Jakarta – Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, dan salah seorang tokoh yang memimpin upaya mencapai perdamaian, Abdullah Abdullah, akan terbang ke Amerika Serikat (AS) untuk melangsungkan pertemuan dengan Presiden AS, Joe Biden, di Gedung Putih Jumat, 24 Juni 2021.
Pertemuan tatap muka ini berlangsung menjelang penarikan mundur sisa pasukan Amerika dan NATO dari Afghanistan pada 11 September 2021 nanti, sejalan dengan arahan Biden untuk menutup apa yang digambarkannya sebagai “perang abadi.”
Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, hari Minggu, 20 Juni 2021, mengatakan Biden “menanti untuk menyambut” para pemimpin Afghanistan itu dan akan memastikan dukungan diplomatik, ekonomi dan kemanusiaan Amerika di negara yang dilanda gejolak itu selagi penarikan pasukan terus berlangsung. “Lawatan Presiden Ghani dan Dr. Abdullah akan menyoroti kemitraan yang langgeng diantara Amerika dan Afghanistan, sementara penarikan pasukan militer berlanjut,” ujar Psaki.
Psaki menggarisbawahi bahwa Amerika “akan terus mendukung penuh proses perdamaian yang sedang berlangsung dan menyerukan kepada seluruh pihak di Afghanistan untuk ikut serta dalam perundingan untuk mengakhiri konflik itu.”
Kantor Ghani belum menanggapi rencana lawatan itu.
Penarikan pasukan asing, yang secara resmi dimulai 1 Mei 2021 lalu, telah memicu eskalasi pertempuran yang belum pernah terjadi sebelumnya antara pasukan keamanan Afghanistan dan pemberontak Taliban, pukulan baru terhadap perundingan perdamaian yang dimediasi Amerika – dan berjalan sangat lambat – antara pihak-pihak yang berselisihn di Afganistan.
Beberapa minggu terakhir ini kelompok pemberontak Taliban telah menguasai puluhan distrik baru dan kedua pihak mengatakan korban tewas di kedua pihak akibat pertempuran itu sangat besar; sementara warga sipil terus menanggung biaya yang paling mahal dari perang panjang di negara itu.
Pertempuran yang menandai kemunduran itu memincu Ghani pada hari Sabtu, 19 Juni 2021, untuk mengganti kepala keamanannya, termasuk panglima tentara, di tengah kecaman kurangnya koordinasi di tingkat atas sebagai penyebab meningkatnya korban tewas di kalangan pasukan pemerintah dan kelompok pemberontak.
Langkah presiden itu tidak mencegah pemberontak Taliban mencaplok wilayah baru dan menimbulkan lebih banyak korban jiwa di pihak Pasukan Keamanan dan Pertahanan Afghanistan ANDSF (em/jm)/voaindonesia.com. []