BPD Jabar Keluhkan Kekurangan Dana Kampanye

Badan Pemenangan Daerah (BPD) Jawa Barat pasangan Prabowo dan Sandi membenarkan kerja BPD Jabar kurang maksimal.
Calon wakil presiden Sandiaga Uno mengakui apabila kondisi keuangan BPN dan BPD kekurangan dana kampanyenya. Sehingga kerja mesin pemenangan lebih mengandalkan bacaleg dan relawan. (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati)

Bandung, (Tagar 15/11/2018) - Badan Pemenangan Daerah (BPD) Jawa Barat pasangan Prabowo dan Sandi membenarkan kerja BPD Jabar kurang maksimal, akibat kekurangan dana kampanye. Sehingga, dalam memenangkan pasangan nomor urut 02 di Jabar lebih mengandalkan bakal calon legislatif dan para relawan.

"Iya, kita akui memang BPD kekurangan dana kampanye. Apalagi untuk APK (Alat Peraga Kampanye) dan BK (Bahan Kampanye) sangat besar biayanya. Sedikit saja atau bahkan banyak pun kita buat sudah diambil lagi oleh relawan atau bacaleg untuk keperluan kampanye," tutur Ketua BPD Jabar pasangan Prabowo dan Sandi, Abdul Haris Bobihoe kepada Tagar News di Bandung, Kamis (15/11).

Akibat kekurangan dana kampanye, mesin kerja BPD Jabar yang terdiri dari partai-partai pengusung dan pendukung menjadi tidak maksimal. Sehingga bakal calon legislatif
khususnya dari Partai Gerindra dan relawan dari Partai Gerindra akhirnya harus bekerja memenangkan Prabowo dan Sandi di Jabar.

"Yang paling aktif kampanye itu bakal calon legislatif dan relawan dari Partai Gerindra yang memang mengusungnya, di luar itu kurang maksimal kerjanya," jelasnya.

Kondisi kekurangan dana kampanye tidak hanya menerpa BPD Jabar, BPN mengalami hal yang sama. Hal ini disebabkan tidak ada penyumbang besar yang mau menyumbangkan uangnya untuk memenangkan Prabowo dan Sandi.

"Saat ini yang ada paling penyumbang dana kampanye yang kecil-kecil, tetapi lumayan apabila dikumpulkan mampu menutupi biaya untuk menghidupkan mesin kerja BPD Jabar. Tapi, ya kalau dihitung-hitung tetap saja tidak cukup karena kebutuhan sangat banyak apalagi untuk
APK dan BK," terangnya.

Diakui Abdul Haris Bobihue, sampai saat ini belum ada penyumbang dana kampanye yang besar. Dirinya berasumsi apakah karena persepsi publik yang menilai Prabowo-Sandiaga akan kalah, sehingga donatur menjadi enggan menyumbang atau memang ada alasan politik lainnya.

"Saya pun bingung karena tidak seperti pada Pemilu 2014, tapi ya kami tidak mau diam saja. Kami saat ini lebih mengandalkan dana kampanye yang ada," ungkapnya.

Sebelumnya, hal senada disampaikan oleh calon wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno mengakui bahwa Badan Pemenangan Nasional (BPN) hingga daerah (BPD) kekurangan dana kampanye. Akibatnya berdampak terhadap kerja BPN dan BPD yang kurang maksimal dalam memenangkan pasangan Prabowo dan Sandi.

"Kita akui apabila dana untuk kampanye  kita kekurangan, apalagi untuk APK  atau BK yang hampir mengambil porsi dana kampanye kurang lebih 30-40%, dan diakui kita pontang-panting mencari dana untuk membiayai kebutuhan kampanye," tuturnya. []

Berita terkait