BMKG: Waspada Gelombang Tinggi Terjang 7 Perairan

BMKG Bandung mengimbau warga di sejumlah wilayah dekat perairan untuk mewaspadai potensi terjadinya gelombang tinggi
Data perkiraan BMKG Stasiun Bandung terhadap gelombang di tujuh daerah perairan. (Foto: BMGK)

Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengimbau warga di sejumlah wilayah dekat perairan untuk mewaspadai potensi terjadinya gelombang tinggi empat sampai enam meter.

Mereka yang berada di dekat perairan Barat Enggano, Barat Lampung, Samudra Hindia Barat Bengkulu hingga Lampung, Selat Sunda bagian Selatan, perairan Selatan Jawa hingga Lombok, Selat Bali sampai Selat Lombok bagian Selatan dan Samudra Hindia Selatan Jawa hingga Lombok untuk

"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yag berpeluang terjadinya gelombang tinggi tersebut agar tetap selalu waspada," kata Muhammad Lid Mujtahidin dari BMKG Stasiun Bandung, Senin 10 Juni 2019.

BMKG juga mengimbau nelayan yang beraktivitas di perairan tersebut agar tetap waspada, karena kecepatan angin diperkirakan tinggi 27 knot dengan tinggi gelombang bisa sampai lebih dari empat sampai enam meter.

"Harap diperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran. Perahu nelayan, kecepatan angin lebih dari 15 knot dan gelombang di atas 1,25 meter. Kapal Tongkang, kecepatan angin lebih 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter. Kapal feri, kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang 2,5 meter." kata dia.

Menurut Lid, peringatan dini gelombang tinggi ini berlaku mulai pukul 07.00, Senin 10 - 13 Juni 2019. Terdapat pola sirkulasi di perairan Timur Laut Halmahera. Pola angin di wilayah utara ekuator umumnya dari Timur sampai Tenggara dengan kecepatan 4 sampai 15 knot.

"Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan Pulau Enggano hingga selatan Jawa, Pulau Sawu sampai Pulau Rote, Laut Timor, perairan Sulawesi Tenggara, Laut Banda, perairan Kepulauan Sermata sampai Kepulauan Tanimbar, perairan Selatan Kepulauan Kei sampai Kepulauan Aru, Laut Arafuru, perairan Yos Sudarso sampai Merauke. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan gelombang tinggi di wilayah tersebut," ujarnya.

Selain itu, potensi gelombang tinggi 2,50 sampai 4.0 meter berpotensi juga di perairan utara Sabang, Barat Aceh, perairan Barat Pulau Simeuleu hingga Mentawai, perairan Bengkulu, Samudra Hindia Barat Aceh hingga Kepulauan Mentawai, Selat Alas bagian Selatan, perairan Selatan Sumbawa hingga Sumba Pulau Sawu, Samudra Hindia Selatan Sumbawa hingga Sumba dan Laut Arafuru.

Di samping itu, warga untuk tetap waspada pada risiko gelombang tinggi 1,25 sampai 2,50 meter yang berpotensi terjadi di Selat Sumba, Selat Sape bagian Selatan, Laut Sawu, perairan Selatan Flores, perairan Kupan-Rote, Laut Timor Selatan NTT, Laut Natuna bagian Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa bagian Tengah dan Timur, perairan selatan Kalimantan, perairan Kotabaru, Selat Makassar bagian Selatan, perairan Timur Kepulauan Selayar, Laut Flores.

Perairan Selatan Baubau sampai Wakatobi, Teluk Tolo, perairan Manui hingga Kendari, perairan Selatan Pulau Buru hingga Seram, perairan Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Tanimbar, perairan Kepulauan Kei, dan Aru, Laut Banda, perairan Amamapare, Perairan Barat Yos Sudarso, Jayapura dan Samudra Pasifik Utara Papua.[]

Baca juga:

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.