Brimob dan Keganjilan Pelaku Penyiram Novel Baswedan

Penilaian Haris Azhar soal dua tersangka penyiram air keras Novel Baswedan yang berstatus anggota Polri aktif korps Brimob.
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)

Jakarta - Direktur kantor hukum dan HAM Lokataru, Haris Azhar menilai ada yang ganjil dalam pengungkapan dua tersangka penyiram air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan berlatar belakang anggota Polri aktif korps Brimob.

Menurut Haris, bila keduanya anggota Brimob maka menghabiskan waktu panjang untuk melancarkan agendanya menyiram Novel. Dari langkah itu, kata dia, berarti dua Brimob tersebut sempat alpa dalam kesatuannya.

"Kalau mereka Brimob, kan sketsa dibangun bukan hanya hari H subuh penyerangan, itu dari puluhan kesaksian orang, berminggu-minggu, kalau memang mereka itu Brimob berarti mereka tidak masuk kerja dong berminggu-minggu ngintelin jejaknya Novel. Nah, jadi menurut saya ada banyak hal yang janggal," kata Haris saat live bersama stasiun televisi TV One, beberapa waktu lalu.

Haris AzharDirektur Eksekutif Lokataru Foundation Haris Azhar. (Foto: Instagram/azharharis)

Haris yang juga anggota Tim Advokasi Novel Baswedan menganggap tuduhan yang dilayangkan RM dan RB kepada Novel sebagai pengkhianat terasa ganjil. Bahwasanya, dia menilai tidak relevan sosok yang bekerja untuk memberantas korupsi dianggap sebagai pengkhianat.

"Jadi menurut saya, saya meragukan metodologi itu saya meragukan. Apakah dua orang ini memang bagian dari kejahatan dan untuk kasus seperti ini apalagi dengan temuan tim pakar, ini terkait dengan kerjanya Novel selama ini penegakan hukum, mengungkap korupsi yang menjadi musuh bangsa," ucapnya.

Haris mengatakan, penilaiannya ini berdasarkan penelusuran dirinya merunut perkembangan pengungkapan kasus Novel Baswedan. Dia mengaku tidak tinggal diam saja menunggu hasil penyelidikan dari pihak kepolisian.

"Sebelum melalui tim pakar, saya juga sudah menginvestigasi kasus ini ada sejumlah bukti petunjuk yang belum diambil polisi," tuturnya.

"Saya juga menyisir dengan tim dari LBH Jakarta, tim dari KontraS, alur kabur, serangan, dan lain-lain. Kita juga berbicara dengan sejumlah saksi dilapangan cctv itu enggak pernah diambil, jadi ada sejumlah hal yang belum dilakukan oleh polisi yang kami anggap sudah hal sepatutnya," kata Haris.

Menurut dia, RM dan RB tidak pernah dibahas ataupun menjadi salah satu dugaan. Dia mengatakan dua anggota Polri aktif tiba-tiba saja hadir dan disebut sebagai pelaku penyerangan terhadap Novel Baswedan.

"Maka dari itu saya mau bilang bahwa ada banyak hal yang belum dituntaskan dalam konteks penyelidikan dan penyidikan. SP2HP terhadap pelapor dan juga tetangga dari Novel sudah terhenti sejak lama, kami juga tidak menemukan, kami mengkritik soal tim pakar, tapi dari hasilnya tim pakar kami tidak menemukan tidak melihat ada hal yang korelatif dengan temuan yang baru ini," ucap dia.

Seperti diketahui, Novel Baswedan mendapat serangan air keras pada 11 April 2017. Peritiwa itu terjadi ketika penyidik senior KPK tersebut berjalan menuju kediamannya usai menjalani salat Subuh di Masjid Al Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara. []

Berita terkait
Haris Azhar-Novel Baswedan Malas Gubris Dewi Tanjung
Direktur Lokataru Haris Azhar enggan menggubris Dewi Tanjung soal laporannya ke polisi terhadap hoaks penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.
Istana Respons Penyiram Novel Baswedan Polri Aktif
Istana merespons dua tersangka penyiram air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan yang berlatar belakang anggota Polri aktif.
LPSK Nilai Ada Dalang Pelaku Penyiram Novel Baswedan
LPSK menilai masih ada dalang berkeliaran dari dua pelaku penyiram air keras terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.