Buntut Kudeta Myanmar, Menlu Filipina Tak Sudi Dengarkan AS

Menlu Filipina Teodoro Locsin Jr. Locsin mengatakan bahwa negara-negara barat harusnya bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi di Myanmar.
Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr. (Tagar/Twitter Locsin)

Jakarta - Kudeta Militer yang terjadi di Myanmar pada Senin, 1 Februari 2021 masih menjadi sorotan masyarakat di selururh dunia. Penangkapan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Myint telah ditunggangi oleh angkatan militer Myanmar.

Angkatan militer Myanmar menuding partai Aung San Suu Kyi National League for Democracy (NLD) telah melakukan kecurangan dalam pemilu November 2020. Usai berhasil melakukan kudeta, angakatan militer di bawah kepemimpinan Jenderal Min Aung Hlaing menyatakan akan memegang kendali pemerintahan selama satu tahun.

Ini adalah pandangan saya sendiri bukan Duterte. Saya tidak akan bergabung dengan Barat yang menghancurkan Suu Kyi dan meninggalkannya tanpa pertahanan di hadapan angakatan militer,

Penangkapan Suu Kyi dan beberapa pemimpin Myanmar ini langsung mendapat kecaman dari berbagai pihak, salah satunya dari Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr. Locsin mengatakan bahwa negara-negara barat harusnya bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi di Myanmar tersebut.

Menurutnya reputasi Suu Kyi yang telag digulingkan militer harus dikembalikan seperti sedia kala. Locsin menuliskan protesnya itu di akun Twitter pribadinya pada Kamis, 4 Februari 2021 malam waktu setempat.

“Ini adalah pandangan saya sendiri bukan Duterte. Saya tidak akan bergabung dengan Barat yang menghancurkan Suu Kyi dan meninggalkannya tanpa pertahanan di hadapan angakatan militer,” tulis Locsin, seperti dikutip dari akun resmi Twitternya.

Dilansir dari Philstar, Locsin menekankan bahwa ia tidak sudi mendengarkan pendapat orang kulit putih tentang masalah ini. Menurut Locsin Suu Kyi telah kehilangan dukungan barat karena dia tetap diam atas kekejaman terhadap Muslim Rohignya.

Locsin merasa bertanggung jawab dan mencoba untuk melakukan yang terbaik demi membantu Myanmar. “Tugas saya adalah mencoba mengembalikannya, dalam masalah ini, orang terkahir yang saya dengarkan adalah orang kulit putih,” kata Locsin.

Demi mengembalikan kekuasan Suu Kyi, Locsin mengaku akan bekerja dengan kekuatan lain, yakni dari China dan India.

“Lupakan Amerika Serikat. Kami berbicara dengan China, kami berbicara dengan India, kami mengatakan kami dapat kembali ke status quo dan kami dapat mengembalikan ibu demokrasi Burma ke tempatnya,” ujar Locsin yang tidak sudi bekerja sama dengan negara barat, khususnya AS.

“Saya marah karena bertemu perempuan itu,” katanya menambahkan. Kemarahan itu muncul setelah Locsin banyak menasihati Suu Kyi untuk berhati-hati terhadap kekuatan militer dan negara-negara barat. Namun nasihatnya tidak diindahkan sang peraih Nobel.

“Barat menghancurkan Suriah, Barat menghancurkan Libya karena mereka lapar akan minyak. Barat haus akan gas dan minyak Burma,” kata Locsin.

Awal pekan ini Menlu Filipina itu mengatakan kepada juru bicara kepresidenan Jarry Roque untuk menghentikan segala urusan luar negeri, setelah mengatakan bahwa kudeta Myanmar adalah masalah internal yang tidak bisa dicampur tangani.

Sejauh ini Departemen Luar Negeri Filipina hanya mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pemerintah Filipina sangat prihatin terhadap kudeta militer yang terjadi di Myanmar. []

Baca juga:

Berita terkait
Kudeta di Myanmar, Aung San Suu Kyi Dijerat Impor Ilegal
Kudeta di Myanmar, penasihat negara Aung San Suu Kyi ditahan karena diduga mengimpor alat komunikasi ilegal.
Negara-negara G-7 Kecam Kudeta Militer di Myanmar
Menlu negara-negara anggota G-7 mengecam kudeta di Myanmar dan prihatin atas penahanan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Ky
Infografis: Aung San Suu Kyi, Pejuang Myanmar yang Dikudeta
Terjadi kudeta militer di Myanmar, Aung San Suu Kyi yang adalah pejuang demokrasi di negara itu ditahan pihak militer pada Senin, 1 Februari 2021.