus ada 730.000 warga yang jalani tes Covid-19.

Bisa jadi otoritas China melihat kemampuan Korea Selatan (Korsel) yang bisa melakukan tes terhadap 20.000 orang per hari melalui 633 tempat tes. Ini terjadi pada bulan Maret 2020 ketika wabah corona merebak di seluruh dunia. Dikabarkan Wuhan bisa melakukan tes terhadap 100.000 orang pada kondisi yang ekstrem. China sendiri dikabarkan bisa memproduksi alat tes Covid-19 sebanyak 5 juta unit setiap hari.

Kegembiraan warga Wuhan setelah lockdown selama 76 hari yang berakhir 8 April 2020 tampaknya akan berubah jadi kekhawatiran karena otoritas Kota Wuhan menyebut ada enam kasus baru dalam 35 hari terakhir yang merupakan kasus lokal. Inilah alasan kekhawatiran otoritas Wuhan sehingga mereka menyebut tes massal yang akan dilakukan sebagai ‘pertempuran sepuluh hari’ karena tes terhadap 11 juta warga kota harus selesai dalam waktu 10 hari pada pertengahan Mei 2020.

2. Tes Covid-19 di Indonesia Terbatas

Selain di Kota Wuhan kasus-kasus baru juga terdeteksi di Kota Shulan, Provinsi Jilin, di bagian timur laut negeri itu. Hari Minggu, 10 Mei 2020, terdeteksi sebelas kasus baru infeksi corona.

Sedangkan di Korsel yang disebut sebagai negara yang berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 juga mendeteksi kasus Covid-19 baru di Kota Seoul. Presiden Moon Jae-in mengatakan, 10 Mei 2020, bahwa perang melawan virus corona belum berakhir selama virus masih terdeteksi.

Bagaimana dengan Indonesia? Ketika banyak negara menjalankan tes spesimen swab dengan PCR massal dengan cara-cara yang masif, Indonesia melakukan tes yang sangat terbatas. Tes Covid-19 per 1 juta populasi di Indonesia 636. Bandingkan dengan Korsel yang mencapai 14.177 tes per 1 juta populasi. Singapura 38.372, Malaysia 8.409, Filipina 1.732, dan Thailand 4.099.

Ini membuat laporan kasus baru, disebut oleh Menko PMK Muhadjir Effendy, landai, akan sedikit. Tapi, ini bisa jadi angka semu karena keterbatasan tes yang dijalankan.

China sendiri belum menyelesaikan pandemi Covid-19 gelombang pertama karena masih ditemukan kasus-kasus baru kini sudah mulai menjalankan program tes untuk mencegah penyebaran virus gelombang kedua.

Sedangkan Indonesia dikabarkan justru akan mengembagkan pengobatan plasma dengan skala besar. Ini bertolak belakang dengan penanggulangan pandemi atau epidemi yang seharusnya mengembangkan vaksin bukan pengobatan. Karena vaksin Covid-19 belum ada, maka tes skala besar dan protokol kesehatan WHO tentang Covid-19 jadi ‘vaksin sosial’.

Celakanya, pada saat negara lain menjalankan tes massal Indonesia masih berkutat di sektor lockdown terbatas yang disebut Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang secara faktual justru tidak dijalankan secara benar oleh banyak warga (Bahan-bahan: nytimes.com, cnn.com, times.com, theguardian.com, dan sumber-sumber lain). []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di tagar.id

Berita terkait
Kisah Sukses Korea Selatan Hadapi Pandemi Covid-19
Keberhasilan Korea Selatan hadapi krisis karena pandemi Covid-19 yaitu karena kedisiplinan individu, langkah-langkah penanganan efektif serta tes
Covid-19 Global Jumlah Kasus Tembus Angka 4,5 Juta
Pendemi Covid-19 terus menimbulkan gejolak di ratusan negara di dunia yang pada tanggal 15 Mei 2020 kasus global menembus angka 4.500.000
Indonesia Potensial Jadi Episentrum Covid-19 ASEAN
Covid-19 di Indonesia terus bertambah seiring dengan tes Covid-19, pertambahan kasus yang pesat Indonesia bisa jadi episentrum Covid-19 di ASEAN
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.