BPS Sebut Nilai Tukar Petani Papua Menurun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Papua mengalami penurunan 0,01 persen pada Januari 2020.
Kepala BPS Papua, Simon Sapari (pegang mic) memberikan keterangan terkait Nilai Tukar Petani (NTP) Papua bulan Januari 2020. (Foto: Tagar/Paul Manahara Tambunan)

Jayapura - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Papua mengalami penurunan 0,01 persen pada Januari 2020, dengan indeks NTP sebesar 101,55.

Meski demikian, secara nasional NTP Papua mengalami peningkatan sebesar 104,16 atau 0,78 persen. Riau tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi pada Januari 2020 yaitu 5,59 persen, sementara Aceh mengalami penurunan terbesar -0,97 persen.

Akibatnya berimbas pada perubahan indeks harga konsumsi rumah tangga yang berujung terjadinya inflasi perdesaan.

“Penurunan NTP ini terjadi karena kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani lebih besar dari pada harga yang diterimanya,” kata Kepala BPS Papua, Simon Sapari di Kota Jayapura, Senin 3 Januari 2020 lalu.

Dia menjelaskan, penurunan NTP Papua juga dipengaruhi harga-harga pada lima subsektor, antara lain tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.

Misalnya, NTP Subsektor tanaman pangan Papua mengalami penurunan indeks -0,10 persen dibandingkan Desember 2019. Begitu juga dengan tanaman perkebunan rakyat dengan angka penurunan -1,14 persen.

“Akibatnya berimbas pada perubahan indeks harga konsumsi rumah tangga yang berujung terjadinya inflasi perdesaan,” ungkap Simon.

Simon menyebutkan, pada Januari 2020, terjadi inflasi 0,69 persen di wilayah perdesaan Papua. Ini terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yaitu sebesar 1,00 persen.

“Inflasi Papua Januari tercatat lebih kecil dibandingkan inflasi pedesaan nasional sebesar 0,88 persen,” kata Simon.

Khusus untuk Nilai Tukar Petani Holtikultura (NTPH) pada Januari 2020, kata Simon, mengalami kenaikan 95,58 persen dari  0,15 persen di bulan sebelumnya.

Perubahan ini disebabkan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,92 persen lebih tinggi daripada kenaikan indeks harga yang dibayarkan sebesar 0,77 persen.

“Perubahan itu didorong oleh turunnya indeks kelompok buah-buahan sebesar -0,37 persen serta naiknya indeks kelompok sayur-sayuran 1,59 persen, dan tanaman obat-obatan sebesar 0,82 persen,” jelasnya. []

Berita terkait
Inflasi 2019, BPS Waspadai Harga Tiket Pesawat Naik
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan harus mewaspadai ancaman inflasi akhir tahun 2019 yang bukan berasal dari harga komoditas.
BPS, Banten Peringkat Pertama Pengangguran Nasional
BPS merilis, Provinsi Banten merupakan provinsi yang angka penganggurannya tertinggi secara nasional. Ini penyebabnya.
BPS Catat September Terjadi Deflasi 0,29 Persen
Menurut BPS deflasi 0,29 persen pada September 2019 terjadi karena penurunan harga bumbu-bumbuan serta daging ayam ras dan telur ayam ras
0
Ketok Palu Tingkat I Tiga RUU DOB Papua Akan Putuskan DPR Siang Hari Ini
Panitia Kerja (Panja) 3 RUU DOB Papua akan kembali menggelar rapat pengambilan keputusan Tingkat I terkait dengan pembagian batas wilayah.