Cerita Warga Maluku, 6 Jam Terombang-ambing di Laut

Saat memasuki perairan Kei Kecil, mendadak mesin kapal mati. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 08.11 WIT
Tim SAR gabungan mengevakuasi delapan penumpang longboat yang mati mesin diperairan Kei Kecil. Sebelumnya para penumpang ini hanyut terombang-ambing tersapu gelombang selama enam jam. (Foto: Tagar/Muhammad Jaya)

Maluku - Pagi itu, sekitar pukul 07.30 WIT delapan orang penumpang memasuki longboat. Tak seperti biasa, penumpang sedikit sepi. Kapasitas sebetulnya bisa 20 orang.

Namun juru mudi memutuskan berangkat meski penumpangnya sedikit. Dia juga memberi tahu bahwa satu mesinnya rusak, hanya satu dari dua yang berfungsi. Penumpang dari Desa Neron Ohoi, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara bersikukuh berangkat ke Kota Tual.

Hari itu, Lebaran ke dua. Cuaca cukup cerah. Tidak ada tanda-tanda bakal hujan. Mereka kemudian bergerak. Di antara delapan penumpang itu ada seorang anak kecil.

Longboat bergerak cepat membelah laut meski hanya mengandalkan satu mesin. Saat memasuki perairan Kei Kecil, mendadak mesin kapal mati. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 08.11 WIT. Juru mudi mencoba memperbaiki mesin yang rusak.

Satu jam dia berkutat mengutak-atik, mesin tak kunjung hidup. Situasi itu sempat membuat penumpang mulai khawatir. Mati mesin di tengah lautan membuat perasaan tak enak.

Acmal Qilitubun, salah seorang penumpang mencoba menelpon keluarga di Kota Tual, mengabari mereka sedang berada di tengah laut Kei Kecil dengan kondisi kapal yang ditumpangi mati mesin.

"Juru mudi sempat memperbaiki mesin selama satu jam lebih. Namun tidak berhasil diperbaiki. Saat itu kami tidak bisa berbuat banyak," ujar Acmal kepada Tagar, Jumat 7 Juni 2019.

.Acmal kemudian memberi tahu semua penumpang dan juru mudi bahwa dia telah mengabari keluarga di Kota Tual yang meneruskannya ke tim SAR. Katanya bantuan segera datang.

"Keluarga telepon balik ke saya, mengaku tim gabungan dari Pos SAR Tual segera menjemput kami," ungkapnya.

Kabar baik itu, tentu membuat penumpang dan istrinya yang ikut menjadi sedikit lega.

SelamatDelapan penumpang longboat sedang beristirat di atas Kapal Negara Bharata usai dievakuasi dari perairan Kei Kecil menuju dermaga perikanan Tual, Kamis 6 Juni 2019. (Foto: Tagar/Muhammad Jaya)

Mendapat informasi begitu, juru mudi yang sudah berjuang menghidupkan mesin berhenti memperbaiki dan membiarkan kapal begitu saja tanpa dikemudikan dibawa arus laut.

Namun kelegaan itu hanya sebentar. Mendadak cuaca menjadi buruk. Langit yang tadinya berwarna putih, berubah hitam diikuti hujan disertai angin kencang.

Para penumpang pun panik, gelombang makin naik menyapu badan longboat dari sisi kanan dan kiri secara terus menerus.

"Wajah yang senang sebelumnya kembali panik. Saya bersama penumpang hanya pasrah terombang-ambing tersapu ombak begitu saja," cerita Acmal.

Siapa yang tahu bisa terjadi kejadian itu. Saat itu saya sudah pasrah tapi sambil berzikir untuk menenangkan hati

Tidak kurang enam jam mereka terus dibawa ombak. Penumpang yang terdiri dari empat pria, tiga wanita dan satu orang anak kecil hanya bisa pasrah dan berzikir di tengah cuaca buruk.

Tepat pukul 13.00 WIT, Tuhan menolong mereka. Tim SAR gabungan tiba dengan membawa Kapal Negara Bharata. Kapal itu tiba saat mereka nyaris putus asa diombang-ambingkan gelombang laut.

"Namun saat itu, longboat sudah berada di dekat pesisir pantai. Karena arus membawa kami dan juri mudi membuang jangkar. Selesai evakuasi kami dinaikkan di atas kapal menuju dermaga perikanan Tual," ujar Acmal.

Keyakinan akan selamat dimiliki istri Acmal, Eda Refra. Meski khawatir karena kapal mati mesin, namun punya harapan bisa selamat dan ditolong karena hari masih siang dan terang.

"Enam jam lebih kami terombang-ambing disapu ombak di laut menyebabkan sebagian penumpang muntah," tuturnya.

Dia dan suaminya bermaksud merayakan Idul Fitri ke Kota Tual memenuhi undangan keluarga. Ditambah penumpang lainnya yang memiliki keperluan mendesak, meski satu mesin tetap berangkat.

"Siapa yang tahu bisa terjadi kejadian itu. Saat itu saya sudah pasrah tapi sambil berzikir untuk menenangkan hati," ujarnya. [Muhammad Jaya] 

Berita sebelumnya:

Berita terkait