Corona Masih Ada, Perusahaan AS Betah di China

Sebagian besar perusahaan Amerika Serikat di China tidak memiliki rencana untuk merelokasi produksi ke negara lain meskipun masi ada corona.
Mobil macet di jalan raya utama pada jam sibuk malam hari di Kawasan Pusat Bisnis di Beijing, Cina, 7 April 2020. Foto diambil dengan kecepatan rana lambat. (Foto: Reuters|Thomas Peter|File|Channel News Asia).

Shanghai - Sebagian besar perusahaan Amerika di China tidak memiliki rencana untuk merelokasi produksi atau sumber kegiatan ke negara lain, meskipun angka pandemi virus corona di negara itu masih cukup tinggi,  kata sebuah survei pada Jumat, 17 April 2020.

Survei bersama yang dilakukan Kamar Dagang Amerika Serikat di Beijing dan Shanghai dengan PricewaterhouseCoopers (PwC) itu menyebutkan hampir 70 persen responden berharap operasi rantai pasokan di Tiongkok kembali normal dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Dari jumlah itu, sekitar 90 persen memperkirakan akan kembali normal dalam tiga hingga enam bulan.

Covid-19 telah mendorong perlunya analisis yang lebih holistik tentang diversifikasi rantai pasokan.

Baca Juga: Corona, Trump Akan Buka Lagi Negara Bagian Bertahap 

Survei yang juga melibatkan Kamar Dagang Amerika Shanghai itu dilakukan dari tanggal 6-13 Maret, melibatkan 25 perusahaan. Survei eksekutif senior dari perusahaan-perusahaan yang memiliki pendapatan global lebih dari 500 juta dolar AS dan terlibat dalam sektor-sektor dari perawatan kesehatan hingga konsumen.

Sementara itu 68 persen responden lain melihat kembali ke aktivitas normal di China dalam tiga bulan ke depan. Sebanyak 96 persen responden mengharapkan diharapkan kembali normal dalam tiga hingga enam bulan.

WuhanSejumlah anggota keamanan memakai masker pelindung wajah berjaga-jaga di depan toko yang tutup di dekat Stasiun Wuhan,Provinsi HUbei, China, Sabtu (28/3/2020), pada hari pertama layanan kereta bawah tanah kota dibuka kembali setelah mewabahnya virus corona (Covid-19) beberapa waktu lalu. (Foto: Antara/Reuters-Aly Song/hp)

Sebagian besar responden menyebutkan tantangan terbesar di masa pendemi ini adalah logistik, seperti transportasi dan pergudangan. Sementara responden juga menyebutkan bahwa pemasok tidak dapat beroperasi dengan kapasitas penuh sebagai masalah yang paling kritis berikutnya. "Covid-19 telah mendorong perlunya analisis yang lebih holistik tentang diversifikasi rantai pasokan," ucap Jan Nicholas, mitra konsultan di PwC China.

 China mampu dengan cepat bangkit, dan memulai kembali perekonomian setelah berbulan-bulan terkunci.

"Berbeda dengan beberapa narasi global, data kami yang berbasis di China menunjukkan bahwa mayoritas anggota kami tidak akan berkemas dan meninggalkan China dalam waktu dekat," kata Alan Beebe, Presiden Kamar Dagang Amerika yang berbasis di Beijing, seperti diberitakan dari Channel News Asia.

Menurut Beebe, Tiongkok muncul di depan kurval globa sebelum virus corona belum menjadi pandemi. Namun negara itu mampu dengan cepat bangkit, dan memulai kembali perekonomian setelah berbulan-bulan terkunci. 

Baca JugaTim Medis China ke Arab Saudi Bantu Lawan Covid-19

Seperti diketahui, wabah corona bermula di kota Wuhan, Provinsi Hubei pada akhir tahun lalu. Namun cepat menyebar ke banyak negara sehingga menyebabkan gangguan besar pada kegiatan ekonomi di seluruh dunia.

China telah mengambil langkah-langkah sejak Februari untuk memulihkan kembali perekonomian dengan membuka pabrik-pabrik dan mengurangi pembatasan perjalanan. Pada 8 April, pemerintah membuka karantina di Wuhan yang telah terkunci selama 76 hari, pasca jumlah korban terinfeksi terus merosot.[]

Berita terkait
China Ajak ASEAN Kembangkan Obat dan Vaksin Corona
PM China Li Keqiang ajak negara-negara ASEAN bersama-sama mengembangkan obat-obatan dan vaksin anti-virus corona jenis baru (Covid-19)
Chloroquine Jadi Obat Virus Corona di Amerika
Obat anti malaria chloroquine dan hydroxychloroquine disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat jadi obat pasien Corona
Ilmuwan Harvard Jual Virus Corona ke China?
Sebuah video beredar luas di media sosial menyebutkan ilmuwan asal AS, Dr. Charles Lieber telah membuat dan menjual coronavirus ke China.
0
Indonesia Akan Isi Kekurangan Pasokan Ayam di Singapura
Indonesia akan mengisi kekurangan pasokan ayam potong di Singapura setelah Malaysia batasi ekspor daging ayam ke Singapura