Cerita Sopir Kepincut Truk Canter, Si Tangguh yang Tak Rewel

Canter Mitsubishi Fuso menjadi truk favorit para pengusaha angkutan niaga di Sumatera Barat.
Dump truk canter Mitsubishi Fuso milik Yoni Indra saat antrian di salah satu tempat galian pasir di Sumatera Barat. (Foto: Tagar/Dok.Istimewa)

Solok - Truk canter merupakan salah satu produk Mitsubishi Fuso paling mendominasi aktivitas usaha masyarakat di Sumatera Barat. Terutama bagi mereka yang bergerak dibidang jasa angkutan barang dan material bangunan.

Dua jenis colt diesel 'si kepala kuning' itu paling mendominasi di jalanan Sumbar. Pertama dump truk yang mayoritas mengangkut pasir hingga batu bara. Kemudian truk canter bak kayu atau besi yang kebanyakan bermuatan barang.

Truk ringan jenis canter ini dianggap sebagai moda transportasi angkut tangguh di semua medan perjalanan. "Jalan terjal, berlumpur, mendaki, semua dilewati dengan santai saja. Untuk perjalanan jauh juga sangat nyaman," kata Yoni Indra, 46 tahun, salah seorang pemilik truk canter mitsubishi fuso jenis dump truk kepada Tagar, Selasa, 1 Desember 2020.

Dump truk ini sudah 8 tahun saya pakai. Belum sekali pun mati mendadak.

Warga Kabupaten Solok itu memiliki satu unit truk canter jenis colt diesel HD 125 PS yang dibelinya tahun 2012. Paling tidak, sudah 8 tahun lamanya Yoni menyopir truk sendiri. "Kalau membawa canter sudah sejak bujangan. Kisaran 18 tahun lalu, tapi waktu itu kan truk milik induk semang, saya hanya sopir," kata ayah tiga anak itu.

Menurut Yoni, pengalamannya selama sekitar 10 tahun itu membawa truk canter itulah yang membuatnya jatuh hati dan memutuskan membeli truk canter jenis dump truk.

"Dulu saya bawa canter bak kayu, kemudian dump truk. Nah, pas punya uang dan melihat peluang usaha sendiri, saya putuskan beli dump truknya," katanya.

Selama belasan tahun mengaspal dengan canter, Yoni mengaku truk ringan itu memiliki tenaga yang super kuat dibandingkan truk jenis lain. Bahkan, ketika bermuatan normal sekitar 4,1 ton, truk bisa menanjak pendakian Panorama Sitinjau Laut dengan gigi dua.

"Pendakian Sitinjau ini paling berbahaya juga di Sumatera. Saya pernah bawa semen 210 sak semen dan itu seperti tidak bawa apa-apa. Saya mendaki dengan gigi dua, padahal satu sak semen itu beratnya 50 kilogram," katanya.

Menurutnya, mayoritas sopir dan pemilik dump truk di Sumatera dan Sumbar khususnya memakai canter. Kondisi ini terlihat saat dalam aktivitas proyek pengangkutan tambang pasir hingga batu bara. Jika dikalkulasikan, dari 100 unit truk, 80 di antaranya adalah canter.

"Proyek angkut batu bara di Sarolangun, Mandiangin, Jambi itu menggunakan ribuan truk. Rata-rata yang dipakai dump truk canter. Saya sudah hampir 5 tahunan ini ikut dalam proyek itu," katanya.

Tak hanya itu, proyek pengangkutan aspal, biji besi hingga pasir di Sumbar juga mayoritas menggunakan jasa dump truk canter. Menurutnya, alasan utama para sopir dan pemilik truk memilih canter ini lebih kepada simpelnya perawatan dan tidak pernah rewel di jalanan.

"Dump truk ini sudah 8 tahun saya pakai. Belum sekali pun mati mendadak. Kelebihannya lagi, kalau ada yang rusak lalu diperbaiki, bunyi mesinnya kembali normal seperti awal dibeli. Ini yang belum saya temukan di truk jenis lain," katanya.

Senada dengan itu, Zulfadli, 49 tahun, juga mengaku sudah sehati dengan canter. Apalagi, dia telah 21 tahun lamanya mengaspal di lintas Sumatera - Jawa dengan truk canter bak kayu.

"Saya sudah hampir setengah abad bawa canter ini. Sudah saya jajal Sumbar, Jambi, Pekanbaru, Medan, Jakarta, Bandung dan pulau Jawa lainnya. Setidaknya, semua penyakitnya hampir detil saya hafal," katanya.

Ayah empat orang anak itu merupakan sopir truk canter pengangkut barang-barang kebutuhan pokok. Seperti sayur-sayuran, beras dan segala macam. Saat ini, dia rutin jalan dari Solok menuju Medan, kemudian lanjut ke Jakarta hingga kembali ke Sumbar dan berangkat juga ke Kerinci, Jambi.

BBM Irit, Onderdil Gampang

Menurut pria yang juga berasal dari Solok, Sumbar itu, truk canter betul-betul truk ringan yang tidak banyak ulah. Selain gesit di semua medan, canter juga memberikan kenyamanan saku-saku bagi para sopir, terutama urusan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar.

Dari Sumbar (Solok) ke Jakarta dengan jarak tempuh lebih 1.264 kilometer, kata Zul, dia hanya menghabiskan BBM solar sekitar 300 liter lebih atau jika diuangkan sekitar Rp 1,5 juta. "Irit BBM ini juga kelebihan dari canter. Tidak mungkin banyak yang mau pakai canter kalau tidak irit begini," katanya sembari tertawa.

Selain itu, onderdil atau suku cadang canter juga sangat mudah ditemukan di mana saja. Artinya, tidak ada istilah barang kosong ketika terjadi kerusakan di daerah mana pun. "Kalau orderdil canter gampang sekali. Harganya standar-lah," tuturnya.

Begitu juga pengakuan pemilik dump truk canter, Yoni Indra. Menurutnya, perawatan canter sangat enteng dan biayanya ringan jika dibandingkan dengan pembelian onderdil truk lainnya.

"Tepatnya tidak rewel. Buktinya, saya sudah 8 tahun ini hanya ganti oli, ganti ban dan servis biasa. Onderdilnya pun di tempat tambal ban pun ada. Jadi tidak repot inden dan menunggu lama," katanya.

Dia berharap, truk canter terus melahirkan inovasi agar tetap mendapat tempat di hati pelaku usaha yang bergerak yang selama ini bergantung dengan truk. "Paling penting kualitas ketangguhannya tetap terjaga," tuturnya.

Dump truk

Puluha dump truk canter Mitsubishi Fuso berjejer di Sumatera Barat. (Foto: Istimewa)

Di sisi lain, melansir dari data resmi yang dipublikasikan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) pada Kamis, 23 Januari 2020, mitsubishi colt diesel masih menjadi truk terlaris pada segmen light duty truck (LDT) atau truk ringan di Indonesia. Selama kurun waktu 12 bulan di tahun 2019, KTB menjual ritel truk colt diesel sebanyak 36.575 unit.

Data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga mengungkapkan, sepanjang bulan Juli 2020, angka penjualan retail dari delapan merek kendaraan niaga yang terdaftar mencapai 3.773 unit. Dari angka tersebut, mitsubishi fuso tetap memimpin penjualan kendaraan niaga, yakni sebanyak 1.583 unit yang 1.522 unit di antaranya adalah LDT.

Tahun 2020 ini, KTB menginjak usia ke-50 tahun. Sejarahnya sebagai penyedia kendaraan niaga di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1970. Secara bertahap, KTB mengenalkan truk besar segmen medium duty truck (MDT) lewat Fuso FM215F. Kemudian, diluncurkan produk kendaraan niaga colt diesel FE119 di tahun 1990 sebagai segmen LDT.

Seiring perjalanan waktu, KTB terus berbenah memenuhi selera pasar hingga lahirnya produk canter yang populer dengan sebutan 'si kepala kuning' yang kini merajai pasar truk di Indonesia. Truk canter digandrungi pengusaha di daerah, termasuk di Sumbar karena ketangguhan mesin dan ketersediaan onderdil yang melimpah. []

Berita terkait
Beli Truk Mitsubishi Fuso Bisa di TokoPedia
PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) membuka dealer digital untuk pembelian kendaraan truk Mitsubishi Fuso di TokoPedia.
Pesona Baru Mobil BMW X7 Facelift Version
Tampilan pada bagian muka mobil BMW X7 Facelift Version terlihat berubah cukup radikal.
Mitsubishi Indonesia Bakal Luncurkan Mobil Baru Pekan Depan
Mobil baru dengan model SUV ini akan diluncurkan pada 20 Oktober 2020.
0
Menkeu AS dan Deputi PM Kanada Bahas Inflasi dan Efek Perang di Ukraina
Yellen bertemu dengan Freeland dan janjikan kerja sama berbagai hal mulai dari sanksi terhadap Rusia hingga peningkatan produksi energi