BI Pertahankan Suku Bunga Pilih Intervensi Valas di Tengah Gejolak Pasar

Perry mencatat bahwa penutupan dua bank AS dan masalah di Credit Suisse telah meningkatkan ketidakpastian pasar
FILE - Logo Bank Indonesia di kantor pusat BI di Jakarta, 19 Januari 2017. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Fatima El-Kareem).

TAGAR.id, Jakarta - Bank Sentral Indonesia (Bank Indonesia/BI) telah dan akan terus melakukan intervensi di pasar mata uang di tengah volatilitas yang terkait dengan penutupan dua bank Amerika Serikat (AS).

Hal tersebut dikatakan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, pada hari Kamis, 16 Maret 2023, setelah membiarkan suku bunga acuan tidak berubah untuk kedua kalinya secara berturutan.

Perry mencatat bahwa penutupan dua bank AS dan masalah di Credit Suisse telah meningkatkan ketidakpastian pasar, menghentikan aliran modal ke pasar negara-negara berkembang dan menekan mata-mata uang, tetapi ia menegaskan bahwa ia tidak melihat dampak langsungnya pada bank-bank lokal.

BI membiarkan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) tetap pada 5,75persen, seperti yang selama ini berlaku sejak Januari, sebagaimana yang diperkirakan oleh 30 ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Dalam usaha untuk meyakinkan pasar, gubernur BI itu mengatakan bahwa berdasarkan stress test BI, bank-bank lokal tergolong tangguh, dengan kredit bermasalah yang rendah dan rasio kecukupan modal yang tinggi, serta sumber pendanaan yang beragam.

“Penilaian stress test kami menyimpulkan bahwa kondisi perbankan Indonesia tahan terhadap dampak ini dan terus terang kami terus memantaunya,” kata Perry dalam konferensi pers.

Gubernur BI Perry WarjiyoFOTO FILE: Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam jumpa pers di kantor pusat Bank Indonesia di Jakarta, 19 Januari 2023. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Menepis kekhawatiran tentang krisis perbankan global yang sedang terjadi, Perry mengatakan langkah-langkah yang diambil Presiden Joe Biden cukup memadai dalam mengatasi masalah di sektor perbankan AS.

Ia juga mengatakan ia berpendapat keruntuhan beberapa bank AS tidak akan mempengaruhi arah pengetatan moneter Bank Sentral Amerika (Federal Reserve).

Namun, BI akan tetap mencermati persepsi pasar terhadap kondisi perbankan global, ujarnya.

Perry menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga BI sebesar 225 basis poin antara Agustus hingga Januari, cukup untuk memastikan inflasi umum kembali ke kisaran targetnya mulai bulan September, meskipun inflasi sedikit meningkat di bulan Februari menjadi 5,47 persen.

Untuk memitigasi risiko global, "kami stabilkan rupiah. Kami intervensi," tambah Perry.

Nilai tukar rupiah hanya sedikit berubah setelah keputusan bahwa suku bunga acuan tidak berubah. Mata uang itu sempat turun lebih dari 0,5 persen terhadap dolar pada perdagangan Kamis pagi tetapi kemudian berhasil mengoreksi sebagian penurunannya.

Rupiah dan banyak mata uang negara berkembang lainnya telah bergejolak dalam beberapa hari terakhir karena pasar bereaksi terhadap berita runtuhnya bank-bank AS dan kemungkinan pengaruhnya terhadap laju pengetatan moneter Federal Reserve.

Radhika Rao, ekonom senior di DBS Bank di Singapura, mengatakan keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan menunjukkan "kepercayaan BI pada jalur pertumbuhan inflasi yang berkembang."

Bank sentral mempertahankan prospek pertumbuhan 2023 untuk ekonomi Indonesia di ujung atas kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen, dan kisaran perkiraan neraca berjalan antara defisit 0,4 persen dari produk domestik bruto hingga surplus 0,4 persen dari PDB. (ab/uh)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di Angka 5,75 Persen
Bank sentral itu juga mempertahankan suku bunga deposit facility pada level 5 persen, dan suku bunga lending facility pada level 6,5 persen
0
BI Pertahankan Suku Bunga Pilih Intervensi Valas di Tengah Gejolak Pasar
Perry mencatat bahwa penutupan dua bank AS dan masalah di Credit Suisse telah meningkatkan ketidakpastian pasar