Bisnis dengan Nilai Miliaran Dolar AS Hasil dari Kejahatan Lingkungan

Enam tahun terakhir bertugas sebagai petugas intelijen kriminal di bidang keamanan lingkungan Interpol, banyak kasus yang sangat mengejutkannya
Ilustrasi. Lingkungan. (Foto: dw.com/id-Getty Images/AFP/R Alves)

TAGAR.id - Kejahatan lingkungan adalah bisnis kriminal paling menguntungkan ketiga di dunia. Namun, hukumannya masih seperti kejahatan kecil.

Aktivis berharap undang-undang Uni Eropa yang baru dapat lebih baik. Bettina Stehkämpfer melaporkannya untuk DW.

Sasa Braun dari tim Interpol telah mengalami banyak hal selama 28 tahun bekerja sebagai penyidik. Namun, enam tahun terakhir bertugas sebagai petugas intelijen kriminal di bidang keamanan lingkungan Interpol, banyak kasus yang sangat mengejutkannya.

"Kebrutalan dan margin keuntungan di bidang kejahatan lingkungan hampir tak terbayangkan. Kartel telah mengambil alih seluruh sektor pertambangan ilegal, perdagangan kayu, dan pembuangan limbah," katanya dalam konferensi pers baru-baru ini, yang diadakan bersama dengan politisi Jerman.

Braun menyodorkan contoh agar politisi peka terhadap topik tersebut. Desa-desa di Peru menolak penggundulan hutan yang dilakukan oleh geng-geng kriminal, sementara armada penangkap ikan ilegal telah membuang kru kapal ke laut untuk menghindari keharusan membayar upahnya. Padahal banyak kayu dan ikan yang diperoleh melalui cara ilegal itu berakhir di Jerman, tandasnya.

Kejahatan lingkungan dapat berupa perdagangan satwa liar ilegal, pembalakan liar, pembuangan limbah ilegal, dan pembuangan polutan secara ilegal ke atmosfer, air atau tanah.

Ini adalah bisnis yang menguntungkan bagi jaringan kejahatan transnasional. Perdagangan limbah ilegal, misalnya, bisa mencapai angka 10-12 miliar dolar AS setiap tahunnya, demikian data dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), tahun 2016.

Jaringan kriminal menghemat biaya pembuangan dan mendapatkan izin untuk itu. Untuk beberapa kasus kejahatan jaringan tersebut, keuntungan dari pengelolaan sampah sangat besar, sehingga dianggap lebih menggiurkan daripada perdagangan narkoba.

Apakah kayu adalah sumber "emas baru"?

Keuntungan dari pembalakan liar juga meningkat. Kayu masif dari hutan tropis berkualitas unggul (diolah dan dikeringkan dengan baik), yang digunakan untuk membangun kapal pesiar, misalnya, semakin langka, sementara permintaannya tinggi.

Manajer proyek untuk penanganan kejahatan hutan di World Wildlife Fund (WWF) Jerman, Katharina Lang, mengatakan konsumen tidak akan pernah bisa memastikan apakah kayu dalam produk yang mereka beli diperoleh secara legal.

Menurut sebuah studi tahun 2021 oleh Asosiasi Insinyur Jerman (VDI), pembalakan liar bisa mencapai 30% dari kegiatan di sektor kehutanan global. Angka ini bisa meningkat hingga hampir 90% di negara-negara penghasil kayu tropis.

Peraturan kayu Jerman meminta sertifikatifasi dari negara asal, tetapi penipuan pelabelan sering terjadi, seperti yang telah ditunjukkan oleh WWF berkali-kali. Misalnya, kayu mungkin diberi label sebagai kayu masif dari Vietnam, tetapi sebenarnya itu mungkin kayu limbah bermutu rendah. WWF Jerman menggunakan sidik jari genetik dan isotop untuk memverifikasi asal-usul kayu.

Sasa Braun dari Interpol Jerman mengatakan bahwa kerja sama dengan LSM seperti WWF sangat berharga, tetapi, katanya, kegiatan organisasi-organisasi ini tidak selalu diapresiasi, terutama di negara-negara di mana berlangsung korupsi di semua lapisan.

Petugas dan Kayu hasil pembalakan liarJaksa Agung Muda Pidana Umum Kejaksaan Agung RI, Noor Rachmad, mengungkapkan, kejaksaan bersama pihak aparat penegak hukum lainnya akan meningkatkan sinergi untuk penyelesaian kasus illegal logging dan kerusakan lingkungan. (ant)

Kejahatan lingkungan dipandang sebagai kejahatan kecil

Menurut European Union Agency for Law Enforcement Cooperation (Europol), kejahatan lingkungan merupakan sektor kejahatan ketiga yang paling menguntungkan di dunia setelah perdagangan narkoba dan barang palsu. Keuntungannya mencapai antara 110 miliar - 280 miliar dolar AS setiap tahunnya. Sulit untuk mendapat data lebih akurat karena jumlah kasus yang tidak dilaporkan sangat tinggi.

"Hal ini tentunya juga berkaitan dengan fakta bahwa kita berbicara tentang pelanggaran administrasi dalam kasus kejahatan lingkungan. Kasus kejahatan lingkungan seringkali tidak terungkap sama sekali. Kasus-kasus ini baru ditemukan ketika dilakukan kontrol,” kata Kepala Program Satwa Liar di Jerman dan Eropa WWF Moritz Klose. Bahkan ketika kejahatan tersebut terungkap, hukumannya cenderung ringan.

Para ahli tampaknya setuju bahwa ada juga masalah kekurangan staf, serta kemungkinan kurangnya kemauan politik. "Beberapa tahun yang lalu di negara bagian Nordrhein Westfallen (NRW), kami memiliki unit kejahatan lingkungan di Kementerian Lingkungan," jelas Klose.

"Unit itu sangat berhasil. Seorang penyelidik berpengalaman dan jaksa umum bekerja sama untuk mengkoordinasikan kasus-kasus kejahatan lingkungan di NRW, memberi nasihat kepada pihak berwenang dan melakukan beberapa penyelidikan sendiri." Namun, unit itu ditutup "karena alasan politik," katanya kepada DW.

Negara bagian Brandenburg di timur Jerman telah memiliki kantor kejaksaan khusus untuk kejahatan lingkungan selama dua tahun. Namun, orang-orang di sana juga mengeluhkan kekurangan staf. Para ahli mengatakan bahwa pusat operasi di seluruh Eropa diperlukan, dengan hakim, jaksa penuntut umum, polisi dan petugas bea cukai yang telah dilatih dalam menangani kejahatan lingkungan.

Sasa Braun dari Interpol Jerman mengatakan bahwa kejahatan lingkungan harus dilawan dengan alat yang sama, termasuk penyelidikan rahasia, penyadapan dan pelacakan GPS, seperti kejahatan serius lainnya. "Kejahatan ini sering masih dianggap sebagai kejahatan kecil dan bukan sebagai kejahatan terhadap masa depan kita," katanya kepada DW.

Pencemaran lingkunganIlustrasi. (Foto: Tagar/Ist)

Aktivis menekan menteri kehakiman Jerman

Beberapa kalangan berharap bahwa undang-undang Eropa yang baru tahun depan, akan memperketat kepatuhan terhadap undang-undang lingkungan UE. "Terlalu sering di Eropa, tidak ada hukuman nyata untuk kejahatan lingkungan. Pelanggar hukum bisa jadi tidak dihukum setimpal dan terlalu sedikit insentif untuk mematuhi hukum," kata Komisaris Lingkungan Eropa Virginijus Sinkevicius tahun lalu. "Kami ingin mengubahnya dengan mengusulkan aturan baru tentang kejahatan lingkungan yang akan memperkuat hukum lingkungan."

Namun, asosiasi lingkungan terkemuka Jerman khawatir sanksi tidak akan seberat yang seharusnya. Dalam sebuah surat terbuka kepada Menteri Kehakiman Jerman Marco Buschmann, mereka mendesak untuk memastikan bahwa UE mengadopsi undang-undang yang modern dan efektif.

Mereka juga mengkritik Buschmann karena menganjurkan hukuman maksimum yang lebih rendah untuk kejahatan lingkungan yang serius, serta untuk menurunkan denda yang mungkin menjadi tanggung jawab perusahaan.

Stephan Sina, seorang pengacara yang mengkhususkan diri dalam hukum lingkungan di Institut Ekologi di Berlin, mengatakan kepada DW bahwa tindakan lain akan jauh lebih efektif. "Kalau soal sanksi, penting agar keuntungan yang diperoleh dari kejahatan, disita secara sistematis. Itu biasanya lebih berat bagi pelaku daripada hukuman yang sebenarnya," katanya.

Asosiasi lingkungan masih punya waktu untuk meyakinkan hal itu. UE ingin mengadopsi hukum pidana lingkungan UE yang baru pada pertengahan tahun 2023. (ap/as)/dw.com/id. (Artikel ini dialihbahasakan dari artikel bahasa Jerman).

Berita terkait
Romina Pourmokhtari Pemudi 26 Tahun Jadi Menteri Iklim dan Lingkungan Swedia
Romina Pourmokhtari, anggota Partai Rakyat Liberal berusia 26 tahun, merasa “terhormat, penting dan besar” sebagai menteri termuda dalam kabinet
0
Bisnis dengan Nilai Miliaran Dolar AS Hasil dari Kejahatan Lingkungan
Enam tahun terakhir bertugas sebagai petugas intelijen kriminal di bidang keamanan lingkungan Interpol, banyak kasus yang sangat mengejutkannya